⚙Perintah Allah -Ta’ala- untuk menjauhi orang-orang yang menyimpang, bahkan telah menjadi ijma’ Salaf untuk menghindari orang-orang yang dikhawatirkan penyimpangannya.
Allah Ta’ala berfirman,
وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آَيَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ وَإِمَّا يُنْسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ فَلَا تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَى مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
“Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaithan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zhalim itu sesudah teringat (akan larangan itu)”.
📖(QS. Al-An’am : 68)
💡Al-Imam Asy-Syaukani rahimahullah menerangkan,
“Dalam ayat ini terkandung nasehat yang agung bagi mereka yang mentolerir duduk bermajelis dengan al-mubtadi’ah, orang-orang yang suka mengubah-ubah perkataan Allah Subhanahu wa Ta’ala, mempermainkan Kitab-Nya dan sunnah Rasul-Nya, serta mengembalikan pemahaman al-Qur’an dan as-Sunnah kepada hawa nafsu mereka yang menyesatkan dan bid’ah mereka yang rusak.
Jadi, jika seorang tidak mampu mengingkari atau mengubah kebid’ahan mereka,
paling tidak dia harus meninggalkan majelis mereka,
dan tentu ini mudah baginya, tidak susah”.
📜Kemudian Al-Imam Asy-Syaukani menjelaskan diantara bahaya duduk bersama orang-orang yang menyimpang,
“Terkadang orang-orang yang menyimpang tersebut menjadikan kehadiran seseorang bersama mereka (meskipun orang tersebut bersih dari kebid’ahan yang mereka lakukan) sebagai syubhat,
dengannya mereka mengaburkan (permasalahan) atas orang-orang awam.
Jadi, dalam kehadirannya (di majelis mereka) terdapat tambahan mudharat dari sekedar mendengarkan kemungkaran”.
📚(Lihat Fathul Qodir, 2/185).
📜Pembaca yang budiman, sekarang kami akan menukilkan beberapa atsar yang menunjukkan sikap para salaf dalam bermajelis dengan ahli bid’ah yang dikutip dari Kitab Lamud Durril Mantsur Minal Qoulil Ma’tsur (hal. 36-37) :
💡
“Dua orang dari kalangan pengikut hawa nafsu mendatangi Ibnu Sirin seraya berkata
, "Wahai Abu Bakr, bolehkah kami menyampaikan satu hadits kepadamu?"
Beliau menjawab, "Tidak.
Keduanya berkata lagi : Kalau begitu kami bacakan satu ayat Al-Qur’an kepadamu?"
Beliau menjawab, "Tidak, kalian pergi dari sini atau saya yang pergi". Lalu keduanya pun keluar.
Sebagian orang berkata, "Wahai Abu Bakr, mengapa engkau tidak mau mereka membacakan ayat Al-Qur’an kepadamu?"
Beliau menjawab, "Sungguh saya khawatir mereka bacakan kepadaku satu ayat lalu mereka selewengkan maknanya sehingga tertanam dalam hatiku”.
📚[HR. Ad Darimy (1/120/no. 397)]
💡Sallam -rahimahullah- berkata,
"Seorang pengikut kesesatan berkata kepada Ayyub, “Saya ingin bertanya kepadamu tentang satu kalimat?"
Maka Ayyub segera berpaling dan berkata, “Tidak, meski setengah kalimat, meski setengah kalimat"
Beliau mengisyaratkan jarinya”.
📚[HR. Ibnu Baththoh dalam Al-Ibanah (2/447 no. 402), Al-Lalika'iy dalam Syarh Ushul Al-I'tiqod (1/143/no. 291), Abdullah bin Ahmad dalam As Sunnah (1/138/no. 101), dan Ad Darimy dalam Sunan-nya (1/121 no. 398)]
💡Al Fudlail bin Iyyadhrahimahullah berkata,
“Jauhilah olehmu duduk dengan orang yang dapat merusak hatimu (aqidahmu) dan janganlah engkau duduk bersama pengekor hawa nafsu (ahli bid’ah) karena sungguh saya khawatir kamu terkena murka Allah”.
📚 [HR. Ibnu Baththoh dalam Al-Ibanah(2/462-463 no. 451-452), dan Al-Lalika'iy dalam Syarhul Ushul (262)]
Madiun 24 sya'ban 1437 H [31/5/2016 16:15 WIB]
☕ di salin dari :
http://alfirqatunnajiyyah.blogspot.co.id/2010/03/mengapa-saya-keluar-dari-wahdah_23.html?m=1
el kanzu
0 komentar:
Posting Komentar