KHUTBAH SHALAT GERHANA BULAN 1439 H
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini; dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk jikalau Allah tidak memberi petunjuk kepada kami. Sesungguhnya, telah datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran. Diserukan kepada mereka, “ltulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan amalan yang dahulu kamu kerjakan.”
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ محمدا عبده و رسوله
اللهم صل على محمد وعلى اله وأصحابه أجمعين
أَمَّا بَعْدُ؛ عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
Diantara isi khutbah Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam :
Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَا يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَادْعُوا اللَّهَ وَصَلُّوا حَتَّى يَنْجَلِيَ
“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah, dan ia tidak akan mengalami gerhana disebabkan karena mati atau hidupnya seseorang. Jika kalian melihat gerhana keduanya, maka berdo’alah kepada Allah dan dirikan shalat hingga (matahari) kembali nampak.” (HR.Bukhari,1060 Muslim 901)
إن الشَّمس و القَمَر آيتانِ مِنْ آيَاتِ الله لاَ تنْخَسِفَانِ لِمَوتِ أحد. وَلاَ لِحَيَاتِهِ. فَإذَا رَأيتمْ ذلك فَادعُوا الله وَكبروا وَصَلُّوا وَتَصَدَّ قوا”.
”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.”
يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ ، وَاللَّهِ مَا مِنْ أَحَدٍ أَغْيَرُ مِنَ اللَّهِ أَنْ يَزْنِىَ عَبْدُهُ أَوْ تَزْنِىَ أَمَتُهُ ، يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ ، وَاللَّهِ لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلاً وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا
”Wahai umat Muhammad, demi Allah, tidak ada seorang pun yang lebih cemburu daripada Allah karena ada seorang hamba baik laki-laki maupun perempuan yang berzina.
Wahai Umat Muhammad, demi Allah, jika kalian mengetahui yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.”
____________________
Pelajaran Dari Bulan
---------------------------------
❶ Bulan dan Matahari adalah makhluk ciptaan Allah, dan termasuk diantara tanda2 kekuasaanya...
Allah Menunjukkan kekuasaan-Nya kepada hamba-hamba-Nya agar mereka mau berfikir dan takut kepada-Nya
Dikarenakan keagungan Allah dan kemuliaan-Nya, maka seluruh makhluk pun bertasbih dan sujud kepada-Nya. Langit, bumi, gunung, pohon, matahari, bulan, hewan, burung dan segala sesuatu, semuanya bertasbih dan sujud mensucikan dan tunduk kepada Allah ta’ala. Di dalam al-Qur’an ditegaskan,
“تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ، وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَكِنْ لَا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ، إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا”.
Artinya: “Tujuh lapis langit dan bumi serta apa yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Tidak ada sesuatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya. Namun kalian tidak memahami tasbih mereka. Sesungguh-Nya Dia Maha Penyantun lagi Pengampun”. QS. Al-Isra’ : 44.
Allah ta’ala menjelaskan,
“أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَسْجُدُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ وَالنُّجُومُ وَالْجِبَالُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ وَكَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ”.
Artinya: “Tidakkah engkau tahu bahwa siapa yang ada di langit dan siapa yang ada di bumi bersujud kepada Allah, juga matahari, bulan, bintang, gunung-gunung, pepohonan, hewan-hewan yang melata dan banyak di antara manusia”. QS. Al-Hajj : 18.
Bertasbihnya para makhluk tersebut di atas bukanlah suatu perkara yang aneh. Di zaman Nabi shallallahu’alaihiwasallam saja para sahabat biasa mendengar makanan bertasbih.
Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu menuturkan,
“لَقَدْ رَأَيْتُ الْمَاءَ يَنْبُعُ مِنْ بَيْنِ أَصَابِعِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَلَقَدْ كُنَّا نَسْمَعُ تَسْبِيحَ الطَّعَامِ وَهُوَ يُؤْكَلُ”
“Sungguh aku telah melihat air memancar dari antara jari-jari Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam. Dan sungguh kami juga mendengar makanan bertasbih saat dimakan”. HR. Bukhari.
▶ Matahari dan Bulan tunduk atas perintah Allah ta’la.
Allah ta’la berfirman :
وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ ۗ أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ ۗ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam. (Qs.Al A’raf : 54)
▶Jika kita heran dengan gerhana bulan, dahulu di zaman Nabi Muhammad lebih menakjubkan lagi peristiwa Bulan terbelah.
Kejadian ini telah diceritakan dalam Al Qur’an dan dalam berbagai hadits. Kejadian ini pula adalah di antara tanda datangnya kiamat. Marilah kita lihat pembahasan selanjutnya.
Allah Ta’ala berfirman,
اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ
“Telah dekat (datangnya) kiamat dan telah terbelah bulan.” (QS. Al Qamar: 1)
Terdapat hadits yang juga menyebutkan hal ini, sebagaimana yang disebutkan dalam shohih Bukhari.
Dari Ibnu Mas’ud, beliau berkata,
انْشَقَّ الْقَمَرُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – فِرْقَتَيْنِ ، فِرْقَةً فَوْقَ الْجَبَلِ وَفِرْقَةً دُونَهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « اشْهَدُوا »
“Bulan terbelah menjadi dua bagian pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Satu belahan terdapat di atas gunung dan belahan lainnya berada di bawah gunung. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ’Saksikanlah’.” (HR. Bukhari no. 4864)
▶ Matahari dan bulan akan di gulung dan dimasukkan kedalam neraka
ِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ مُكَوَّرَانِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
قال: زاد في رواية البزار ومن ذكر معه "في النار" فقال الحسن: وما ذنبهما؟ فقال أبو سلمه: أحُدثك عن رسول الله صلى الله عليه وسلم، وتقول: وما ذنبهما؟..... وأخرج أبو يعلى معناه من حديث أنس وفيه: ليراهما من عبدهما. كما قال الله تعالى: إِنَّكُمْ وَمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ حَصَبُ جَهَنَّمَ أَنْتُمْ لَهَا وَارِدُونَ [الأنبياء:98].
❷. peristiwa ini bukan sebagai ajang kagum terhadap ilmu pengetahuan manusia, teknologi canggih zaman ini, bukan pula untuk selfi, menjadikan fto profil, status dll
akan trtapi mari kita gunakan sebagai bahan perenungan, tadabur, mengamati kekuasaan Allah
Menghadirkan rasa takut kepada Allah kemudian Bertaubat, Nabi mengaitkan perintah shalat ,doa ,dzikir dan istighfar dengan ru’yah (melihat) gerhana bukan kabar dari ahli hisab (falak).
Dari Abu Musa radhiallahu ‘anhu ia berkata;
خَسَفَتْ الشَّمْسُ فِي زَمَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَامَ فَزِعًا يَخْشَى أَنْ تَكُونَ السَّاعَةُ حَتَّى أَتَى الْمَسْجِدَ فَقَامَ يُصَلِّي بِأَطْوَلِ قِيَامٍ وَرُكُوعٍ وَسُجُودٍ مَا رَأَيْتُهُ يَفْعَلُهُ فِي صَلَاةٍ قَطُّ
“Pada zaman Nabi ﷺ ‘ pernah terjadi gerhana matahari, beliau terkejut dan bergegas berdiri karena takut kalau-kalau akan terjadi kiamat. Sampai beliau masuk ke masjid dan melaksanakan shalat dengan berdiri, ruku dan sujud yang panjang sekali, aku belum pernah melihat beliau memanjangkan bacaan sedemikian lama sebelumnya.” (HR.Bukhari 1059 dan Muslim 912)
Sofyan Bin Uyainah –rahimahullah– berkata:
“اَلتَّفَكُّرُ مِفْتَاحُ الرَّحْمَةِ أَلَا تَرَى أَنَّ المَرْءَ يَتَفَكَّرُ فَيَتُوْبَ “
“Perenungan (tafakur) adalah kunci turunnya rahmat. Tidakkah Anda perhatikan ketika seseorang merenung lalu (sesudah itu) bertobat.”
Maka perenungan adalah nasihat terbaik yang perlu disampaikan kepada manusia. Firman Allah:
قُلْ إِنَّمَا أَعِظُكُمْ بِوَاحِدَةٍ أَنْ تَقُومُوا لِلَّهِ مَثْنَى وَفُرَادَى ثُمَّ تَتَفَكَّرُوا [ سبأ/46]
Katakanlah: “Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepada kalian suatu hal, yaitu supaya kalian menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri, kemudian kalian merenung”. (QS. Saba’:46).
Dengan perenungan pula akan tercapai keberuntungan hidup di dunia dan akhirat. Firman Allah:
فَاذْكُرُوا آلاءَ اللَّهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ [ الأعراف:69]
“Maka ingatlah akan nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.” (Qs Al-A’raf:69).
Abu Darda’-radhiyallahu ‘anhu– berkata:
“تَفَكَّرَ سَاعَةً خَيْرٌ مِنْ قِيَامٍ لَيْلَةً”
“Merenung sesaat lebih bernilai dari pada melakukan ibadah sunnah semalam.”
......
إِنَّ اللهَ تَعَالى يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوبَ مَسِيءُ النَّهَارِ وَ يَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ اللَّيْلِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا.“رواه مسلم
“Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya pada malam hari untuk menerima tobat orang yang berbuat dosa pada siang hari, dan membentangkan tangan-Nya pada siang hari untuk menerima tobat orang yang berbuat dosa pada malam hari, sampai matahari terbit dari barat.” (HR. Muslim).
Shalat sunnah yang dilakukan sebelum terbitnya matahai dan sebelum terbenamnya, Allah memberinya pahala, sebagaimana sabda Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam-:
إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ كَمَا تَرَوْنَ هَذَا الْقَمَرَ لاَ تَضَامُّوْنَ فِي رُؤْيَتِهِ، فَإِنِ اْستَطَعْتُمْ أَنْ لاَ تُغْلَبُوْا عَلَى صَلاَةٍ قَبْلَ طُلُوْعِ الشَّمْسِ وَصَلاَةٍ قَبْلَ غُرُوْبِهَا فَافْعَلُوْا. رواه البخاري
“Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb (Tuhan) kalian sebagaimana kalian melihat bulan ini. Kalian tidak akan berdesak-desakan ketika melihat-Nya (tidak mengalami kesulitan dalam melihat-Nya). Oleh karena itu, jika kalian mampu, untuk tidak mengabaikan shalat sebelum terbit matahari dan shalat sebelum terbenam matahari, maka lakukanlah.” (HR. Bukhari).
dan yg terakhir setelah kita menyaksikan peristiwa Gerhana ini berdzikir bersedekah, mari kita Berdo’a dengan menghadirkan Mahabbah, Khauf dan Raja’.
Mahabbah yaitu cinta, ketika berdo’a hadirkan cinta, bahwa kita mencintai Allah ta’la dengan meminta kepada-Nya.
Khauf yaitu (perasaan) Takut.
ketika berdo’a hendaknya hadirkan Khauf, bahwa kita takut kepada Allah ta’la dari murka-Nya dan Azab-Nya.
Raja’ yaitu Pengharapan.
ketika berdo’a hendaknya hadirkan Raja’, bahwa kita berharap kepada Allah ta’la agar Dia mengampuni dosa-dosa kita dan menerima taubat kita serta menjauhkan kita dari siksa-Nya.
dikutip dari berbagai sumber : Muslim.or.id rumaysho.com Aplikasi Quranandroid, ensiklopedi hadits dll...
✏Disusun oleh :🖊 Muhammad Hasan Asnawi