IMAM SYAFI'I MENUTURKAN :
Siapa yang tulus menjalin persaudaraan dengan sahabatnya maka ia akan menerima kesalahan-kesalahannya,, mengisi kekuranagnnya dan memaafkan ketregelincirannya".
RASULULLAH Shalallahu 'alaihi wasalam bersabda :
"Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia". (HR. Muslim)
RASULULLAH shlallahu 'alaihi wasalam bersabda :
"Seorang Muslim Adalah Bersaudara, Janganlah Mendzolimi, Merendahkan Dan Janganlah Mengejeknya. (HR. Muslim)
RASULULLAH shlallahu 'alaihi wasalam bersabda :
"Barangsiapa yang memudahkan orang yang sedang berada dalam kesulitan, maka Allah akan memudahkannya baik di dunia maupun di akherat". (HR. Muslim)
Imam Syafi'i pernah berkata :
"Aku berangan-angan agar orang-orang mempelajari ilmuku ini dan mereka tidak menisbahkan sedikitpun ilmuku kepadaku selamanya, lalu akupun diberi ganjaran karenanya dan mereka tidak memujiku" (Al-Bidaayah wa An-Nihaayah 10/276)
Sabtu, 08 Maret 2025
Kemudahan Adalah Ujian
Jumat, 07 Maret 2025
Allah Maha Pengampun
Senin, 03 Maret 2025
Puas & Ambisi
Rabu, 05 Februari 2025
Sebab Ke-Tujuh & Ke-Delapan: Keberanian &Menjauhkan Penyakit² hati dan yang bisa merusaknya (bag-8)
05 februari 2025 M
06 Syaban 1446 H
عَشَرَةُ أَسْبَابِ انْشِرَاحِ الصَّدْرِ
Sepuluh Sebab Kelapangan Dada
Apa yang kita cari di dunia ini, hidup sementara, hidup sebentar, tidak lain adalah ketenangan hati, kelapangan dada....
السَّبَبُ السَّابِعُ: الشَّجَاعَةُ
Sebab Ketujuh: Keberanian
لِلشَّجَاعَةِ أَثَرٌ بَالِغٌ فِي رَاحَةِ النَّفْسِ، وَطُمَأْنِينَةِ القَلْبِ، بِخِلَافِ الجُبْنِ؛ فَإِنَّهُ يَجُرُّ عَلَى صَاحِبِهِ مِنَ النَّكَدِ فِي العَيْشِ بِحَسَبِ مَا قَامَ فِي قَلْبِهِ مِنْ جُبْنٍ وَخَوْفٍ وَخَوَرٍ وَأَوْهَامٍ أَدْخَلَهَا عَلَى نَفْسِهِ، وَلَا وُجُودَ لَهَا فِي الحَقِيقَةِ وَالوَاقِعِ.
Keberanian memiliki pengaruh besar dalam memberikan ketenangan jiwa dan ketenteraman hati, berbeda dengan sifat pengecut. Karena sifat pengecut akan menyeret pemiliknya ke dalam kesusahan dalam hidup, sesuai dengan kadar rasa takut, kelemahan, dan khayalan yang ia masukkan ke dalam dirinya sendiri, padahal sebenarnya semua itu tidak ada dalam kenyataan.
وَالشَّجَاعَةُ أَثَرٌ مِنْ آثَارِ قُوَّةِ الإِيمَانِ، وَحُسْنِ الصِّلَةِ بِاللَّهِ، فَكُلَّمَا زَادَ إِيمَانُ العَبْدِ وَصِلَتُهُ بِاللَّهِ زَادَتْ شَجَاعَتُهُ، وَقَوِيَ قَلْبُهُ، وَتَرَتَّبَ عَلَى ذَلِكَ سَعَادَتُهُ وَانْشِرَاحُ صَدْرِهِ.
Keberanian adalah salah satu akibat dari kuatnya iman dan baiknya hubungan seseorang dengan Allah. Semakin bertambah iman seseorang dan semakin kuat hubungannya dengan Allah, maka semakin besar pula keberaniannya, semakin kuat hatinya, dan hal itu berujung pada kebahagiaan serta kelapangan dadanya.
وَقَدْ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: ﴿إِنَّمَا ذَلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِينَ﴾ [آل عمران: ١٧٥].
Allah Ta’ala berfirman:
"Sesungguhnya itu hanyalah setan yang menakut-nakuti para pengikutnya, maka janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku jika kamu benar-benar orang-orang yang beriman." (Ali 'Imran: 175).
وَصَحَّ عَنِ النَّبِيِّ أَنَّهُ كَانَ كَثِيرًا مَا يَتَعَوَّذُ بِاللَّهِ مِنَ الجُبْنِ وَمِنَ البُخْلِ
(1) أخرجه البخاري في صحيحه رقم: (۲۸۹۳)، ومسلم في صحيحه) رقم : (٢٧٠٦).
Juga telah shahih dari Nabi ﷺ bahwa beliau sering berlindung kepada Allah dari sifat pengecut dan sifat kikir,
(diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Shahihnya nomor 2893 dan oleh Muslim dalam Shahih-nya nomor 2706.)
لِأَنَّ هَذَيْنِ الأَمْرَيْنِ إِذَا اجْتَمَعَا فِي القَلْبِ أَثَّرَا عَلَيْهِ بِالضِّيقِ وَالحَرَجِ وَالنَّكَدِ تَأْثِيرًا بَالِغًا.
karena kedua sifat ini apabila berkumpul dalam hati seseorang, maka akan memberikan pengaruh yang besar berupa kesempitan, kesulitan, dan kesengsaraan dalam hidup.
Catatan :
Doa Berlindung Dari Sifat Lemah, Malas, Pengecut Dan Pikun
اَللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ، وَالْكَسَلِ، وَالْجُبْنِ، وَالْهَرَمِ
Allaahumma innii a'uudzu bika minal 'ajzi, wal kasali, wal jubni, wal haromi.
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, rasa malas, pengecut/rasa takut dan pikun.
HR. Muslim no. 2706.
السَّبَبُ الثَّامِنُ
Sebab Kedelapan:
إِبْعَادُ أَدْوَاءِ الْقُلُوبِ وَأَسْقَامِهَا
Menjauhkan Penyakit² dan Kerusakan Hati
فَأَدْوَاءُ الْقُلُوبِ وَأَسْقَامُهَا وَغَوَائِلُهَا كَثِيرَةٌ، وَالْقُلُوبُ تَمْرَضُ كَمَا تَمْرَضُ الْأَبْدَانُ، بَلْ إِنَّ أَمْرَاضَ الْقَلْبِ لَهَا تَأْثِيرٌ عَظِيمٌ عَلَى صَاحِبِهَا؛ كَالْحَسَدِ وَالْغِلِّ وَالْحِقْدِ وَغَيْرِهَا مِنَ الْأَمْرَاضِ الْقَلْبِيَّةِ، فَإِنَّ هَذِهِ الْخِصَالَ الذَّمِيمَةَ وَالْأَدْوَاءَ الْمَشِينَةَ إِذَا دَخَلَتْ إِلَى الْقُلُوبِ أَعْطَبَتْهَا، وَإِذَا وَصَلَتْ إِلَى الصُّدُورِ أَظْلَمَتْهَا، وَتَرَتَّبَ عَلَيْهَا ضِيقُ صَدْرِ صَاحِبِهَا، وَكآبَةُ حَالِهِ، وَسُوءُ عَاقِبَتِهِ وَمَالِهِ.
Penyakit dan kerusakan hati serta dampak buruknya sangat banyak. Hati bisa sakit sebagaimana tubuh juga bisa sakit. Bahkan, penyakit hati memiliki pengaruh yang besar bagi pemiliknya, seperti hasad (dengki), ghill (kedengkian yang terpendam), hiqd (dendam), dan penyakit hati lainnya. Sifat-sifat tercela dan penyakit yang hina ini, jika masuk ke dalam hati, maka akan merusaknya. Jika mencapai dada, maka akan menggelapkannya, dan akibatnya pemiliknya akan mengalami kesempitan dada, kemurungan dalam kehidupannya, serta keburukan dalam akhir kehidupannya dan hartanya.
وَأَمَّا مَنْ سَلِمَ مِنْ هَذِهِ الْأَمْرَاضِ، وَامْتَلَأَ قَلْبُهُ بِأَضْدَادِهَا كَالْأَمَانَةِ وَالْوَفَاءِ وَالصِّدْقِ وَالْإِيثَارِ - فَإِنَّ هَذِهِ الْمَعَانِي تَنْعَكِسُ عَلَى صَاحِبِهَا بِالِانْشِرَاحِ فِي صَدْرِهِ، وَالرَّاحَةِ فِي قَلْبِهِ، وَالطُّمَأْنِينَةِ فِي نَفْسِهِ.
Sebaliknya, siapa yang selamat dari penyakit-penyakit ini dan hatinya dipenuhi dengan kebalikannya, seperti amanah, kesetiaan, kejujuran, dan itsar (mendahulukan orang lain), maka makna-makna tersebut akan berpengaruh pada dirinya dengan kelapangan dada, ketenangan dalam hati, dan ketenteraman dalam jiwanya.
قَالَ شَيْخُ الْإِسْلَامِ ابْنُ تَيْمِيَةَ فِي كِتَابِهِ «أَمْرَاضُ الْقُلُوبِ وَشِفَاؤُهَا»:
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata dalam kitabnya Amradhul Qulub wa Syifaa'uha (Penyakit Hati dan Obatnya):
**«وَالْقُرْآنُ شِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ، وَمَنْ فِي قَلْبِهِ أَمْرَاضُ الشُّبُهَاتِ وَالشَّهَوَاتِ؛ فَفِيهِ مِنَ الْبَيِّنَاتِ مَا يُزِيلُ الْحَقَّ مِنَ الْبَاطِلِ؛ فَيُزِيلُ أَمْرَاضَ الشُّبْهَةِ الْمُفْسِدَةِ لِلْعِلْمِ وَالتَّصَوُّرِ وَالْإِدْرَاكِ، بِحَيْثُ يَرَى الْأَشْيَاءَ عَلَى مَا هِيَ عَلَيْهِ.
"Al-Qur’an adalah penyembuh bagi apa yang ada di dalam dada. Barang siapa di dalam hatinya terdapat penyakit syubhat dan syahwat, maka dalam Al-Qur’an terdapat keterangan yang menghilangkan kebatilan dari kebenaran. Al-Qur’an menghilangkan penyakit syubhat yang merusak ilmu, pemahaman, dan persepsi, sehingga seseorang dapat melihat sesuatu sebagaimana adanya.
وَفِيهِ مِنَ الْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ بِالتَّرْغِيبِ وَالتَّرْهِيبِ وَالْقَصَصِ الَّتِي فِيهَا عِبْرَةٌ مَا يُوجِبُ صَلَاحَ النُّفُوسِ وَإِصْلَاحَ الْأَحْوَالِ.»**
Di dalamnya juga terdapat hikmah dan nasihat yang baik, dengan janji dan ancaman, serta kisah-kisah yang mengandung pelajaran, yang menjadikan jiwa menjadi baik dan memperbaiki keadaan manusia.”
وَالتَّرْهِيبُ وَالْقَصَصُ الَّتِي فِيهَا عِبْرَةٌ مَا يُوجِبُ صَلَاحَ الْقَلْبِ، فَيَرْغَبُ الْقَلْبُ فِيمَا يَنْفَعُهُ، وَيَرْغَبُ عَمَّا يَضُرُّهُ، فَيَبْقَى الْقَلْبُ مُحِبًّا لِلرَّشَادِ، مُبْغِضًا لِلْغَيِّ، بَعْدَ أَنْ كَانَ مُرِيدًا لِلْغَيِّ، مُبْغِضًا لِلرَّشَادِ،
Dan peringatan (tarhib) serta kisah-kisah yang mengandung pelajaran, itulah yang menyebabkan hati menjadi baik. Maka, hati akan mencintai hal yang bermanfaat baginya dan menjauhi hal yang merugikannya. Hati pun tetap mencintai petunjuk dan membenci kesesatan, setelah sebelumnya menginginkan kesesatan dan membenci petunjuk.
فَالْقُرْآنُ مُزِيلٌ لِلْأَمْرَاضِ الْمُوجِبَةِ لِلْإِرَادَاتِ الْفَاسِدَةِ حَتَّى يَصْلُحَ الْقَلْبُ؛ فَتَصْلُحَ إِرَادَتُهُ، وَيَعُودَ إِلَى فِطْرَتِهِ الَّتِي فُطِرَ عَلَيْهَا، كَمَا يَعُودُ الْبَدَنُ إِلَى الْحَالِ الطَّبِيعِيِّ، وَيَعْتَذِي الْقَلْبُ مِنَ الْإِيمَانِ وَالْقُرْآنِ بِمَا يُزَكِّيهِ وَيُؤَيِّدُهُ كَمَا يَغْتَذِي الْبَدَنُ بِمَا يُنَمِّيهِ وَيُقَوِّمُهُ، فَإِنَّ زَكَاةَ الْقَلْبِ مِثْلَ نَمَاءِ الْبَدَنِ.
Maka, Al-Qur’an adalah penghilang penyakit-penyakit yang menyebabkan kehendak-kehendak yang rusak, hingga hati menjadi baik, sehingga kehendaknya pun menjadi baik, dan ia kembali kepada fitrahnya yang telah Allah ciptakan baginya. Sebagaimana tubuh kembali ke kondisi alaminya, begitu juga hati mendapatkan nutrisi dari iman dan Al-Qur’an dengan sesuatu yang menyucikannya dan menguatkannya, sebagaimana tubuh mendapatkan nutrisi dari sesuatu yang menumbuhkan dan mengokohkannya. Sebab, kesucian hati seperti pertumbuhan tubuh.
وَالزَّكَاةُ فِي اللُّغَةِ: النَّمَاءُ وَالزِّيَادَةُ فِي الصَّلَاحِ، يُقَالُ: زَكَا الشَّيْءُ إِذَا نَمَا فِي الصَّلَاحِ، فَالْقَلْبُ يَحْتَاجُ أَنْ يَتَرَبَّى؛ فَيَنْمُو وَيَزِيدُ، حَتَّى يَكْمُلَ وَيَصْلُحَ، كَمَا يَحْتَاجُ الْبَدَنُ أَنْ يُرَبَّى بِالْأَغْذِيَةِ الْمُصْلِحَةِ لَهُ.
Secara bahasa, "zakat" berarti pertumbuhan dan peningkatan dalam kebaikan. Dikatakan: "Sesuatu itu berkembang" jika ia bertambah dalam kebaikan. Maka, hati membutuhkan pendidikan agar ia tumbuh dan bertambah, hingga menjadi sempurna dan baik, sebagaimana tubuh membutuhkan pendidikan dengan makanan yang baik baginya.
وَلَا بُدَّ مَعَ ذَلِكَ مِنْ مَنْعِ مَا يَضُرُّهُ؛ فَلَا يَنْمُو الْبَدَنُ إِلَّا بِإِعْطَاءِ مَا يَنْفَعُهُ وَمَنْعِ مَا يَضُرُّهُ، وَكَذَلِكَ الْقَلْبُ لَا يَرْقُو فَيَنْمُو وَيَتِمُّ صَلَاحُهُ إِلَّا بِحُصُولِ مَا يَنْفَعُهُ وَدَفْعِ مَا يَضُرُّهُ.
(أمراض القلوب وشفاؤها، ص: ٥)
Namun, bersamaan dengan itu, harus pula dicegah dari hal-hal yang merusaknya. Sebab, tubuh tidak akan tumbuh kecuali dengan memberikan sesuatu yang bermanfaat baginya dan mencegah sesuatu yang merugikannya. Demikian pula hati, tidak akan baik dan berkembang serta menjadi baik kecuali dengan memperoleh sesuatu yang bermanfaat baginya dan menolak sesuatu yang membahayakannya.
📘(Sumber: Amradhul Qulub wa Syifaa’uha, hal. 5).
Minggu, 02 Februari 2025
Dampak Buruk Maksiat: Pelajaran dari Ibnul Qayyim
Selengkapnya baca di: https://rumaysho.com/39295-dampak-buruk-maksiat-pelajaran-dari-ibnul-qayyim.html
Muqaddimah waris (Syarhur Rahbiyyah) [02]