ISLAM itu indah-----ISLAM itu sempurna dan ISLAM itu rahmatan lil 'alamin-----JANGAN Hanya menilai ISLAM dari pengikut / umatnya...!-----tapi Nilai lah ISLAM dari ajarannya...!-----Pelajarilah...!-----Jika Tidak Tahu Bertanyalah Pada Ahlinya-----maka anda akan mengetahui betapa menakjubkanya Islam bagi kehidupan manusia

(Ibnul Qoyyim rahimahullah[Ad-Daa' wa ad-Dawaa' 94])

“”

IMAM SYAFI'I MENUTURKAN :

Siapa yang tulus menjalin persaudaraan dengan sahabatnya maka ia akan menerima kesalahan-kesalahannya,, mengisi kekuranagnnya dan memaafkan ketregelincirannya".

RASULULLAH Shalallahu 'alaihi wasalam bersabda :

"Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia". (HR. Muslim)

RASULULLAH shlallahu 'alaihi wasalam bersabda :

"Seorang Muslim Adalah Bersaudara, Janganlah Mendzolimi, Merendahkan Dan Janganlah Mengejeknya. (HR. Muslim)

RASULULLAH shlallahu 'alaihi wasalam bersabda :

"Barangsiapa yang memudahkan orang yang sedang berada dalam kesulitan, maka Allah akan memudahkannya baik di dunia maupun di akherat". (HR. Muslim)

Imam Syafi'i pernah berkata :

"Aku berangan-angan agar orang-orang mempelajari ilmuku ini dan mereka tidak menisbahkan sedikitpun ilmuku kepadaku selamanya, lalu akupun diberi ganjaran karenanya dan mereka tidak memujiku" (Al-Bidaayah wa An-Nihaayah 10/276)

Ibnul Qayyim (Al Fawaid 1/147)

el kanzu

Selasa, 31 Mei 2016

Batasan Dalam Berinteraksi Sesama Muslim [Bag 2]

⚙Perintah Allah -Ta’ala- untuk menjauhi orang-orang yang menyimpang, bahkan telah menjadi ijma’ Salaf untuk menghindari orang-orang yang dikhawatirkan penyimpangannya.

Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آَيَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ وَإِمَّا يُنْسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ فَلَا تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَى مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ

“Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaithan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zhalim itu sesudah teringat (akan larangan itu)”.
📖(QS. Al-An’am : 68)

💡Al-Imam Asy-Syaukani rahimahullah menerangkan,

“Dalam ayat ini terkandung nasehat yang agung bagi mereka yang mentolerir duduk bermajelis dengan al-mubtadi’ah, orang-orang yang suka mengubah-ubah perkataan Allah Subhanahu wa Ta’ala, mempermainkan Kitab-Nya dan sunnah Rasul-Nya, serta mengembalikan pemahaman al-Qur’an dan as-Sunnah kepada hawa nafsu mereka yang menyesatkan dan bid’ah mereka yang rusak.

Jadi, jika seorang tidak mampu mengingkari atau mengubah kebid’ahan mereka,
paling tidak dia harus meninggalkan majelis mereka,
dan tentu ini mudah baginya, tidak susah”.

📜Kemudian Al-Imam Asy-Syaukani menjelaskan diantara bahaya duduk bersama orang-orang yang menyimpang,

“Terkadang orang-orang yang menyimpang tersebut menjadikan kehadiran seseorang bersama mereka (meskipun orang tersebut bersih dari kebid’ahan yang mereka lakukan) sebagai syubhat,
dengannya mereka mengaburkan (permasalahan) atas orang-orang awam.

Jadi, dalam kehadirannya (di majelis mereka) terdapat tambahan mudharat dari sekedar mendengarkan kemungkaran”.

📚(Lihat Fathul Qodir, 2/185).

📜Pembaca yang budiman, sekarang kami akan menukilkan beberapa atsar yang menunjukkan sikap para salaf dalam bermajelis dengan ahli bid’ah yang dikutip dari Kitab Lamud Durril Mantsur Minal Qoulil Ma’tsur (hal. 36-37) :

💡
“Dua orang dari kalangan pengikut hawa nafsu mendatangi Ibnu Sirin seraya berkata
, "Wahai Abu Bakr, bolehkah kami menyampaikan satu hadits kepadamu?"

Beliau menjawab, "Tidak.

Keduanya berkata lagi : Kalau begitu kami bacakan satu ayat Al-Qur’an kepadamu?"

Beliau menjawab, "Tidak, kalian pergi dari sini atau saya yang pergi". Lalu keduanya pun keluar.

Sebagian orang berkata, "Wahai Abu Bakr, mengapa engkau tidak mau mereka membacakan ayat Al-Qur’an kepadamu?"

Beliau menjawab, "Sungguh saya khawatir mereka bacakan kepadaku satu ayat lalu mereka selewengkan maknanya sehingga tertanam dalam hatiku”.

📚[HR. Ad Darimy (1/120/no. 397)]

💡Sallam -rahimahullah- berkata,

"Seorang pengikut kesesatan berkata kepada Ayyub, “Saya ingin bertanya kepadamu tentang satu kalimat?"
Maka Ayyub segera berpaling dan berkata, “Tidak, meski setengah kalimat, meski setengah kalimat"
Beliau mengisyaratkan jarinya”.

📚[HR. Ibnu Baththoh dalam Al-Ibanah (2/447 no. 402), Al-Lalika'iy dalam Syarh Ushul Al-I'tiqod (1/143/no. 291), Abdullah bin Ahmad dalam As Sunnah (1/138/no. 101), dan Ad Darimy dalam Sunan-nya (1/121 no. 398)]

💡Al Fudlail bin Iyyadhrahimahullah berkata,

“Jauhilah olehmu duduk dengan orang yang dapat merusak hatimu (aqidahmu) dan janganlah engkau duduk bersama pengekor hawa nafsu (ahli bid’ah) karena sungguh saya khawatir kamu terkena murka Allah”.

📚 [HR. Ibnu Baththoh dalam Al-Ibanah(2/462-463 no. 451-452), dan Al-Lalika'iy dalam Syarhul Ushul (262)]

Madiun 24 sya'ban 1437 H [31/5/2016 16:15 WIB]

☕ di salin dari :
http://alfirqatunnajiyyah.blogspot.co.id/2010/03/mengapa-saya-keluar-dari-wahdah_23.html?m=1

el kanzu

Batasan Dalam Berinteraksi Sesama Muslim [Bag 1]

🌿🌾Mutiara nasehat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyahrahimahullah tentang al-wala wal bara’ yang syar’i, semoga bisa direnungi,

💡Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah–rahimahullah- menerangkan,

“Hendaklah diketahui bahwa seorang mukmin wajib engkau cintai, meskipun dia berbuat zhalim kepadamu.

Orang kafir harus engkau benci, meskipun dia menghadiahkan sesuatu dan berbuat baik kepadamu.

Karena sesungguhnya Allah -Ta’ala- mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab agar agama ini seluruhnya hanya diikhlaskan kepada Allah -Ta’ala-,

sehingga kecintaan itu kepada wali-wali-Nya dan kebencian kepada musuh-musuh-Nya”.

“Apabila terkumpul pada diri seseorang kebaikan dan keburukan, kemaksiatan dan ketaatan, sunnah dan bid’ah, maka ia berhak mendapatkan wala` dan ganjaran sebatas kebaikan yang ada padanya, dan berhak menerima bara` dan hukuman sebatas keburukan atau kejahatan yang ada padanya.

Demikianlah apabila terkumpul pada diri seseorang penyebab kemuliaan, dan kehinaan, maka dia mendapatkan sesuai kadar kemuliaan dan kehinaannya.

Seperti seorang fakir yang mencuri, harus dipotong tangannya sebagai hukuman, namun dia tetap disantuni dengan menerima bagian dari kas negara untuk mencukupi kebutuhannya.

Maka inilah salah satu prinsip pokok Ahlus Sunnah wal Jamaah yang berbeda dengan Khawarij, Mu’tazilah dan yang mengikuti jalan mereka."

📚[Lihat Majmu’ Fatawa (28/209)]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah–rahimahullah- juga menerangkan,

“Tidak boleh ada pembelaan terhadap tokoh tertentu secara umum (totalitas) dan mutlak, kecuali hanya kepada Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam-.

Tidak pula kepada kelompok tertentu, kecuali kepada para Sahabat -radhiyallahu’anhum-. Karena sesungguhnya petunjuk itu senantiasa ada bersama Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- di manapun beliau berada, demikian pula para sahabatnya radhiyallahu’anhum”.

📚[Lihat Minhajus Sunnah (5/261)]

Madiun 24 Sya'ban 1437 H [31/5/2016 16:30 WIB]

☕ di salin dari : http://alfirqatunnajiyyah.blogspot.co.id/2010/03/mengapa-saya-keluar-dari-wahdah_3288.html?m=1

El kanzu

Recent Post