ISLAM itu indah-----ISLAM itu sempurna dan ISLAM itu rahmatan lil 'alamin-----JANGAN Hanya menilai ISLAM dari pengikut / umatnya...!-----tapi Nilai lah ISLAM dari ajarannya...!-----Pelajarilah...!-----Jika Tidak Tahu Bertanyalah Pada Ahlinya-----maka anda akan mengetahui betapa menakjubkanya Islam bagi kehidupan manusia

(Ibnul Qoyyim rahimahullah[Ad-Daa' wa ad-Dawaa' 94])

“”

IMAM SYAFI'I MENUTURKAN :

Siapa yang tulus menjalin persaudaraan dengan sahabatnya maka ia akan menerima kesalahan-kesalahannya,, mengisi kekuranagnnya dan memaafkan ketregelincirannya".

RASULULLAH Shalallahu 'alaihi wasalam bersabda :

"Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia". (HR. Muslim)

RASULULLAH shlallahu 'alaihi wasalam bersabda :

"Seorang Muslim Adalah Bersaudara, Janganlah Mendzolimi, Merendahkan Dan Janganlah Mengejeknya. (HR. Muslim)

RASULULLAH shlallahu 'alaihi wasalam bersabda :

"Barangsiapa yang memudahkan orang yang sedang berada dalam kesulitan, maka Allah akan memudahkannya baik di dunia maupun di akherat". (HR. Muslim)

Imam Syafi'i pernah berkata :

"Aku berangan-angan agar orang-orang mempelajari ilmuku ini dan mereka tidak menisbahkan sedikitpun ilmuku kepadaku selamanya, lalu akupun diberi ganjaran karenanya dan mereka tidak memujiku" (Al-Bidaayah wa An-Nihaayah 10/276)

Ibnul Qayyim (Al Fawaid 1/147)

el kanzu

Selasa, 07 November 2023

Berhati-hati

Salah seorang dosen kami berkata "hari ini Indonesia mencela Saudi karena kami mengadakan acara Riyadh Season dan tidak peduli dengan rakyat Palestina, bagaimana pendapat kalian dalam hal ini?" beliau bertanya kepada kami yang dari Indonesia.

Kami menjawab bahwa itu adalah pandangan sebagian mereka dan kami tidak setuju dengan (semua) yang mereka katakan.

Beliau melanjutkan "hari ini banyak orang yang berbicara tentang suatu permasalahan tapi tidak memiliki pengetahuan menyeluruh. Ada ahli agama, tapi tidak mengetahui sedikitpun tentang politik, tidak pula tahu kebudayaan negara lain, akhirnya ia memutuskan perkara hanya dengan ayat dan hadis saja. Ada politikus tapi tidak memiliki pemahaman agama yang memamadai, maka dia memutuskan dan menilai berdasarkan undang-undang dan angka-angka saja statistik. Ada sebagian politikus yang paham agama, namun belum mampu membuatnya memberi keputusan yang bagus"

Beliau kembali bertanya "apakah kalian mau Tabuk dan Thaif diserang, kemudian mereka merampas Madinah dan Makkah?"

Kerajaan Saudi diam karena mereka tahu apa yang bisa mereka lakukan dan mereka tidak akan mengatakan kecuali yang bisa mereka lakukan. Orang-orang mengutuk Saudi sedangkan di Saudi tidak ada kedutaaan Israel, negara lain yang mereka puji malah di sana ada kedutaan Israel.

Saudi mengetahui Israel saat ini adalah negara yang kuat secara meliter dan peralatan perang, mereka dibantu oleh Barat, ini harus diakui. Beberapa negara Arab pernah berperang 4 kali melawan Israel, semuanya kalah kecuali 1 kali, itupun hanya mengambil kembali sebagian wilayah Mesir yang dirampas Israel pada perang sebelumnya. Artinya kita negara Islam sedang dalam keadaan lemah, bagaimana agar kita umat Islam menjadi kuat, kita kuatkan negara kita, kita kuatkan ekonomikan sehingga tidak lagi bergantung kepada Barat.

Saya bersedih atas yang terjadi di Palestina, bahkan saya menangis menyaksikannya. Di Indonesia banyak tempat-tempat wisata dibuka, seperti di Puncak dna di Bali, mengapa kalian tidak ditutup saja?

Mereka mencela Saudi karena tidak turun ke jalan dan berteriak-teriak untuk membela Palestina, mereka tidak tahu bahwa keluar ke jalan atau berdemo bukan kebudayaan Saudi.

Tahukah kalian siapa yang menggaji pemerintahan Palestina? Yang menggaji mereka adalah Arab Saudi.

Tahukah kalian sekolah-sekolah yang dihancurkan itu dibangun oleh Saudi?
Tahukah kalian syang membuat jalan aspal di Palestina adalah Saudi?

Bahkan distrik terbesar di Gaza yaitu Distrik Al Malik Abdullah dibangun oleh raja Saudi.

Tapi sayang setelah Raja Abdullah meninggal mereka malah mencelanya.

Sebagian orang matanya tertuju ke Saudi? Yang nampak hanya kesalahan saja. Apakah karena di Saudi ada haramain? Mereka melihat Saudi seperti "anak gadis seorang syaikh besar" sehingga ia salah sedikit saja langsung dikecam.

Sekian yang beliau sampaikan.

Satu hal yang menarik dari pernyatan beliau adalah seseorang yang menghukumi sesuatu tapi ilmunya terbatas pada satu bidang saja, padahal yang ia hukumi mencakup banyak bidang. Beliau menyebut di sini agama, politik dan kebudayaan. Karena sesbagai seorang muslim landasan utama kita adalah agama, sedangkan politik karena permasalahan Palestina saat ini berkaitan erat dengan politik, baik dalam penentuan sikap, kesepakatan bahkan sampai ke pengiriman bantuan, begitu pula dengan perperang. Sedangkan kebudayaan maka siapa yang tidak tahu kebudayaan, kebiasaan dan pola pikir suatu kaum atau negara maka ia bisa saja salah menilai. Budaya tidak dapat dihukumi, karena setiap suku dan bangsa berbeda, kecuali berkaitan dengan hukum agama. 

(Abu Ady)
Dosen yang dimaksud adalah salah seorang dosen   kami di KSU, fakultas Bahasa. Nama beliau tidak disebutkan karena orang Saudi kebiasaannya tidak berbicara tentang politik kalaupun ada itu bukan konsumsi umum.
____________________________________
Masih ingat pemerintah ukraina? Yang menurut netizen salah dalam mengambil keputusan terkait warning rusia? Negaranya luluh lantak... Rakyatnya jadi korban, mengungsi, meninggalkan negaranya sendiri... 

Pemerintah Arab Saudi bukan pemerintah malaikat, mereka manusia biasa bisa salah dan bisa benar,
Jangan sampai lidah kita fasih mencela tapi tak sekalipun berdoa, untuk penguasa, keluarga dan kaum muslimin secara umum semua


Muslim.or.id
khutbah jumat
Mari Mendoakan Kebaikan bagi Para Pemimpin Kita
M. Saifudin Hakim oleh M. Saifudin Hakim 27 Juli 2022 Waktu Baca: 8 menit
Mendoakan Pemimpin
Daftar Isi
Ketaatan pada Pemimpin, Salah Satu Prinsip Penting Aqidah Ahlus Sunnah
Bersabar, Itu yang Utama
Janganlah Mendokan Mereka dengan Kejelekan
Selain Berdoa, Apalagi yang Harus Kita Lakukan (sebagai Rakyat)?
Referensi:
Akhir-akhir ini, banyak kita jumpai saudara-saudara kita kaum muslimin yang tanpa sadar banyak menghujat dan mendoakan jelek para pemimpin di negeri ini. Ketika mereka melihat (menganggap) pemimpin atau pemerintah melakukan kesalahan atau kekeliruan (menurut prasangka mereka), begitu mudahnya kata-kata celaan, hujatan, bahkan doa jelek pun keluar dari ucapan mereka. Padahal sebagai seorang muslim, Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan bagaimanakah sikap yang benar sebagai rakyat kepada para pemimpin dan pemerintah. Melalui tulisan singkat dan sederhana ini, kami bermaksud untuk mengingatkan diri kami sendiri dan juga saudara-saudara kami kaum muslimin untuk senantiasa mendoakan kebaikan bagi mereka, bukan menghujat dan mendoakan kejelekan bagi mereka.

Ketaatan pada Pemimpin, Salah Satu Prinsip Penting Aqidah Ahlus Sunnah
Ketika menjelaskan prinsip-prinsip pokok aqidah ahlus sunnah wal jama’ah, Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi rahimahullah (wafat tahun 321H) berkata dalam kitab beliau, Al-‘Aqidah Ath-Thahawiyyah,

وَلَا نَرَى الْخُرُوجَ عَلَى أَئِمَّتِنَا وَوُلَاةِ أُمُورِنَا

“Dan kami (ahlus sunnah) tidak berpendapat (bolehnya) keluar (memberontak) dari pemimpin dan penguasa kami (yaitu kaum muslimin, pen.)”.

Ini adalah salah satu prinsip aqidah ahlus sunnah, yaitu tidak boleh keluar (memberontak) dari penguasa dan pemerintah kaum muslimin. Allah Ta’ala berfirman,

Haji Express Haramainku
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu.” (QS. An-Nisa [4]: 59)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَمَنْ يُطِعِ الأَمِيرَ فَقَدْ أَطَاعَنِي، وَمَنْ يَعْصِ الأَمِيرَ فَقَدْ عَصَانِي

“Dan barangsiapa yang menaati pemimpin, maka sungguh dia telah menaatiku. Dan barangsiapa yang durhaka kepada pemimpin, maka dia telah durhaka kepadaku.” (HR. Bukhari no. 2957 dan Muslim no. 1835)

Oleh karena itu, tidak boleh durhaka (memberontak) kepada mereka, meskipun mereka adalah pemimpin yang jahat atau zalim sekalipun.

Bersabar, Itu yang Utama
Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi rahimahullah melanjutkan prinsip aqidah ahlus sunnah berikutnya,

وإن جاروا

“Meskipun mereka (pemimpin) itu (berbuat) zalim.”

Maksudnya, meskipun pemimpin itu zalim dan melampaui batas, misalnya dengan mengambil harta atau membunuh kaum muslimin, maka ahlus sunnah tidaklah berpendapat bolehnya keluar dari ketaatan kepada mereka. Hal ini berdasarkan perintah tegas dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada sahabat Hudzaifah bin Al-Yaman radhiyallahu ‘anhu,

تَسْمَعُ وَتُطِيعُ لِلْأَمِيرِ، وَإِنْ ضُرِبَ ظَهْرُكَ، وَأُخِذَ مَالُكَ، فَاسْمَعْ وَأَطِعْ

“Engkau mendengar dan Engkau menaati pemimpinmu. Meskipun hartamu diambil dan punggungmu dipukul. Dengarlah dan taatilah (pemimpinmu)” (HR. Muslim no. 1847).

Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kita untuk bersabar, bukan memberontak mengangkat senjata atau melakukan demonstrasi. Karena dengan memberontak dan demonstrasi, akan menimbulkan (lebih) banyak kerusakan. Inilah aqidah ahlus sunnah, yaitu senantiasa menimbang dengan mengambil bahaya yang lebih ringan dibandingkan dua bahaya yang ada.

Janganlah Mendokan Mereka dengan Kejelekan
Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi rahimahullah melanjutkan lagi prinsip-prinsip aqidah ahlus sunnah,

ولا ندعوا عَلَيْهِمْ

“Dan tidak mendoakan kejelekan bagi mereka (pemimpin atau pemerintah).”


khutbah jumat

Mari Mendoakan Kebaikan bagi Para Pemimpin Kita

Akhir-akhir ini, banyak kita jumpai saudara-saudara kita kaum muslimin yang tanpa sadar banyak menghujat dan mendoakan jelek para pemimpin di negeri ini. Ketika mereka melihat (menganggap) pemimpin atau pemerintah melakukan kesalahan atau kekeliruan (menurut prasangka mereka), begitu mudahnya kata-kata celaan, hujatan, bahkan doa jelek pun keluar dari ucapan mereka. Padahal sebagai seorang muslim, Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan bagaimanakah sikap yang benar sebagai rakyat kepada para pemimpin dan pemerintah. Melalui tulisan singkat dan sederhana ini, kami bermaksud untuk mengingatkan diri kami sendiri dan juga saudara-saudara kami kaum muslimin untuk senantiasa mendoakan kebaikan bagi mereka, bukan menghujat dan mendoakan kejelekan bagi mereka.

Ketaatan pada Pemimpin, Salah Satu Prinsip Penting Aqidah Ahlus Sunnah

Ketika menjelaskan prinsip-prinsip pokok aqidah ahlus sunnah wal jama’ah, Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi rahimahullah (wafat tahun 321H) berkata dalam kitab beliau, Al-‘Aqidah Ath-Thahawiyyah,

وَلَا نَرَى الْخُرُوجَ عَلَى أَئِمَّتِنَا وَوُلَاةِ أُمُورِنَا

Dan kami (ahlus sunnah) tidak berpendapat (bolehnya) keluar (memberontak) dari pemimpin dan penguasa kami (yaitu kaum muslimin, pen.)”.

Ini adalah salah satu prinsip aqidah ahlus sunnah, yaitu tidak boleh keluar (memberontak) dari penguasa dan pemerintah kaum muslimin. Allah Ta’ala berfirman,

Haji Express Haramainku

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu.” (QS. An-Nisa [4]: 59)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَمَنْ يُطِعِ الأَمِيرَ فَقَدْ أَطَاعَنِي، وَمَنْ يَعْصِ الأَمِيرَ فَقَدْ عَصَانِي

Dan barangsiapa yang menaati pemimpin, maka sungguh dia telah menaatiku. Dan barangsiapa yang durhaka kepada pemimpin, maka dia telah durhaka kepadaku.” (HR. Bukhari no. 2957 dan Muslim no. 1835)

Oleh karena itu, tidak boleh durhaka (memberontak) kepada mereka, meskipun mereka adalah pemimpin yang jahat atau zalim sekalipun.

Bersabar, Itu yang Utama

Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi rahimahullah melanjutkan prinsip aqidah ahlus sunnah berikutnya,

وإن جاروا

Meskipun mereka (pemimpin) itu (berbuat) zalim.”

Maksudnya, meskipun pemimpin itu zalim dan melampaui batas, misalnya dengan mengambil harta atau membunuh kaum muslimin, maka ahlus sunnah tidaklah berpendapat bolehnya keluar dari ketaatan kepada mereka. Hal ini berdasarkan perintah tegas dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada sahabat Hudzaifah bin Al-Yaman radhiyallahu ‘anhu,

تَسْمَعُ وَتُطِيعُ لِلْأَمِيرِ، وَإِنْ ضُرِبَ ظَهْرُكَ، وَأُخِذَ مَالُكَ، فَاسْمَعْ وَأَطِعْ

Engkau mendengar dan Engkau menaati pemimpinmu. Meskipun hartamu diambil dan punggungmu dipukul. Dengarlah dan taatilah (pemimpinmu)” (HR. Muslim no. 1847).

Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kita untuk bersabar, bukan memberontak mengangkat senjata atau melakukan demonstrasi. Karena dengan memberontak dan demonstrasi, akan menimbulkan (lebih) banyak kerusakan. Inilah aqidah ahlus sunnah, yaitu senantiasa menimbang dengan mengambil bahaya yang lebih ringan dibandingkan dua bahaya yang ada.

Janganlah Mendokan Mereka dengan Kejelekan

Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi rahimahullah melanjutkan lagi prinsip-prinsip aqidah ahlus sunnah,

ولا ندعوا عَلَيْهِمْ

Dan tidak mendoakan kejelekan bagi mereka (pemimpin atau pemerintah).”

Maka jelaslah bahwa aqidah ahlus sunnah menyatakan, tidak boleh mendoakan kejelekan bagi pemimpin atau pemerintahtidak boleh menghujatnya, menjelek-jelekkannya di muka umum, dan sebagainya. Karena pada hakikatnya, hal ini sama halnya dengan durhaka dan memberontak secara fisik. Syaikh Dr. Shalih Al-Fauzan hafidzahullah mengatakan,

Tidak boleh mendoakan kejelekan bagi pemimpin. Karena ini adalah pemberontakan secara abstrak, semisal dengan memberontak kepada mereka dengan menggunakan senjata (pemberontakan secara fisik, pen.). Yang mendorongnya untuk mendoakan jelek bagi penguasa adalah karena dia tidak mengakui (menerima) kekuasaannya. Maka kewajiban kita (rakyat) adalah mendoakan pemimpin dalam kebaikan dan agar mereka mendapatkan petunjuk, bukan mendoakan jelek mereka. Maka ini adalah salah satu prinsip di antara prinsip-prinsip aqidah ahlus sunnah wal jama’ah. Jika Engkau melihat seseorang yang mendoakan jelek untuk pemimpin, maka ketahuilah bahwa aqidahnya telah rusak, dan dia tidak di atas manhaj salaf. Sebagian orang menganggap hal ini sebagai bagian dari rasa marah dan kecemburuan karena Allah Ta’ala, akan tetapi hal ini adalah rasa marah dan cemburu yang tidak pada tempatnya. Karena jika mereka lengser, maka akan timbul kerusakan (yang lebih besar, pen.).” (At-Ta’liqat Al-Mukhtasharah, hal. 171)

Imam Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata,

لو أني أعلم أن لي دعوة مستجابة لصرفتها للسلطان

Seandainya aku tahu bahwa aku memiliki doa yang mustajab (yang dikabulkan)maka aku akan gunakan untuk mendoakan penguasa.”

إذا جعلتُها في نفسي لم تَعْدُني. وإِذا جعلتها في السلطان صَلَح فصَلَح بصلاحه العبادُ والبلاد

Jika saya jadikan do’a itu pada diriku maka tidak akan melampauiku (hanya untuk diriku sendiri), sedangkan jika saya jadikan pada penguasa maka dengan kebaikannya akan baiklah para hamba dan negeri ” (Diriwayatkan oleh Barbahari di dalam Syarhu Sunnah hal. 116-117 dan Abu Nu’aim di dalam Al-Hilyah 8/91-92 ).

Syaikh Dr. Shalih Al-Fauzan hafidzahullah berkata,

Maka orang-orang yang mendoakan jelek pemimpin kaum muslimin, maka dia tidaklah berada di atas madzhab ahlus sunnah wal jama’ah. Demikian pula, orang-orang yang tidak mendoakan kebaikan bagi pemimpinnya, maka ini adalah tanda bahwa mereka telah menyimpang dari aqidah ahlus sunnah wal jama’ah. (At-Ta’liqat Al-Mukhtasharah, hal. 172).

____________________________________

Nasehat seorang ustadz hafidzahullah

Menyikapi masalah Palestina tidak ada sesuatu yg baru sdh banyak penjelasan ulama sejak dulu tentang hal tsb…
Penghancuran Palestina bukan baru pada hari ini tapi sdh berulangkali, setiap kali itu pula para ulama menjelaskan sikap apa yg harus dilakukan oleh umat secara umum, dan oleh pemimpin kaum muslimin secara khusus…

____________________________________

Catatan : 
Perbanyak diam (kita hanya rakyat biasa, ilmu terbatas, sumbangsih sedikit) 
Perbanyaklah doa... 
Bantu jika mampu
Sensitif dengan keluarga, kerabat & lingkungan sekitar, jgn hanya perduli saudara seiman yang jauh tapi tetangga sendiri tidak diperdulikan

Dari lbnu Umar, ia berkata,

لَقَدْ أَتَى عَلَيْنَا زَمَانٌ – أَوْ قَالَ : حِيْنٌ- وَمَا أَحَدٌ أَحَقُّ بِدِيْنَارِهِ وَدِرْهَمِهِ مِنْ أَخِيْهِ الْمُسْلِمِ، ثُمَّ الآنَ الدِّيْنَارُ وَالدِّرْهَمُ أَحَبُّ إِلىَ أَحَدِنَا مِنْ أَخِيْهِ الْمُسْلِمِ

“Telah datang kepada kami (para sahabat) suatu zaman di mana seorang itu (merasa) saudaranya sesama muslim lebih berhak untuk memiliki dirham dan dinar yang ia miliki. Namun sekarang, dinar dan dirham lebih dicintai oleh salah seorang di antara kita daripada saudaranya sesama muslim.

Saya telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كَمْ مِنْ جَارٍ مُتَعَلِّقٍ بِجَارِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، يَقُوْلُ، يَا رَبِّ! هَذَا أَغْلَقَ بَابَهُ دُوْنِي، فَمَنَعَ مَعْرُوْفَهُ!

Berapa banyak tetangga yang akan memegang tangan tetangganya di hari kiamat sambil berkata, ”Wahai Rabb-ku orang ini menutup pintunya dariku dan dia enggan memberi apa yang ia miliki.” (Hasan Lighairihi, yakni hasan dilihat dari jalur yang lain) Lihat Ash Shahihah (2616): [Hadits ini tidak ada sedikitpun dalam Kutubus Sittah]

52- Bab [Seorang Tidak Patut Merasa Kenyang Sedang tetangganya Kelaparan -61
[82/112]
Dari Abdullah ibnul Mishwar, ia berkata, “Saya pernah mendengar lbnu Abbas meriwayatkan dari lbnu Zubair di mana dia berkata, “Saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيْسَ الْمُؤْمِنُ الَّذِيْ يَشْبَعُ، وَجَارُهُ جَائِعٌ

Seorang yang beriman tidak akan kekenyangan sedangkan tetangganya dalam keadaan lapar.” (Shahih) Lihat Ash Shahihah (149)




Referensi :

Copas WA grup
Sumber https://rumaysho.com/1610-tetangga-yang-baik-dan-tetangga-yang-jelek-2.html

Sabtu, 24 Juni 2023

Jangan Meremehkan atau Merendahkan! !

Dari Ibnul Mubarak الله رحمه beliau berkata:
"من استخف بالعلماء ذهبت آخرته، ومن استخف بالأمراء ذهبت دنياه، ومن استخف بالإخوان
ذهبت مروءته "

Barang siapa meremehkan ulama, maka akan hilang akhiratnya. Barang siapa meremehkan umaro (pemimpin), maka akan hilang dunianya. Barang siapa meremehkan saudara (atau teman), maka akan hilang muruahnya (harga dirinya). (Siyar A’laamin Nubalaa’: 15/425)
Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq الله حفظه berkata:

النظر إلى الناس بعين الاستخفاف ضرب من ضروب الكبر والخيلاء، والعاقل لا يستخفف بأحد، ومن
كان مستخًفا بالناس فهذه عقباه.

Memandang orang lain dengan pandangan meremehkan merupakan contoh dari contoh-contoh keangkuhan dan kesombongan. Orang yang berakal tidak akan meremehkan seorangpun dan barang siapa memandang remeh orang lain, maka inilah akibat buruknya.

(Dinukil dari: https://al-badr.net/muqolat/2641)

📝Copas dari grup WA alumni hasanat

✍🏼MHA El kanzu

🏡 Dadapan - Kendal - Ngawi - JATIM Indonesia Raya 🇮🇩

⌚ 19 : 45 WIB

📝 06 Dzulhijjah 1444 H / 24 juni 2022 M

SUMBER PENGHASILAN IMAM AHMAD


SUMBER PENGHASILAN IMAM AHMAD

Oleh: Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R. Rozikin, Dosen di Universitas Brawijaya)
Imam Ahmad termasuk imam besar, mujtahid mutlak dan ulama saleh yang sangat berilmu tetapi diuji dengan kemiskinan. Walaupun demikian beliau tetap rida dengan harta yang sempit.

Saya ceritakan kondisi ekonomi beliau dalam catatan ini untuk membuktikan bahwa sempit-lapangnya rezeki tidak terkait dengan kesalehan-kefasikan, banyak-sedikitnya sedekah, tinggi-rendahnya ilmu atau persangkaan-persangkaan batil lainnya. Yang benar adalah luas sempitnya harta itu keputusan Allah, ketentuanNya dan kebijaksanaanNya atas pertimbangan dan hikmah yang dikehendakiNya.

Juga agar menjadi pelajaran dan teladan praktis terkait sumber rezeki seorang dai dan ulama besar di masa lalu. Melengkapi catatan-catatan sebelumnya. 

*** 

Pekerjaan, profesi dan sumber rezeki imam Ahmad itu jika mau disebut dengan satu kata maka diksi yang paling mewakili adalah SERABUTAN.

Jadi kerja beliau itu memang tidak tetap.

Kerja beliau serabutan.

Apapun yang penting halal dan bisa dilakukan untuk mengais rezeki, maka akan beliau lakukan.

Beliau lebih memilih bekerja menggunakan kedua tangannya atau berakad yang tidak terkait dengan aktivitas dakwahnya daripada menggantungkan pemasukan dari pemberian orang. Sikap hidup menonjol Imam Ahmad di antaranya memang benar-benar anti dengan pemberian. Jangankan pemberian yang haram atau syubhat. Yang jelas-jelas halal sekalipun beliau tetap tegas menolaknya!

Jika ada ulama atau ustaz atau dai di zaman sekarang yang pekerjaannya serabutan, maka beliau mendapatkan teladan mulia di masa lalu, yakni imam Ahmad ini.

*** 

Kajian terhadap biografi beliau yang terkait dengan sumber penghasilan akan memberi kita beberapa data sebagai berikut.

Di antara sumber penghasilan beliau adalah hasil kebun. Tidak diterangkan dalam kitab biografi apa isi hasil kebunnya. Yang jelas jumlahnya sedikit. Kebun itu adalah warisan dari ayahnya.

Ada juga hasil menyewakan toko tenun yang kecil sekali. Toko tenun itu juga warisan dari sang ayah. Harga sewanya juga tidak besar. Ada riwayat yang menunjukkan beliau hanya dapat 1,5 dirham saja dari hasil sewa!

Terkadang beliau juga bekerja sebagai penyalin naskah. Pernah terjadi saat baju beliau dicuri orang di masa menuntut ilmu, maka beliau membeli baju baru dengan cara menyalin naskah.

Pernah juga beliau menjadi kuli panggul. Ini terjadi di masa menuntut ilmu juga. Dalam safar, saat beliau kehabisan bekal, maka beliau mengontrakkan dirinya untuk menjadi kuli panggul barang-barang dengan upah tertentu.

Pernah juga beliau menenun baju lalu menjualnya.Itupun hanya mau dengan harga wajar. Tidak mau diberi harga berlebihan.

Terkadang juga beliau mencari nafkah dengan NGREMPES! Istilah ngrempes dalam bahasa Jawa jika di Batu (kota kelahiran saya) bermakna memunguti sisa-sisa sayuran dari kebun/sawah setelah panen atas izin pemilik kebun/sawah. Bisa juga ngrempes ini dilakukan di pasar pada sisa sayuran pedagang.

*** 

Ibnu Kaṡīr melaporkan bahwa nafkah utama Imam Ahmad adalah dari hasil kebun dan menyewakan itu. Sebulan hanya menghasilkan 17 dirham dan itulah yang dipakai untuk memenuhi kebutuhan beliau dan keluarganya. Ibnu Kaṡīr menulis,

«وَكَانَتْ ‌غَلَّتُهُ ‌مِنْ ‌مِلْكٍ ‌لَهُ ; ‌فِي ‌كُلِّ ‌شَهْرٍ ‌سَبْعَةَ ‌عَشَرَ ‌دِرْهَمًا يُنْفِقُهَا عَلَى عِيَالِهِ، وَيَتَقَنَّعُ بِذَلِكَ، رَحِمَهُ اللَّهُ، صَابِرًا مُحْتَسِبًا». «البداية والنهاية» (14/ 412 ت التركي)

Artinya,

“Penghasilan beliau dari properti yang beliau miliki setiap bulannya 17 dirham. Itulah yang beliau nafkahkan untuk keluarganya. Beliau qanaah/nrimo dengan rezeki tersebut rahimahullah. Beliau juga bersikap tabah seraya mengharap pahala dari Allah” (al-Bidāyah wa al-Nihāyah, juz 14 hlm 412)

*** 
Sekarang kita akan mencoba menghitung penghasilan Imam Ahmad jika dikonversikan ke rupiah.

1 dirham setara dengan 2,979 gram perak. 

Harga perak per ram pada Sabtu, 24 Juni 2023 menurut situs harga-emas.org adalah Rp 10.826. Dengan demikian 1 dirham setara dengan Rp. 32.250,654. Jika ini yang kita jadikan ukuran, berarti penghasilan Imam Ahmad sebulan adalah 17 x 32.207,35 = Rp 548.261,118,- !

Andai 1 dirham nilainya kita naikkan menjadi 100 rb sekalipun, maka penghasilan imam Ahmad perbulan hanyalah Rp 1.700.000,-!

Andai nilai 1 dirham nilainya kita naikkan menjadi 250 rb sekalipun, maka penghasilan imam Ahmad perbulan adalah Rp 4.250.000! 

Dalam riwayat al-Bukhārī ada kesan bahwa harga seekor kambing adalah 10 dirham. Harga kambing tahun 2023 menurut berita antara 2.650.000- 3.850.000. Artinya rata-rata Rp 3.250.000,-. Dengan kata lain, jika memakai standar harga kambing di zaman Nabi ﷺ diperkirakan 10 dirham setara dengan Rp 3.250.000,-. Dengan demikian penghasilan 17 dirham kondisi terbaiknya diperkirakan setara dengan Rp.5.525.000,-! 

Uang segitu dipakai untuk menafkahi dirinya dan anak istrinya!

Ingat, Imam Ahmad hidup di kota besar, yakni Bagdad. Bahkan, di zaman beliau Bagdad adalah ibukata Khilafah Abbasiyyah. Anda yang hidup di kota-kota besar semisal Jakarta, Surabaya, Bogor dan semisalnya bisa memperkirakan bagaimana perjuangan sebuah keluarga bertahan hidup jika penghasilannya sekitar 3-5 jutaan. 

Wajar jika imam Ahmad juga dikenal punya utang! Pernah sampai berutang dan menggadaikan sandalnya pada tukang roti!

Sudah begitu beliau anti sekali dengan pemberian siapapun, dari khalifah sekalipun!

Pernah menolak juga jabatan hakim yang sekarang mungkin setara dengan jabatan menteri!

رحم الله الإمام أحمد رحمة واسعة
اللهم اجعلنا من محبي العلماء الصالحين

📝Copas dari WA Ustadz Ahmad Taufiq hafidzahullahu ta'ala

✍🏼MHA El kanzu

🏡 Dadapan - Kendal - Ngawi - JATIM Indonesia Raya 🇮🇩

⌚ 19 : 38 WIB

📝 06 Dzulhijjah 1444 H / 24 juni 2022 M



GAJI GURU AGAMA & GURU NGAJI

GAJI GURU AGAMA & GURU NGAJI DI MASA DAULAH ABASIYAH

Di masa puncak kejayaan kekhalifahan Abasiyah gaji para pengajar dan ulama saat itu benar-benar sangat fantastis.

وأما رواتب المعلمين فكانت رواتب المؤذنين ألف دينار في السنة

Gaji para pengajar di masa itu sama dengan gaji para mu'adzin yakni 1000 dinar pertahun (3,9 M, berarti perbulan 325 juta ) 
والمشتغلين بجمع القرآن والعاملين على التعليم والمقبلين على طلب العلم ألفين دينار بالسنة

Sedangkan para ulama yang sibuk dengan al Qur'an, mengajar ilmu al Qur'an dan juga mengurusi para penuntut ilmu gajinya 2.000 dinar (7,8 M, berarti perbulan 650 juta)

 والمشتغلين بجمع القرآن ورواة الحديث والفقهاء 4 آلاف دينار بالسنة

Sedangkan ulama dengan kemampuan khusus yang mengurusi ilmu-ilmu al Qur'an, mengumpulkan riwayat hadits dan juga ahli dalam fiqih memperoleh gaji 4.000 dinar pertahun ( 15.6 M, berarti gaji perbulan 1,3 M)

Selain gaji umum, tercatat ada beberapa ulama yang diberi gaji khusus oleh negara karena jasanya yang dianggap besar, semisal di masa Khalifah al Watsiq, ia memberi gaji seorang ulama yang bernama al Jari awalnya 100 dinar perbulan (390 juta), lalu ia menaikannya menjadi 500 Dinar !

Di masa Harun ar Rasyid lebih "kacau" lagi, pernah diberlakukan aturan untuk kitab -kitab karya ulama bayarannya adalah dengan ditimbang dengan emas ! 

Inilah diantara rahasia mengapa ilmu dan peradaban umat Islam berjaya di masa itu, karena para guru dan ulama diposisikan sebagai pahlawan dengan tanda jasa sepenuhnya !

📜النفقات وإدارتها في الدولة العباسية ، ص 202.




📝Copas dari WA Ustadz Ahmad Taufiq hafidzahullahu ta'ala

✍🏼MHA El kanzu

🏡 Dadapan - Kendal - Ngawi - JATIM Indonesia Raya 🇮🇩

⌚ 19 : 35 WIB

📝 06 Dzulqa'dah 1444 H / 24 juni 2022 M



Rabu, 31 Mei 2023

Faedah Daurah Syar'iyah ke-22 STAI Ali bin Abi Thalib ke- 4

Alhamdulillah

وَالنّفْسُ كَالطّفِلِ إِنْ تُهْمِلْهُ شَبَّ عَلَى ۞     حُبِّ الرَّضَاعِ وَإِنْ تَفْطِمْهُ يَنْفَطِمِ
Nafsu bagaikan bayi, bila kau biarkan akan tetap menyusu.
Namun bila kau sapih, maka bayi akan berhenti sendiri

فَاصْرِفْ هَوَاهَا وَحَاذِرْ أَنْ تُوَلِّيَهُ  ۞ إِنّ الْهَوَى مَا تَوَلَّى يُصِمْ أَوْ يَصِمِ
Maka kendalikanlah nafsumu, jangan biarkan ia berkuasa
Jikalau berkuasa, ia akan membunuhmu dan membuatmu tercela

وَرَاعِهَا وَهْيَ فِيْ الأَعْمَالِ سَآئِمَةٌ ۞ وَإِنْ هِيَ اسْتَحْلَتِ الْمَرْعَى فَلاَتُسِمِ
Dan gembalakanlah nafsu, karena dalam amal nafsu bagaikan hewan ternak.
Jika nafsu merasa nyaman dalam kebaikan, maka tetap jaga dan jangan kau lengah

اللهم بارك لوالدينا ولمشايخنا واساتذتنا وشيخ خالد بوازير في علمهم واهلهم وعمرهم وذريتهم واغفر لهم وارحمهم وللمسلمين والمسلمات

Daurah Syar'iyah ke-22 STAI Ali bin Abi Thalib
9-14 Dzulqa'dah 1444 H / 29 Mei - 03 Juni 2023 M
Batu - Malang - Jatim, Indonesia

©MHA

Faedah Daurah Syar'iyah ke-22 STAI Ali bin Abi Thalib ke-3


Dalam shahih Muslim disebutkan dari ‘Abdullah bin mas’ud ia berkata :
Ummu Habibah istri Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam berdoa “ya Allah, berikanlah aku kenikmatan (panjangkanlah usiaku) bersama suamiku Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, ayahku, abu sufyan, dan saudaraku mu’awiyah.’
 abdullah berkata; mendengar doa itu, 
 maka Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda kepada istrinya, ummu habibah: 
sesungguhnya kamu memohon kepada Allah, kematian, dan rezeki yang telah ditentukan, di mana Allah tidak akan mengajukan ataupun memundurkan sebelum waktunya. Apabila kamu memohon kepada Allah agar dia menyelamatkanmu dari siksa neraka dan siksa kubur, maka hal itu lebih baik bagimu dan lebih utama.’
📗HR. Muslim. 

Daurah Syar'iyah ke-22 STAI Ali bin Abi Thalib
9-14 Dzulqa'dah 1444 H / 29 Mei - 03 Juni 2023 M
Batu - Malang - Jatim, Indonesia

©MHA

Recent Post