ISLAM itu indah-----ISLAM itu sempurna dan ISLAM itu rahmatan lil 'alamin-----JANGAN Hanya menilai ISLAM dari pengikut / umatnya...!-----tapi Nilai lah ISLAM dari ajarannya...!-----Pelajarilah...!-----Jika Tidak Tahu Bertanyalah Pada Ahlinya-----maka anda akan mengetahui betapa menakjubkanya Islam bagi kehidupan manusia

(Ibnul Qoyyim rahimahullah[Ad-Daa' wa ad-Dawaa' 94])

“”

IMAM SYAFI'I MENUTURKAN :

Siapa yang tulus menjalin persaudaraan dengan sahabatnya maka ia akan menerima kesalahan-kesalahannya,, mengisi kekuranagnnya dan memaafkan ketregelincirannya".

RASULULLAH Shalallahu 'alaihi wasalam bersabda :

"Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia". (HR. Muslim)

RASULULLAH shlallahu 'alaihi wasalam bersabda :

"Seorang Muslim Adalah Bersaudara, Janganlah Mendzolimi, Merendahkan Dan Janganlah Mengejeknya. (HR. Muslim)

RASULULLAH shlallahu 'alaihi wasalam bersabda :

"Barangsiapa yang memudahkan orang yang sedang berada dalam kesulitan, maka Allah akan memudahkannya baik di dunia maupun di akherat". (HR. Muslim)

Imam Syafi'i pernah berkata :

"Aku berangan-angan agar orang-orang mempelajari ilmuku ini dan mereka tidak menisbahkan sedikitpun ilmuku kepadaku selamanya, lalu akupun diberi ganjaran karenanya dan mereka tidak memujiku" (Al-Bidaayah wa An-Nihaayah 10/276)

Ibnul Qayyim (Al Fawaid 1/147)

el kanzu

Sabtu, 31 Januari 2015

DOA-DOA YANG TERTOLAK

Tidak semua doa yang dipanjatkan seorang muslim diterima oleh Allah ta’ala. Ada beberapa gambaran doa-doa yang ditolak oleh-Nya. Mengapa? Berikut di antara sebabnya.  Semoga bermanfaat.

● PERTAMA: Doa Seorang yang Makanan, Minuman dan Pakaiannya Haram
Dalam hadis sahih riwayat Muslim disampaikan: 

ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ، يَا رَبِّ يَا رَبِّ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ.

Kemudian beliau menyebutkan seorang laki-laki yang melakukan perjalanan jauh, rambutnya acak-acakkan, pakaiannya berdebu, ia mengangkat kedua tangannya ke langit (seraya berseru): Ya Rabb, ya Rabb, namun makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya juga haram, ia tumbuh dengan yang haram, maka bagaimana doanya akan dikabulkan?! (HR. Muslim)

Oleh karena itu, wajib bagi kita untuk mencari rezeki dengan cara yang dihalalkan oleh Syariat. Sekiranya yang engkau makan dari rezeki yang halal maka daging yang tumbuh di dalam dirimu adalah baik. Jika dari makanan dan rezeki yang haram, maka ini adalah keburukan dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengancam dengan neraka. Wal ‘iyadzu billah. Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ جَسَدٌ غُذِّيَ بِالْحَرَامِ.

Tidak akan masuk surga tubuh yang tumbuh dari makanan yang haram. (Lihat: Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah No. 2609)

● KEDUA: Doa Hati yang Lalai dan Tidak Khusyuk

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

اُدْعُوْا اللَّهَ تَعَالَى وَأَنْتُمْ مُوْقِنُوْنَ بِاْلإِجَابَةِ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَجِيْبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ.

Berdoalah kepada Allah ta’ala dalam keadaan yakin doa akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak akan menerima doa dari hati yang lalai lagi kosong. (Lihat: ash-Shahihah No. 594)

Bila seseorang ingin doanya dikabulkan oleh Allah ta’ala hendaknya ia khusyuk di dalam doanya. Hendaknya fokus dan menghadirkan hati serta yakin akan diterimanya doa tersebut oleh Allah ta’ala.

● KETIGA: Doa Orang yang Tergesa-Gesa Mengharapkan Dikabulkannya Doa

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: يُسْتَجَابُ  ِلأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ، يَقُوْلُ: دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِيْ.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Doa seorang dari kalian akan diijabai selama ia tidak tergesa-gesa, ia berkata: ‘aku sudah berdoa tapi tidak dikabulkan juga.” (HR. al-Bukhari)

Dalam riwayat Muslim disebutkan dengan beberapa lafal, di antaranya: 

لاَ يَزَالُ يُسْتَجَابُ لِلْعَبْدِ مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيْعَةِ رَحِمٍ مَا لَمْ يَسْتَعْجِلْ. قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللَّهِ مَا اْلاسْتِعْجَالُ؟ قَالَ: يَقُوْلُ: قَدْ دَعَوْتُ وَقَدْ دَعَوْتُ فَلَمْ أَرَ يَسْتَجِيْبُ لِيْ فَيَسْتَحْسِرُ عِنْدَ ذَلِكَ وَيَدَعُ الدُّعَاءَ.

Doa seorang hamba senantiasa dikabulkan selama tidak berdoa dengan perbuatan dosa atau memutuskan silaturahmi selama ia juga tidak tergesa-gesa. Ada yang berkata: Wahai Rasulullah, apa maksud terburu-buru? Beliau menjawab: ia berkata; ‘sungguh aku telah berdoa, sungguh aku telah berdoa, tapi aku tidak melihat Dia mengabulkan doaku,’ lalu ia berputus asa dan meninggalkan doa. (HR. Muslim)

● KEEMPAT: Permohonan yang Mengandung Dosa

● KELIMA: Doa untuk Memutuskan Silaturahmi

Berkaitan dengan poin ke-4 dan ke-5 tersebut, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُوْ بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيْهَا إِثْمٌ وَلاَ قَطِيْعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ: إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ، وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِيْ اْلآخِرَةِ، وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوْءِ مِثْلَهَا.

Tidaklah seorang muslim berdoa dengan sebuah doa yang tidak berisi perbuatan dosa atau memutuskan silaturahmi melainkan Allah akan memberinya salah satu dari tiga hal berikut; akan segera dikabulkan, akan dijadikan simpanan baginya di akhirat kelak, atau akan dijauhkan darinya keburukan yang setimpal dengan doa tersebut.  (Hadis sahih riwayat Ahmad)

Semoga kita dimudahkan untuk menghindari beberapa sifat tersebut dan semoga Allah mengabulkan doa-doa baik kita. Aamiin.

Bagian Indonesia
ICC DAMMAM KSA
0556288679

RENUNGAN BAGI YANG SAKIT

Sehat atau sakit merupakan dua realita yang dihadapi oleh setiap manusia. Kondisi umumnya manusia terus dalam keadaan sehat dan terkadang ia sakit. Hal tersebut bukan berarti keburukan baginya. Itu semua merupakan proses menuju derajat yang lebih tinggi yang telah diatur oleh Allah ta'ala dengan begitu rapinya.

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

عَجَبًا  ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ  ِلأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ.

Alangkah menakjubkan urusan seorang mukmin. Sungguh, semua urusannya baik. Dan hal itu tidak didapat kecuali oleh mukmin; bila ia memperoleh kenikmatan lalu bersyukur maka itu baik baginya, dan bila ia tertimpa suatu musibah lalu bersabar maka itu baik pula baginya. (HR. Muslim)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيْبُهُ أَذًى مِنْ مَرَضٍ فَمَا سِوَاهُ، إِلاَّ حَطَّ اللَّهُ بِهِ سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا.

Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu yang mengganggu seperti penyakit atau sejenisnya, melainkan dengan sebab itu Allah akan menggugurkan dosa-dosanya, seperti pohon yang menggugurkan dedaunannya. (al-Bukhari & Muslim)

◆ NABI PUN SAKIT

Demikian pula dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau pun pernah sakit. Aisyah radhiyallahu 'anha berkata:

مَا رَأَيْتُ أَحَدًا أَشَدَّ عَلَيْهِ الْوَجَعُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.

Aku tidak pernah melihat seorangpun yang lebih berat penyakitnya dari para Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. (HR. al-Bukhari & Muslim)

◆ WAJIB BERSABAR

Ketika seseorang sakit, maka kesabaran merupakan hal yang wajib. Jika ia dapat ridha dan bersyukur, maka itu lebih baik lagi baginya. Jangan sampai ia berkeluh kesah ketika sakit menimpa dirinya.

Allah ta'ala berfirman:

وَبَشِّرِ الصَّابِرِيْنَ. الَّذِيْنَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيْبَةٌ قَالُوْا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ. أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُوْنَ.

Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun". Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. al-Baqoroh: 155-157)

Allah ta'ala juga berfirman:

وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ اْلأُمُوْرِ.

Dan bersabarlah atas apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS. Luqman: 17)

Bagi orang-orang yang sabar, inilah balasannya. Firman-Nya:

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُوْنَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ.

Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (QS. az-Zumar: 10)

◆ SURGA BAGI YANG PENYABAR

Atho’ rahimahullah berkata: "Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu berkata kepadaku: “Maukah kamu aku beritahu seorang wanita penghuni surga?" "Tentu saja", jawabku.

Ibnu Abbas berkata: "Wanita berkulit hitam itu, ia pernah menemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan berkata: "Sesungguhnya aku terkena penyakit ayan dan auratku terkadang tersingkap tanpa aku sadari, maka itu berdoalah kepada Allah untukku."

Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Jika engkau mau, engkau bisa bersabar maka bagimu surga. Dan jika engkau mau, aku bisa berdoa kepada Allah agar menyembuhkanmu."

Ia berkata: "Aku memilih bersabar". Lalu ia berkata: "Sesungguhnya auratku terkadang tersingkap tanpa aku sadari, maka berdoalah kepada Allah agar auratku tidak tersingkap lagi." Maka beliau berdoa bagi wanita itu. (HR. al-Bukhari & Muslim)

◆ PERINTAH UNTUK BEROBAT

Usamah bin Syuraik radhiyallahu 'anhu bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam: Ya Rasulullah, bolehkah kita berobat? Beliau menjawab:

نَعَمْ، يَا عِبَادَ اللهِ! تَدَاوُوْا، فَإِنَّ اللَّهَ لَمْ يَضَعْ دَاءً إِلاَّ وَضَعَ لَهُ شِفَاءً، غَيْرَ دَاءٍ وَاحِدٍ: الْهَرَمِ.

Ya, boleh. wahai hamba-hamba Allah! Berobatlah, sebab tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali pasti juga menurunkan obatnya, selain satu penyakit, yaitu tua. (al-Misykat, no. 4532)

◆ SETIAP PENYAKIT ADA OBATNYA

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَا أَنْزَلَ اللَّهُ دَاءً إِلاَّ أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً.

Allah tidak menurunkan suatu penyakit melainkan pasti menurunkan obatnya. (HR. al-Bukhari)

Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda:

لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ، فَإِذَا أُصِيْبَ دَوَاءُ الدَّاءِ بَرَأَ بِإِذْنِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ.

Setiap penyakit pasti ada obatnya. Bila suatu obat itu tepat untuk penyakit, maka sakit itu akan sembuh dengan izin Allah azza wa jalla. (HR. Muslim)

Dengan membaca keterangan sedikit di atas, semoga kita dimudahkan untuk bersabar  dalam berbagai keadaan. Dan bagi siapa saja yang sakit dan ingin berobat, ada beberapa poin yang penting untuk dia perhatikan. Apa saja? Tunggu tulisan berikutnya. Baarokallahu fiikum.

 

Bagian Indonesia
ICC DAMMAM KSA
+966556288679

ADAB BEROBAT (Bagian Kedua)

Berikut lanjutan tulisan seputar adab berobat. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Selamat menyimak.

◆ [4]. MENCARI KESEMBUHAN SESUAI TUNTUNAN SYARIAT

Permasalahan ini bersifat umum. Banyak sekali cara penyembuhan yang dibolehkan Syariat. Dalam hal ini ada dua poin penting yang harus diperhatikan:

◇ Pertama: bahwa segala macam penyembuhan -medis maupun non medis, obat maupun dokter- hanya sekadar sarana atau sebab kesembuhan, sedangkan yang benar-benar menyembuhkan hanyalah Allah ta'ala.

◇ Kedua: ikhtiyar (usaha) itu tidak boleh dilakukan dengan cara-cara yang haram. Apalagi bila sampai kepada perbuatan yang mengandung kesyirikan. Wal'iyadzu billah.

Berikut beberapa cara penyembuhan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:

◇ 1). al-Habatus Sauda' (Jintan Hitam)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

(( فِي الْحَبَّةِ السَّوْدَاءِ شِفَاءٌ مِنْ كُلِّ دَاءٍ إِلاَّ السَّامَ )). قَالَ ابْنُ شِهَابٍ: وَالسَّامُ الْمَوْتُ، وَالْحَبَّةُ السَّوْدَاءُ الشُّوْنِيْزُ

Di dalam al-habbatus sauda' (jintan hitam) terdapat penyembuhan bagi segala macam penyakit kecuali as-Saam. Ibnu Syihab mengatakan, "as-Saam berarti kematian, sedangkan al-habbatus sauda' berarti Syuniz". (HR. al-Bukhari & Muslim)

Dengan izin Allah azza wa jalla jintan hitam sangat bermanfaat untuk mengobati berbagai macam penyakit.

◇ 2). Madu Lebah

Allah ta'ala berfirman:

يَخْرُجُ مِنْ بُطُوْنِهَا شَرَابٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيْهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ إِنَّ فِيْ ذَلِكَ  َلآَيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُوْنَ

Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang memikirkan. (QS. an-Nahl: 69) 

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

الشِّفَاءُ فِي ثَلاَثَةٍ شَرْبَةِ عَسَلٍ وَشَرْطَةِ مِحْجَمٍ وَكَيَّةِ نَارٍ، وَأَنْهَى أُمَّتِي عَنْ الْكَيِّ

Kesembuhan itu ada pada tiga hal: yaitu pada minuman madu, sayatan bekam dan pengobatan dengan besi panas (kay). Dan aku melarang umatku melakukan pengobatan dengan kay. (HR. al-Bukhari)

◇ 3). Hijamah (Berbekam)

Hal ini sebagaimana telah disebutkan pada hadis di atas. Dan dalam hadis yang lain Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ أَمْثَلَ مَا تَدَاوَيْتُمْ بِهِ الْحِجَامَةُ

Sesungguhnya sebaik-baik cara yang kalian lakukan untuk pengobatan adalah dengan berbekam. (HR. al-Bukhari)

• Wasiat Malaikat Untuk Berbekam

Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menceritakan kisah ketika beliau di Isro' kan, tidaklah beliau melewati sekumpulan Malaikat melainkan mereka berkata, "Perintahkanlah umatmu untuk berbekam".

• Waktu Terbaik Untuk Bekam

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan bahwa waktu yang paling baik untuk berbekam adalah pada tanggal 17, 19 dan 21 dengan perhitungan kelender Hijriah. (HR. Abu Dawud, al-Hakim & al-Baihaqi)

Adapun hari yang paling baik adalah pada hari Senin, Selasa dan Kamis. Dan sebaiknya hindari berbekam pada hari Rabu, Jum'at, Sabtu dan Ahad. (HR. Ibnu Majah)

◇ 4). Air Zamzam

Tentang air zamzam ini Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّهَا مُبَارَكَةٌ، إِنَّهَا طَعَامُ طُعْمٍ (وَشِفَاءُ سُقْمٍ)

Sesungguhnya air zamzam itu penuh berkah. Air zamzam merupakan makanan yang dapat mengenyangkan (dan obat kesembuhan bagi penyakit). (HR. Muslim, al-Bazzar, al-Baihaqi & ath-Thabrani)

Pada hadis Jabir disebutkan:

مَاءُ زَمْزَمَ لِمَا شُرِبَ لَهُ

Air zamzam dapat bermanfaat sesuai dengan tujuan diminumnya. (HR. Ibnu Majah)

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: "Aku sendiri dan juga orang yang lain pernah mempraktikkan upaya penyembuhan terhadap beberapa penyakit dengan air zamzam, dan hasilnya sangat menakjubkan, aku berhasil mengobati berbagai macam penyakit dan aku pun sembuh dengan izin Allah." (Zadul Ma'ad, jilid IV, hlm. 178 & 393)

◇ 5). Bersedekah.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

دَاوُوْا مَرْضَاكُمْ باِلصَّدَقَةِ

Obatilah orang yang sakit di antara kalian dengan bersedekah. (Hadis hasan. Lihat Shahih at-Targhib wa at-Tarhib, no. 744. Sebagian ulama mempermasalahkan hadis ini)

◆ [5]. MENJAUHI PENYEMBUHAN DENGAN CARA HARAM

Wajib bagi seorang yang menderita suatu penyakit untuk menjauhi pengobatan dengan cara-cara yang diharamkan Syariat. Tentang masalah ini, secara umum Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah menjelaskan dalam sabda beliau, sebagaimana ucapan Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu:

نَهَى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الدَّوَاءِ الْخَبِيْثِ

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melarang (pengobatan) dengan obat yang khobiits (buruk). (HR. Abu Dawud & Ibnu Majah)

Obat yang khobiits dalam hadis di atas yaitu obat yang najis atau haram. Sedangkan at-Tirmidzi menafsirkan kata khobiits dengan racun.

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: "Sebagian ulama menyebutkan bahwa khobiitsnya obat itu dapat ditinjau dari dua sisi: Salah satunya, khobiits karena najis. Yaitu karena mengandung zat haram seperti khomer dan daging hewan yang haram dimakan. Kedua, khobiits dari sisi rasa. Tidak diingkari suatu obat tidak disukai lantaran sangat berat bagi jiwa dan dibenci."

Pernah suatu ketika seseorang datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam perihal berobat dengan khomer dan dia berkata: Khomer itu obat. Lalu beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

لاَ، وَلَكِنَّهَا دَاءٌ

Itu bukan obat, tapi racun. (HR. Abu Dawud & Ibnu Majah)

Bersambung insya Allah.

 

Bagian Indonesia
ICC DAMMAM KSA
+966556288679

Kamis, 29 Januari 2015

ADAB BEROBAT [Bagian Pertama]

Di bawah ini beberapa poin penting seputar adab berobat. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Selamat menyimak. Baarokallahu fiikum.

◆ [1]. NIAT YANG BAIK
Niat yang baik hendaklah ada pada diri orang yang berobat (pasien) atau orang yang mengobati (dokter). Hendaklah keduanya sama-sama berniat baik dan tulus dalam berobat dan mengobati.

Adapun orang yang sedang sakit, hendaklah ia niatkan untuk mengharapkan kesembuhan dari Allah ta'ala semata dengan tujuan menjaga kesehatan dan kekuatan dirinya agar dapat meningkatkan ketakwaan dan ketaatan kepada Allah ta'ala. Sedangkan bagi dokter, hendaklah ia meluruskan niat dalam membantu saudaranya dengan sekuat ilmu yang telah Allah berikan kepadanya. Janganlah ia jadikan materi sebagai segala-galanya dalam membantu sesama.
Bila keduanya memiliki niat seperti ini, insyaAllah keduanya akan mendapatkan banyak pahala dari Allah azza wa jalla. 

◆ [2]. YAKIN KESEMBUHAN DARI TANGAN ALLAH
Allah ta'ala telah menurunkan penyakit dan hanya Dia yang mampu mengangkatnya. Keyakinan seperti ini bisa kita dapati pada diri Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Allah menjelaskan hal itu dalam firman-Nya:

وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِيْنِ

(Ibrahim berkata:) dan apabila aku sakit, Dia-lah yang menyembuhkanku. (QS. asy-Syu'ara’: 80)

Tidak ada yang dapat menurunkan penyakit dan mengangkatnya kecuali hanya Allah semata. Allah ta'ala berfirman:

وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلاَ كَاشِفَ لَهُ إِلاَّ هُوَ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلاَ رَادَّ لِفَضْلِهِ يُصِيْبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَهُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Dia menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Yunus: 107)

Demikian pula bila seseorang terkena guna-guna atau sihir. Maka itu semua terjadi dengan izin Allah azza wa jalla. Jika Allah tidak mengizinkan maka sihir itu tidak akan berpengaruh sama sekali. Firman-Nya:

وَمَا هُمْ بِضَارِّيْنَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلاَّ بِإِذْنِ اللَّهِ

Dan mereka itu (tukang sihir) tidak dapat memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun kecuali dengan izin Allah. (QS. al-Baqoroh: 102)

Bahkan, bila seluruh umat manusia berkumpul untuk berbuat baik atau buruk kepada seseorang, maka hal itu tidak akan terjadi kecuali dengan izin dan kehendak dari Allah ta'ala.
Hendaklah keyakinan ini dipegang erat-erat oleh orang yang sedang sakit maupun dokternya. Adapun segala macam pengobatan yang dibolehkan Syariat sekedar sebab. Bila Allah berkehendak maka obat itu akan bermanfaat. Bila tidak tentu saja obat itu tidak akan ada manfaatnya sama sekali.
Barang siapa yang meyakini bahwa pengobatan itu dapat menyembuhkan dengan sendirinya, maka ia telah berbuat kesyirikan kepada Allah azza wa jalla. Nas-alullaha as-salamah wal 'afiyah. 

◆ [3]. BERTANYA TENTANG PENYAKIT KEPADA AHLINYA
Hal ini sesuai firman Allah ta'ala:

فَاسْأَلُوْا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ

Maka bertanyalah kepada orang yang berilmu bila kamu tidak mengetahui. (QS. al-Anbiya': 7 dan an-Nahl: 43)

Ayat ini menjadi kaedah umum yang dapat diterapkan dalam segala sisi kehidupan. Bila kita ingin tahu tentang perkara agama marilah kita bertanya kepada ulama. Jika ingin tahu tata cara membuat masakan tertentu bisa ditanyakan kepada orang yang tahu resepnya. Demikian pula, bila ingin mengetahui cara kesembuhan dari penyakit yang diderita, maka silahkan tanyakan kepada ahlinya, yakni dokter.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ لَمْ يُنْزِلْ دَاءً أَوْ لَمْ يَخْلُقْ دَاءً إِلاَّ أَنْزَلَ أَوْ خَلَقَ لَهُ دَوَاءً، عَلِمَهُ مَنْ عَلِمَهُ وَجَهِلَهُ مَنْ جَهِلَهُ إِلاَّ السَّامَ. قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ وَ مَا السَّامُ ؟ قَالَ: اَلْمَوْتُ

Sesungguhnya Allah tidak menurunkan atau menciptakan suatu penyakit melainkan Dia pasti menurunkan atau menciptakan obatnya. (Obat itu) diketahui oleh ahlinya dan tidak diketahui yang lain. Kecuali as-Sam. Sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, apa itu as-Sam?" Kematian, jawab beliau. (ash-Shahihah, no. 1650)

Bersambung insya Allah.

Bagian Indonesia
ICC DAMMAM KSA
+966556288679
Date : 09 Rab'iut tsani 1436 H / 29 January 2015

Selasa, 27 Januari 2015

PERINTAH BERBUAT BAIK KEPADA TETANGGA

Islam sebagai agama penebar kasih sayang di tengah umatnya telah memperingatkan mereka dari menyakiti satu sama lain. Demikian pula dalam hal bertetangga, Islam melarang seorang tetangga menyakiti tetangganya, baik dengan ucapan atau perbuatan. Larangan ini telah dikemukakan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam beberapa hadisnya. Di antaranya ialah:

وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ، لاَ يُؤْمِنُ عَبْدٌ حَتَّى يُحِبَّ لِجَارِهِ -أَوْ قَالَ: ِلأَخِيْهِ- مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
.
Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak sempurna iman seorang hamba hingga ia mencintai bagi tetangganya –atau beliau berkata: bagi saudaranya- sebagaimana ia mencintai bagi dirinya sendiri.
(HR. Muslim No. 45)

Kita perhatikan bahwa berbuat baik kepada tetangga merupakan kesempurnaan iman seorang hamba. Bila seseorang mengharapkan tetangganya berbuat baik kepadanya, hendaklah ia berbuat baik kepada tetangganya itu. Sebagaimana bila ia ingin tetangganya tidak menyakiti dirinya dengan perkataan atau perbuatan, hendaklah ia menghindarkan diri dari menyakitinya dengan perkataan ataupun perbuatan.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan: 

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلاَ يُؤْذِيْ جَارَهُ.

Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah ia menyakiti tetangganya. (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Sebaliknya, hendaknya ia berbuat kebaikan kepadanya.

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيُحْسِنْ إِلَى جَارِهِ

Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya ia berbuat baik kepada tetangganya. 
(HR. Muslim)

Pada riwayat yang lain lagi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan: 

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ.

Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya ia memuliakan tetangganya.
 (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Kaum muslimin, coba perhatikan ketiga hadis di atas, beliau memerintahkan siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk tidak menyakiti tetangganya. Sebaliknya beliau memerintahkan untuk berbuat baik dan memuliakan tetangganya. Menyakiti tetangga bisa dengan ucapan atau perbuatan. Demikian pula berbuat baik dan memuliakannya pun bisa dengan ucapan dan perbuatan.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah menasihati kita seraya mengatakan: “Hadis ini mengandung dalil haramnya memusuhi tetangga, baik dengan perkataan maupun perbuatan. Dengan perkataan seperti memperdengarkan tetangga sesuatu yang dapat mengganggu dan membuatnya gelisah, seperti menyalakan radio, televisi atau alat lainnya hingga terdengar oleh tetangganya. Hal ini tidak boleh. Bahkan, sekiranya yang ia nyalakan adalah murottal al-Quran yang dapat mengganggu tetangga karena kuatnya volume, maka ini sama halnya dengan melampaui batas terhadapnya, ia tidak boleh melakukan hal tersebut.

Sedangkan dengan perbuatan seperti membuang sampah di sekitar pintu rumah tetangga, mempersempit jalan menuju rumahnya atau dengan menggedor-gedor pintu dan perbuatan lain yang dapat mengganggu. Termasuk dalam hal ini, apabila ia memiliki pohon kurma atau selainnya yang berada di sekitar kebunnya, ia menyiraminya dengan air hingga dapat menyakiti tetangganya lantaran aliran air tersebut. Hal ini termasuk tidak diperbolehkan.

Jadi, haram hukumnya bagi tetangga menyakiti tetangganya dengan sesuatu apapun. Jika tetap melakukannya, ia bukanlah seorang mukmin. Maksudnya, ia tidak tersifati dengan sifat seorang mukmin dalam masalah ini, karena telah menyelisihi kebenaran.” (Syarah Riyadh ash-Shalihin, jilid 3, hal. 178)

Semoga Allah ta’ala memberi kemudahan kepada kita untuk menjadi tetangga yang baik bagi tetangganya. Aamiin.

Bagian Indonesia
ICC DAMMAM KSA
0556288679

Sumber          : Kumpulan Ilmu dan Nasehat dari Whatsapp ICC DAMMAM KSA
Nama Group : MAJELIS ILMU ICC DAMMAM 5

No Hp            : 0556288679

Publikasi di blog ini sudah mendapatkan izin dari Admin Group MAJELIS ILMU ICC DAMMAM 5 
Semoga bermanfaat dan Allah memberi balasan yang lebih baik di dunia dan akherat 

MENYAKITI TETANGGA SEBAB MASUK NERAKA

Menyakiti orang lain merupakan kezaliman, dan kezaliman dapat berbuah kegelapan pada hari kiamat. Demikian pula menyakiti tetangga, ini bisa menjadi sebab seseorang mendapatkan murka Allah dan diancam dengan dimasukkan ke dalam neraka. Maka itu, perhatikanlah dengan seksama hak-hak tetangga dan berusahalah menjaganya semaksimal mungkin.
Perhatikanlah riwayat berikut:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ الله عَنهُ قَالَ: قِيْلَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، إِنَّ فُلاَنَةَ تَقُوْمُ اللَّيْلَ وَتَصُوْمُ النَّهَارَ وَتَفْعَلُ وَتَصَدَّقَ، وَتُؤْذِيْ جِيْرَانَهَا يِلِسَانِهَا؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ: لاَ خَيْرَ فِيْهَا، هِيَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ. قَالُوْا: وَفُلاَنَةُ تُصَلِّي الْمَكْتُوْبَةَ وَتَصَدَّقَ بِأَثْوَارٍ، وَلاَ تُؤْذِيْ أَحَداً؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ: هِيَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu ia berkata: Dikatakan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: Wahai Rasulullah, sesungguhnya si Fulanah biasa shalat malam, puasa siang hari, berbuat ini itu dan bersedekah, namun ia menyakiti tetangganya dengan lisannya? Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Tidak ada kebaikan padanya, dia termasuk penghuni neraka.” orang-orang berkata lagi: Si Fulanah hanya shalat wajib saja dan bersedekah dengan keju, namun ia tidak menyakiti seorang pun? Lalu Rasulullah berkata: “Ia termasuk penghuni surga.” (Hadis sahih. Lihat: Shahih al-Adab al-Mufrad No. 88)

Tidak berhenti di situ saja, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga mengancam dengan tidak dimasukkan ke surga seorang tetangga yang tetangganya tidak selamat dari gangguan lisan dan tangannya. Beliau bersabda: 
 
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ لاَ يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ.

Tidak masuk surga seorang yang tetangganya tidak aman dari gangguan-gangguannya. (HR. Muslim)

Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma berkata: “Sungguh telah berlalu kepada kami suatu masa di mana tidak ada seorang yang lebih berhak dengan uang dinar dan dirham dari pada saudaranya sesama muslim. Namun, ternyata sekarang uang dinar dan dirham lebih dicintai oleh seorang dari kita dari pada saudaranya sesama muslim. Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 

كَمْ مِنْ جَارٍ مُتَعَلِّقٍ بِجَارِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، يَقُوْلُ: يَا رَبِّ! هَذَا أَغْلَقَ بَابَهُ دُوْنِيْ، فَمَنَعَ مَعْرُوْفَهُ. 

Betapa banyak tetangga yang bergantungan kepada tetangganya pada hari kiamat, ia berkata: Wahai Rabb! Tetanggaku ini menutup pintunya dariku, ia mencegah kebaikannya untukku. (Hadis hasan lighairihi. Lihat: Shahih al-Adab al-Mufrad No. 81)

Hampir serupa dengan riwayat Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma di atas, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan: 

كَمْ مِنْ جَارٍ مُتَعَلِّقٍ بِجَارِهِ يَقُوْلُ: يَا رَبِّ! سَلْ هَذَا: لِمَ أَغْلَقَ عَنِّيْ بَابَهُ ، وَمَنَعَنِيْ فَضْلَهُ.

Betapa banyak tetangga yang bergantungan kepada tetangganya seraya berkata: Wahai Rabb! Tanyakan kepada tetanggaku ini: mengapa ia menutup pintunya untukku dan mencegah diriku dari kelebihan hartanya. (Hadis hasan. Lihat: Shahih al-Targhib wa at-Tarhib No.2564)

Semoga Allah ta’ala memberi kemudahan kepada kita untuk menjadi tetangga yang baik bagi tetangganya. Aamiin.

Bagian Indonesia
ICC DAMMAM KSA
0556288679

DOA YANG PALING SERING DIPANJATKAN NABI

Ada sebuah doa yang paling sering dipanjatkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Dengan membaca beberapa riwayat di bawah ini, kita akan mengetahui doa yang dimaksud. Selamat menyimak. Baarokallahu fiikum

○ HADIS PERTAMA:
 
عَنْ أَنَسٍ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: اللَّهُمَّ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Dahulu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berdoa:  Allahumma, Robbanaa aatinaa fid-dunyaa hasanah, wa fil-aakhirati hasanah, wa qinaa ‘adzaaban-naar (Ya Allah, Rabb kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari siksa neraka). (HR. al-Bukhari)

○ HADIS KEDUA: 

عَنْ أَنَسٍ قَالَ: كَانَ أَكْثَرُ دُعَاءِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اللَّهُمَّ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

Dari Anas radhiyallahu 'anhu ia berkata: Dahulu kebanyakan doa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam adalah: Allahumma, Robbanaa aatinaa fid-dunyaa hasanah, wa fil-aakhirati hasanah, wa qinaa ‘adzaaban-naar (Ya Allah, Rabb kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari siksa neraka). (HR. al-Bukhari)

○ DOA KETIGA:
 
عَنْ عَبْدِ الْعَزِيْزِ بْنِ صُهَيْبٍ قَالَ: سَأَلَ قَتَادَةُ أَنَسًا: أَيُّ دَعْوَةٍ كَانَ يَدْعُوْ بِهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكْثَرَ؟ قَالَ: كَانَ أَكْثَرُ دَعْوَةٍ يَدْعُوْ بِهَا يَقُوْلُ: اللَّهُمَّ آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. قَالَ: وَكَانَ أَنَسٌ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَدْعُوَ بِدَعْوَةٍ دَعَا بِهَا فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَدْعُوَ بِدُعَاءٍ دَعَا بِهَا فِيْهِ.

Dari Abdul Aziz bin Shuhaib ia berkata: Qotadah pernah bertanya kepada Anas: Doa apakah yang dahulu paling banyak dipanjatkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam? Anas menjawab: “Dahulu permohonan yang paling banyak dipanjatkan beliau adalah doa: Allahumma, aatinaa fid-dunyaa hasanah, wa fil-aakhirati hasanah, wa qinaa ‘adzaaban-naar (Ya Allah, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan lindungilah kami dari siksa neraka).” Qotadah berkata: “Dahulu Anas apabila ingin berdoa dengan sebuah permohonan saja maka beliau berdoa dengan kalimat tersebut. Dan apabila ia ingin berdoa (dengan beberapa permohonan) maka beliau berdoa di antaranya dengan kalimat tersebut. (HR. Muslim)

○ HADIS KEEMPAT:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ السَّائِبِ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ مَا بَيْنَ الرُّكْنَيْنِ: رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً
 وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

Dari Abdullah bin as-Saa-ib ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berdoa di antara dua rukun (Rukun Yamani dan Hajar Aswad ketika thawaf-pen): Robbanaa, aatinaa fid-dunyaa hasanah, wa fil-aakhirati hasanah, wa qinaa ‘adzaaban-naar (Ya Allah, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan lindungilah kami dari siksa neraka). (Hasan riwayat Abu Dawud)

○ HADIS KELIMA:
 
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَادَ رَجُلاً مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ قَدْ خَفَتَ فَصَارَ مِثْلَ الْفَرْخِ، فَقَالَ لَهُ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: هَلْ كُنْتَ تَدْعُو بِشَيْءٍ أَوْ تَسْأَلُهُ إِيَّاهُ؟ قَالَ: نَعَمْ، كُنْتُ أَقُوْلُ: اللَّهُمَّ، مَا كُنْتَ مُعَاقِبِيْ بِهِ فِي اْلآخِرَةِ فَعَجِّلْهُ لِيْ فِي الدُّنْيَا. فَقَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: سُبْحَانَ اللَّهِ! لاَ تُطِيْقُهُ أَوْ لاَ تَسْتَطِيْعُهُ، أَفَلاَ قُلْتَ: اللَّهُمَّ، آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. قَالَ: فَدَعَا اللَّهَ لَهُ فَشَفَاهُ.

Dari Anas radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah membesuk seorang laki-laki dari kaum muslimin yang fisiknya lemah hingga (kurus) seperti anak burung, beliau berkata kepadanya: “Apakah engkau pernah berdoa dengan sesuatu atau memohon sesuatu kepada Allah?” ia menjawab: “Iya. Aku dahulu pernah berdoa: Ya Allah, dosa yang dengannya engkau akan siksa diriku di akhirat, hendaknya Engkau segerakan hukuman bagiku di dunia.” Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Maha suci Allah! engkau tidak kuat atau tidak mampu menanggungnya, mengapa engkau tidak memohon dengan: Allahumma, aatinaa fid-dunyaa hasanah, wa fil-aakhirati hasanah, wa qinaa ‘adzaaban-naar (Ya Allah, berilah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka). Anas berkata: Lalu beliau memohon kepada Allah untuk memberikan kesembuhan kepadanya, dan akhirnya Allah menyembuhkannya. (HR. Muslim)

◆ BEBERAPA FAEDAH PENTING

Ada beberapa faedah penting yang dapat dipetik dari beberapa hadis di atas, di antaranya:

|[1]. Doa di atas merupakan doa yang paling sering dipanjatkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. |[2]. Doa dengan kalimat di atas memiliki beberapa lafal, di antaranya:
 
◇ Pertama: Allahumma, Robbanaa, aatinaa fid-dunyaa hasanah, wa fil-aakhirati hasanah, wa qinaa ‘adzaaban-naar.
 
◇ Kedua: Allahumma, aatinaa fid-dunyaa hasanah, wa fil-aakhirati hasanah, wa qinaa ‘adzaaban-naar.
 
◇ Ketiga: Robbanaa aatinaa fid-dunyaa hasanah, wa fil-aakhirati hasanah, wa qinaa ‘adzaaban-naar.
 
|[3]. Doa ini secara khusus dibaca ketika berada di antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad pada saat thawaf di sekeliling Ka’bah.
 
|[4]. Urgensi doa ini yang mencakup kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta perlindungan dari api neraka.
 
|[5]. Hendaknya seseorang tidak melupakan kalimat ini ketika ia berdoa kepada Allah dengan banyak permohonan.

Ya Allah, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari api neraka. Aamiin.

Bagian Indonesia
ICC DAMMAM KSA
+966556288679

PERBANYAKLAH DOA KEPADA ALLAH

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa doa adalah ibadah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ.

Doa adalah ibadah. (Hadis sahih riwayat at-Tirmidzi)

Berbicara tentang keutamaan doa, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah menjelaskan:

لَيْسَ شَيْءٌ أَكْرَمُ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى مِنَ الدُّعَاءِ. 

Tidak ada sesuatu apapun yang lebih mulia bagi Allah dari pada doa. (Hadis hasan riwayat Ahmad)

Bila demikian, hendaknya kita berusaha memperbanyak doa kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Hendaknya kita tidak cepat puas dengan doa yang sudah kita panjatkan. Teruslah menambah dan membiasakannya pada setiap hari kita.

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu mengatakan: 

كَانَ رَسُوْلُ اللَّهِ إِذَا دَعَا دَعَا ثَلاَثاً، وَإِذَا سَأَلَ سَأَلَ ثَلاَثاً.
Dahulu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam apabila berdoa maka beliau mengulanginya sebanyak tiga kali dan apabila memohon maka beliau mengulanginya sebanyak tiga kali.” (Lihat: al-Bahr ar-Raa-iq, Ahmad Farid, hal. 113)

Seorang yang memperbanyak doa semakin dicintai oleh Allah. Sebaliknya, bila ia meninggalkan doa, maka ini menjadi sebab murka Allah subhanahu wa ta'ala.

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman: 

إِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ.

Sesungguhnya orang-orang yang sombong dari beribadah (berdoa) kepada-Ku mereka akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina. (QS. Ghafir/al-Mukmin: 60)

Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 

مَنْ لَمْ يَسْأَلِ اللَّهَ يَغْضَبْ عَلَيْهِ.

Barang siapa tidak memohon (berdoa) kepada Allah, maka Allah murka kepadanya. (Hadis sahih riwayat at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Seorang penyair bersenandung: 

لاَ تَسْـأَلَنَّ بُنَيَّ آدَمَ حَـاجَةً وَسَلِ الَّذِيْ أَبْوَابُهُ لاَ تُحْجَبُ
اللَّهُ يَغْضَبُ إِنْ تَرَكْتَ سُؤَالَهُ وَإِذَا سَأَلْتَ بُنَيَّ آدَمَ يَغْضَبُ

Sekali-kali janganlah engkau memohon hajat kepada manusia
Memohonlah kepada Dzat yang pintu-Nya senantiasa terbuka
Allah akan marah bila engkau meninggalkan doa kepada-Nya
Sedang manusia akan marah bila kau terus meminta kepadanya

Maka itu, teruslah memperbanyak doa kepada Allah. Semoga Allah mengabulkan doa-doa baik kita semua. Aamiin.

Bagian Indonesia
ICC DAMMAM KSA
+966556288679

Senin, 26 Januari 2015

AKIBAT BURUK CEMBURU BUTA

Dampak buruk cemburu buta begitu mengerikan. Cerita-cerita dahulu kala dan realita yang ada memberikan pelajaran kepada kita bahwa cemburu buta adalah sesuatu yang sangat tercela. Kisah berikut ini di antara saksi nyata bahwa cemburu buta sangat berbahaya. 

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ الله عَنْهُمَا، أَنَّهُ أَتَاهُ رَجُلٌ فَقَالَ: إِنِّيْ خَطَبْتُ امْرَأَةً، فَأَبَتْ أَنْ تَنْكِحَنِيْ، وَخَطَبَهَا غَيْرِيْ، فَأَحَبَّتْ أَنْ تَنْكِحَهُ، فَغِرْتُ عَلَيْهَا فَقَتَلْتُهَا، فَهَلْ لِيْ مِنْ تَوْبَةٍ ؟ قَالَ: أُمُّكَ حَيَّةٌ ؟ قَالَ: لَا. قَالَ: تُبْ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَتَقَرَّبْ إِلَيْهِ مَا اسْتَطَعْتَ. قَالَ عَطَاءُ بْنُ يَسَار رَحِمَه الله: فَذَهَبْتُ، فَسَأَلْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ: لِـمَ سَأَلْتَهُ عَنْ حَيَاةِ أُمِّهِ ؟ فَقَالَ: إِنِّي لَا أَعْلَمُ عَمَلًا أَقْرَبَ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ بِرِّ الْوَالِدَةِ.

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, bahwasanya beliau pernah didatangi oleh seorang laki-laki lalu orang itu berkata: “Sesungguhya aku melamar seorang wanita, namun ia enggan menikah denganku. Lalu ada laki-laki lain yang meminangnya dan ternyata ia tertarik untuk menikah dengan lelaki itu. Akhirnya aku pun cemburu kepada wanita itu hingga aku membunuhnya. Lantas, apakah ada kesempatan taubat bagiku ?”
Ibnu Abbas berkata: “Apakah ibu-mu masih hidup?” “Tidak,” jawabnya. Beliau menasihati: “ Bertaubatlah kepada Allah ‘azza wa jalla dan dekatkanlah diri kepada-Nya semaksimal mungkin.”
‘Atho bin Yasar rahimahullah berkata: “Lalu aku pergi (menemui Ibnu Abbas) dan bertanya kepadanya: “Mengapa engkau bertanya kepadanya tentang ibunya apakah masih hidup?” beliau menjawab: “Sesungguhnya aku tidak mengetahui adanya amalan yang lebih dekat kepada Allah ‘azza wa jalla dari pada berbakti kepada bunda.” [Sahih riwayat al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad. Lihat Shahih al-Adab al-Mufrad, hal. 34 No. 4)

◇ PELAJARAN PENTING

Dari kisah singkat di atas dapat kita ambil beberapa pelajaran penting, di antaranya:

[1]. Nama laki-laki dalam cerita di atas tidak disebutkan untuk menutupi jati dirinya, sebab ia telah melakukan kemaksiatan. Dan seorang yang melakukan kemaksiatan hendaknya tidak dibuka aibnya di tengah manusia dengan terang-terangan menyebutkan nama dan kemaksiatan yang dilakukannya.

[2]. Kisah di atas menerangkan kepada kita bahaya cemburu buta yang dapat berakibat buruk dan sangat tercela, seperti ghibah (menggunjing), namimah (mengadu domba), permusuhan, iri dengki bahkan pembunuhan.

[3]. Bagi pelaku maksiat -sebesar apapun dosa yang dikerjakan- hendaknya ia tidak berputus asa dari rahmat Allah ta’ala. Hendaknya ia kembali dan bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya.

[4]. Seorang yang bertaubat dan kembali kepada Allah subhanahu wa ta'ala maka Allah akan menerima taubatnya.

[5]. Keutamaan berbakti kepada kedua orang tua, di mana berbakti kepada keduanya dapat menjadi pelebur dosa -dengan izin Allah ta’ala-.

[6]. Dalam meminta fatwa, hendaknya seorang mencari seorang yang benar-benar paham urusan agama, sehingga ia akan memberikan solusi yang syar’i dan fatwa yang berdasar kepada ilmu.

[7]. Hendaknya seorang yang berilmu membantu orang lain dan menarik tangannya untuk belajar agama dan mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa ta'ala.

[8]. Perintah untuk memperbanyak ketaatan dan mendekatkan diri kepada Allah semaksimal mungkin, sebab amalan-amalan baik tersebut akan menghapuskan dosa yang pernah diperbuat.

[9]. Bersemangat dalam menuntut ilmu agama sebagaimana yang ditunjukan oleh Atho’ bin Yasar. Ketika ada satu hal yang belum diketahui, ia langsung bertanya kepada ahlinya.

[10]. Sifat rendah hati dan ketelitian Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma dalam berbicara. Beliau berkata: “ Sesungguhnya aku tidak mengetahui adanya amalan … “ dan tidak berkata: “sesungguhnya tidak ada amalan … “.

Semoga Allah senantiasa membimbing kita menuju akhlak yang mulia dan semoga kita dimudahkan untuk menjauhkan diri dari akhlak-akhlak hina lagi tercela. Aamiin.

[Syarh Shahih al-Adab al-Mufrad, Husayn al-‘Awaisyah, hal. 16 s.d 17]

Bagian Indonesia
ICC DAMMAM KSA
0556288679

ADAB MENGUAP (angop)

Al-Bukhari rahimahullah meriwayatkan bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعُطَاسَ وَيَكْرَهُ التَّثَاؤُبَ، فَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ فَحَقٌّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ سَمِعَهُ أَنْ يُشَمِّتَهُ، وَأَمَّا التَّثَاؤُبُ فَإِنَّمَا هُوَ مِنَ الشَّيْطَانِ، فَلْيَرُدَّهُ مَا اسْتَطَاعَ، فَإِذَا قَالَ: هَا، ضَحِكَ مِنْهُ الشَّيْطَانُ.

Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan membenci menguap. Bila seseorang bersin lalu memuji Allah (dengan mengucapkan: alhamdulillah: segala puji bagi Allah) maka menjadi hak bagi setiap muslim yang mendengarnya untuk menjawabnya (dengan mengucapkan: yarhamukallah: semoga Allah merahmatimu). Adapun menguap berasal dari setan, maka hendaklah ia menolak sekuat mungkin. Bila ia bersuara: Haaah, maka setan menertawakannya. (HR. al-Bukhari)

Dari satu hadis mulia di atas -dan beberapa hadis lainnya-, kita akan mempelajari adab mulia yang berkaitan dengan menguap. Berikut di antaranya.

|[1]|. Anjuran untuk Menolak Menguap

Hal ini sebagaimana dalam hadis yang telah kita sajikan di atas. Pada redaksi lain riwayat Muslim Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

التَّثَاؤُبُ مِنَ الشَّيْطَانِ فَإِذَا تَثَاءَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَكْظِمْ مَا اسْتَطَاعَ.

Menguap itu dari setan, maka bila seorang dari kalian menguap hendaklah ia menahannya semaksimal mungkin. (HR. Muslim)

Imam an-Nawawi rahimahullah berkata di dalam Syarah Sahih Muslim: "Menguap itu umumnya dibarengi dengan rasa berat, lemas dan penuh di tubuh serta lebih condong kepada sifat malas. Menguap disandarkan kepada setan sebab dia-lah yang mengajak kepada nafsu syahwat. (Hadis ini) sebagai peringatan untuk menjauhi sebab-sebab yang dapat menimbulkan menguap, yaitu makan terlalu banyak atau berlebih-lebihan."

◇ Menguap Ketika Shalat

Demikian pula bila menguap tersebut datang kepada seorang yang sedang salat, maka hendaknya ia lebih ekstra lagi dalam menolaknya. Sebab kondisi salat lebih utama untuk dijaga dari pada di luar shalat.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan:

إِذَا تَثَاوَبَ أَحَدُكُمْ فِي الصَّلاَةِ فَلْيَكْظِمْ مَا اسْتَطَاعَ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَدْخُلُ.

Bila seorang dari kalian menguap dalam salat, maka hendaklah ia menahannya semaksimal mungkin, sebab setan bisa masuk. (HR. Muslim)

Setan akan masuk? Hal ini bukan hal aneh bagi mukmin yang beriman, sebab setan benar-benar bisa masuk ke tubuh manusia. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِيْ مِنَ اْلإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ.

Sesungguhnya setan bisa berjalan pada (tubuh) manusia seperti mengalirnya darah. (HR. al-Bukhari dan Muslim)

|[2]|. Menutup Mulut dengan Tangan

Dalam sebuah hadis riwayat Muslim Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

فَإِذَا تَثَاءَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيُمْسِكْ بِيَدِهِ عَلَى فِيْهِ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَدْخُلُ.

Bila seorang dari kalian menguap, hendaklah ia menutup mulutnya dengan tangan, sebab setan bisa masuk. (HR. Muslim)

Di antara faedah menutup mulut ketika menguap: pertama: agar tidak terlihat pemandangan “seram” dari mulut orang yang menguap, kedua: agar setan tidak menertawakannya. Selain itu, ini merupakan perintah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.

|[3]|. Tidak Mengucapkan 'Haaah' atau ‘Huuaaah’

Hal ini sebagaimana telah dijelaskan pada hadis di atas. Alasannya, suara seperti ini dapat membuat setan tertawa. Sudikah anda ditertawakan oleh setan? Tentu saja kita tidak ingin membuat setan tertawa lantaran merasa senang dan girang.

|[4]|. Tidak Mengangkat Suara Ketika Menguap

Mengangkat suara ketika menguap termasuk adab yang tidak baik, tidak enak didengar dan dapat membuat orang lari menjauh. Sebagian orang terkadang sengaja mengangkat suara ketika menguap untuk membuat orang tertawa dan dia bangga melakukannya. Ketahuilah! Itu bukan adab yang baik. Justru sebaliknya setan yang akan menertawakannya. Maka itu, hendaklah ia meninggalkan menguap dengan cara seperti ini.

|| Catatan Penting ||

◇ Pertama: Tidak ada doa atau bacaan khusus ketika menguap.

Sebagian orang ada yang membaca ta'awwudz (a’udzi billahi minasy-syaithani-rojim: aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk) setiap kali menguap. Hal ini merupakan kesalahan yang dapat kita lihat dari beberapa sisi:

◆ Ucapan atau doa ini tidak ada contohnya dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabat radhiyallahu 'anhum. Bila itu baik, niscaya mereka dahulu telah mendahului kita dalam mengamalkannya.
◆ Hal ini lebih dekat kepada perkara baru dalam agama.
◆ Orang yang membaca doa ini telah meninggalkan sunah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ketika menguap, yakni perintah untuk menolaknya sekuat tenaga dan menutup mulut dengan tangan.

◇ Kedua: Sepengetahuan kami, tidak ada satu pun keterangan dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tentang tata cara khusus menutup mulut dengan tangan ketika menguap. Allahu a’lam.

Semoga dimudahkan untuk menerapkan beberapa adab tersebut. Aamiin.  

Bagian Indonesia
ICC DAMMAM KSA
+966556288679

DOA-DOA TERLARANG

Ada beberapa doa yang dilarang oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam untuk dipanjatkan oleh seorang muslim. Apa saja? berikut di antaranya. Selamat menyimak.

PERTAMA: Larangan Mendoakan Keburukan Bagi Diri, Keluarga Atau Harta

Mendoakan keburukan bagi diri, keluarga dan harta merupakan kebodohan. Namun anehnya terkadang seseorang melakukannya, khususnya bila ia sedang marah. Oleh karena itu, berusahalah untuk senantiasa menjaga lisan dalam setiap keadaan, terlebih pada saat sedang emosi. Jika doa keburukan dikabulkan, yang tersisa hanyalah penyesalan. Maka itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mewanti-wanti kita agar tidak mendoakan keburukan bagi diri, keluarga dan harta. Beliau bersabda:

لاَ تَدْعُوْا عَلَى أَنْفُسِكُمْ، وَلاَ تَدْعُوْا عَلَى أَوْلاَدِكُمْ، وَلاَ تَدْعُوْا عَلَى أَمْوَالِكُمْ، لاَ تُوَافِقُوْا مِنْ اللَّهِ سَاعَةً يُسْأَلُ فِيْهَا عَطَاءٌ فَيَسْتَجِيْبُ لَكُمْ.

Janganlah kalian mendoakan keburukan bagi diri-diri kalian, janganlah kalian mendoakan keburukan bagi anak-anak kalian, jangan pula kalian mendoakan keburukan bagi harta-harta kalian, sebab jika doa kalian bertepatan dengan waktu dikabulkannya permohonan oleh Allah maka Dia akan mengabulkan bagi kalian. (HR. Muslim)

KEDUA: Larangan Memohon Kematian Karena Musibah yang Menimpa

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menasihati paman beliau, al-Abbas radhiyallahu 'anhu yang sedang sakit dan mengharap kematian. Beliau mengatakan:

يَا عَمُّ! لاَ تَتَمَنَّ الْمَوْتَ، فَإِنَّكَ إِنْ كُنْتَ مُحْسِنًا، فَأَنْ تُؤَخَّرْ تَزْدَدْ إِحْسَانًا إِلَى إِحْسَانِكَ، خَيْرٌ لَكَ، وَإِنْ كُنْتَ مُسِيْئًا فَأَنْ تُؤَخَّرْ فَتَسْتَعْتِبْ مِنْ إِسَائَتِكَ، خَيْرٌ لَكَ، فَلاَ تَتَمَنَّ الْمَوْتَ.

Wahai paman! Janganlah engkau mengharap kematian. Sebab bila selama ini engkau berbuat baik, kemudian (umurmu) ditangguhkan, maka itu adalah kebaikan yang ditambahkan kepada kebaikanmu dulu, dan itu baik bagimu. Bila selama ini engkau berbuat tidak baik, kemudian (umurmu) ditangguhkan, lalu engkau diberi kesempatan untuk bertaubat dari kesalahanmu, maka itu pun baik pula bagimu. Maka janganlah engkau mengharap kematian. (Hadis sahih riwayat Ahmad dan al-Hakim)

KETIGA: Larangan Memohon Agar Disegerakan Hukuman Di Dunia

Bisa jadi, sebagian orang karena takut hukuman di akhirat memohon kepada Allah agar disegerakan baginya hukuman di dunia. Alasannya, hukuman di dunia lebih ringan dari pada hukuman di akhirat. Ini merupakan tindakan ceroboh. Sebab hukuman itu sangat berat, bisa jadi ia tidak mampu menanggungnya.

Suatu ketika Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam menjenguk seorang yang sakit hingga badannya sangat kurus, beliau berkata kepadanya:

هَلْ كُنْتَ تَدْعُو بِشَيْءٍ أَوْ تَسْأَلُهُ إِيَّاهُ.

“Apakah engkau pernah berdoa dengan sesuatu atau memohon sesuatu kepada Allah?” 

Ia menjawab: “Iya, pernah. Aku dahulu pernah berkata, Ya Allah, janganlah engkau menghukumku di akhirat, maka itu segerakan hukuman di dunia bagiku.” Mendengar ucapannya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

سُبْحَانَ اللَّهِ لاَ تُطِيْقُهُ أَوْ لاَ تَسْتَطِيْعُهُ، أَفَلاَ قُلْتَ اللَّهُمَّ: آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

“Maha suci Allah! engkau tidak akan kuat atau tidak mampu menanggungnya, mengapa engkau tidak berkata, Ya Allah berilah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka! Lalu beliau mendoakan orang itu dan Allah memberikan kesembuhan baginya. (HR. Muslim)

KEEMPAT: Larangan Melampaui Batas Dalam Berdoa

Abdullah bin Mughaffal radhiyallahu 'anhu pernah mendengar anaknya berdoa, “Ya Allah, aku memohon kepadamu istana putih di sisi surga, apabila aku masuk ke dalamnya.” Lalu Abdullah berkata: “Wahai putraku, mintalah kepada Allah surga dan berlindunglah kepada-Nya dari neraka, sesungguhnya aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

سَيَكُوْنُ قَوْمٌ يَعْتَدُوْنَ فِي الدُّعَاءِ.

“Akan ada suatu kaum yang melampaui batas dalam berdoa.” (Hadis sahih riwayat Ibnu Majah)

Semoga Allah subhanahu wa ta'ala mengabulkan doa-doa baik kita. Aamiin.

 

Bagian Indonesia
ICC DAMMAM KSA
+966556288679

HUKUM MELAMPAUI BATAS DALAM BERDOA

Melampaui batas dalam berdoa tidak diperbolehkan. Mengapa? Sebab Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

اُدْعُوْا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُعْتَدِيْنَ.

Berdoalah kepada Rabb kalian dengan merendahkan diri dan suara lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (QS. al-A’raf: 55)

♢ al-Qurthubi rahimahullah mengatakan: “Melampaui batas dalam berdoa banyak macamnya, di antaranya: mengeraskan suara dan berteriak-teriak, seorang minta sesuatu yang ia tidak berhak mendapatkannya seperti ia minta kedudukan seperti Nabi, memohon sesuatu yang mustahil, berdoa memohon suatu kemaksiatan.“ (Tafsir al-Qurthubi 7/144)

♢ Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: “Melampaui batas dalam berdoa kadang kala dengan meminta sesuatu yang tidak boleh seperti minta pertolongan untuk melakukan kemaksiatan, terkadang pula dengan memohon sesuatu yang tidak Allah melakukannya seperti minta dikekalkan sampai hari kiamat, atau dihilangkan darinya tabiat manusia seperti kebutuhan makan dan minum, dan lain-lain di mana Allah tidak menyukai orang yang berdoa dan doanya. Contoh melampaui batas yang paling buruk ialah yang berdoa kepada selain Allah, sebab melampaui batas paling buruk adalah kesyirikan. Termasuk melampaui batas juga berdoa namun tidak merendahkan diri, siapa yang berdoa kepada-Nya tanpa menampakkan kebutuhan, rendah diri dan rasa takut maka ia telah melampaui batas.” (al-Fatawa 17/22-23)

♢ Termasuk melampaui batas, seseorang yang memohon sesuatu dan disebutkan dengan rinci. Suatu ketika Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu 'anhu melihat salah satu anaknya berdoa seraya berkata, “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu surga dan kenikmatannya, keindahannya, serta ini dan itunya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari neraka, dari rantai dan belenggunya, serta ini dan itunya. Kemudian Sa’ad berkata: “Wahai anakku, sesungguhnya aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

سَيَكُوْنُ قَوْمٌ يَعْتَدُوْنَ فِي الدُّعَاءِ.

“Akan ada suatu kaum yang melampaui batas dalam berdoa.” Maka itu berhati-hatilah, jangan sampai engkau termasuk dari golongan mereka. Apabila engkau diberi surga, niscaya engkau akan diberi surga dengan segala yang ada di dalamnya. Apabila engkau diberi perlindungan dari neraka, niscaya engkau akan diberi perlindungan darinya dan dari segala keburukan yang ada di dalamnya. (Hadis sahih riwayat Ahmad dan Abu Dawud)

Abdullah bin Mughaffal radhiyallahu 'anhu pernah mendengar anaknya berdoa, “Ya Allah, aku memohon kepadamu istana putih di sisi surga, apabila aku masuk ke dalamnya.” Lalu Abdullah berkata: “Wahai putraku, mintalah kepada Allah surga dan berlindunglah kepada-Nya dari neraka, sesungguhnya aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

سَيَكُوْنُ قَوْمٌ يَعْتَدُوْنَ فِي الدُّعَاءِ.

“Akan ada suatu kaum yang melampaui batas dalam berdoa.” (Hadis sahih riwayat Ibnu Majah)

Semoga yang sedikit ini berfaedah dan menjadi ilmu yang bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

 

Bagian Indonesia
ICC DAMMAM KSA
+966556288679

ANJING PUN BALAS DENDAM UNTUK NABI

Ibnu Hajar al-Asqolani rahimahullah menyebutkan sebuah kisah di dalam kitab ad-Duror al-Kaaminah (3/202):
“ ... suatu hari ada segerombolan pembesar dari orang-orang Nashoro menuju pesta besar milik orang-orang Mongol. Pesta tersebut diadakan untuk merayakan seorang pimpinan Mongol yang masuk agama Kristen.
Kemudian ada seorang pendeta Nashoro yang mencela Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan pada saat itu ada seekor anjing yang diikat tali. Ketika pendeta pendengki tersebut mencela Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, tiba-tiba anjing itu menggonggong dan berontak, lalu menerjang pendeta itu dan menggigitnya dengan keras. Namun akhirnya orang-orang berhasil melepaskan anjing itu dari pendeta tadi setelah mereka berusaha keras.
Sebagian hadirin ada yang berkata, “ Ini karena ucapanmu terhadap Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam tadi.” Namun pendeta itu menjawab: “Tidak demikian, anjing tersebut berjiwa mulia, dia melihat tanganku bergerak-gerak sehingga ia mengira aku akan memukulnya.”
Kemudian ia kembali mencela Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan bahkan dengan celaan yang lebih keji lagi. Dalam kondisi seperti itu, akhirnya anjing itu berhasil memutuskan tali yang mengikatnya, lalu berhasil menerjang leher sang pendeta dan menggigit bagian bawah lehernya saat itu juga. Akhirnya, pendeta itu tewas di tempat. Ketika peristiwa itu terjadi, ada sekitar empat puluh ribu (40.000) orang Mongol masuk Islam.”
Imam Adz-Dzahabi rahimahullah juga menyebutkan kisah di atas di kitab Mu’jam asy-Syuyuukh hal. 387, dengan isnad sahih hingga sampai kepada seorang yang ikut menyaksikannya, yaitu Syaikh Jamaluddin as-Sawamili rahimahullah, ia menghikayatkan: “ Anjing itu memangsanya, demi Allah Yang Maha Agung, dan aku melihatnya. Kemudian ia menggigit lehernya dan menariknya, akhirnya pendeta terlaknat itu tewas. Karena peristiwa besar tersebut, sekitar empat puluh ribu (40.000) orang Mongol masuk islam. Dan peristiwa itu menjadi begitu masyhur.”
Ironisnya, hari ini kita melihat anjing tersebut ternyata lebih cemburu terhadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dari pada kebanyakan kaum muslimin.
|[ Dari : Syaikh Muhammad Musa. Via : Ustadz Abu Urwah Ferry. Penerjemah : Abu Musa al-Astari ]|
Bagian Indonesia
ICC DAMMAM KSA
+966556288679

HIKMAH DI BALIK UNTAIAN KALIMAT INDAH

Sedikitpun janganlah meremehkan kalimat yang baik. Kalimat berisi motivasi, nasihat, saran dan masukan sangat bermanfaat bagi semua para penuntut ilmu. Pengaruh semua itu begitu besar pada jiwa mereka. Dengan tiga contoh berikut, kita akan benar-benar mengetahui pengaruh positifnya

◇ KISAH PERTAMA:

Siapa yang tidak mengenal kitab Shahih al-Bukhari? sebuah kitab paling sahih setelah al-Qur’an karya Muhammad bin Ismail al-Bukhari rahimahullah. Tahukah anda apa sebab yang mendorong beliau menulis kitab tersebut? Sebabnya adalah sebuah kalimat dari gurunya Ishaq bin Rohuwiyah rahimahullah yang ia dengar di dalam majelis ilmu. Sebuah kalimat yang masuk ke telinga al-Bukhari dan meresap ke dalam dadanya. Di majelis itu Ishaq berkata:

لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ يَجْمَعُ كِتَاباً فِيْمَا صَحَّ مِنْ سُنَّةِ الرَّسُوْلِ صلى الله عليه وسلم“

Sekiranya seorang dari kalian ada yang menghimpun hadis-hadis sahih dari sunah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sebuah kitab.”

Karena kalimat tersebut, al-Bukhari berazam untuk merealisasikan ucapan gurunya, hingga akhirnya terwujudlah apa yang diharapkan. Sebagai bukti, kitab Shahih al-Bukhari yang dengan mudah dapat kita temui di masjid-masjid, toko buku, atau rumah para penuntut ilmu.

◇ KISAH KEDUA:

Hal seperti ini juga terjadi pada Imam adz-Dzahabi rahimahullah, pemilik sebuah karya fenomenal Siyar A’lam an-Nubala’ yang berisi biografi para ulama sejak zaman para sahabat hingga masa beliau. Sebab yang mendorong beliau mendalami ilmu agama adalah sebuah kalimat pendek berisi pujian ringan yang tidak berlebihan, yang dilontarkan oleh al-Barzali rahimahullah ketika melihat khot (tulisan)-nya. Ia berkata: 

إِنَّ خَطَّكَ هَذَا يُشْبِهُ خَطَّ الْمُحَدِّثِيْنَ.

“Sungguh, tulisanmu mirip tulisan para ulama hadis.”

Mendengar kalimat pendek tersebut adz-Dzahabi berbagi cerita: 

فَحَبَّبَ اللَّهُ إِلَيَّ عِلْمَ الْحَدِيْثِ.

“Ternyata Allah memberikan kecintaan kepadaku terhadap ilmu hadis.”
Sehingga, sebagaimana kita perhatikan, adz-Dzahabi bak gunung besar yang subur dengan karya dan tulisan.

◇ KISAH KETIGA:

Sebagaimana yang dikisahkan oleh Muhammad bin Nashr dalam kitab Mukhtashar Qiyam al-Lail, bahwasanya Shilah bin Usyaim rahimahullah dahulu sering mondar-mandir menuju masjid untuk beribadah. Di tengah jalan yang sering dilewati, ia bertemu dengan sekumpulan pemuda yang sibuk dengan permainan dan hal lain yang tidak ada manfaatnya.

Shilah berkata kepada mereka: “Menurut kalian, bila ada suatu kaum yang ingin bepergian, namun siang hari mereka menyimpang dari jalan yang seharusnya ditempuh, sedangkan malam harinya mereka malah tidur, kira-kira kapan mereka akan sampai tujuan?”

Setiap kali melewati mereka, beliau bertanya dengan pertanyaan serupa. Hingga akhirnya, seorang pemuda dari mereka tersadar dan berkata: “Teman-teman, demi Allah, yang beliau maksud bukan siapa-siapa, tapi kita, siang hari kita sibuk bermain-main sedang malam hari kita hanya tidur.”

Singkat cerita, akhirnya pemuda itu mengikuti Shilah menuju masjid untuk beribadah di sana. Ia terus dalam keadaan demikian hingga ajal menjemputnya.

Semoga Allah memberikan rahmat kepada mereka semua. Aamiiin.

[Ma’alim fi Thariq Tholabil ‘Ilmi, Abdul Aziz as-Sadhan, hal. 81-82]

Bagian Indonesia
ICC DAMMAM KSA
+966556288679

Recent Post