ISLAM itu indah-----ISLAM itu sempurna dan ISLAM itu rahmatan lil 'alamin-----JANGAN Hanya menilai ISLAM dari pengikut / umatnya...!-----tapi Nilai lah ISLAM dari ajarannya...!-----Pelajarilah...!-----Jika Tidak Tahu Bertanyalah Pada Ahlinya-----maka anda akan mengetahui betapa menakjubkanya Islam bagi kehidupan manusia

(Ibnul Qoyyim rahimahullah[Ad-Daa' wa ad-Dawaa' 94])

“”

IMAM SYAFI'I MENUTURKAN :

Siapa yang tulus menjalin persaudaraan dengan sahabatnya maka ia akan menerima kesalahan-kesalahannya,, mengisi kekuranagnnya dan memaafkan ketregelincirannya".

RASULULLAH Shalallahu 'alaihi wasalam bersabda :

"Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia". (HR. Muslim)

RASULULLAH shlallahu 'alaihi wasalam bersabda :

"Seorang Muslim Adalah Bersaudara, Janganlah Mendzolimi, Merendahkan Dan Janganlah Mengejeknya. (HR. Muslim)

RASULULLAH shlallahu 'alaihi wasalam bersabda :

"Barangsiapa yang memudahkan orang yang sedang berada dalam kesulitan, maka Allah akan memudahkannya baik di dunia maupun di akherat". (HR. Muslim)

Imam Syafi'i pernah berkata :

"Aku berangan-angan agar orang-orang mempelajari ilmuku ini dan mereka tidak menisbahkan sedikitpun ilmuku kepadaku selamanya, lalu akupun diberi ganjaran karenanya dan mereka tidak memujiku" (Al-Bidaayah wa An-Nihaayah 10/276)

Ibnul Qayyim (Al Fawaid 1/147)

el kanzu

Sabtu, 08 Maret 2025

Kemudahan Adalah Ujian

Hidup ini adalah ujian

{ تَبَٰرَكَ ٱلَّذِي بِيَدِهِ ٱلۡمُلۡكُ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٌ }
[Surat Al-Mulk: 1]
Mahasuci Allah yang di tangan-Nya (segala) kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.

{ ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلۡمَوۡتَ وَٱلۡحَيَوٰةَ لِيَبۡلُوَكُمۡ أَيُّكُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلٗاۚ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡغَفُورُ }
[Surat Al-Mulk: 2]
Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalannya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun.

Iya, hidup ini akan terus berputar dari satu ujian ke ujian berikutnya

- ujian bagi manusia setelah mengetahui kebenaran firman Allah, kebenaran Tuhannya, kebenaran tanda kekuasaan Allah maukah ia menyembahnya ? Maukah ia menjadi muslim pasrah berserah diri kepada Tuhannya ?
- Semua nikmat yang kita terima juga ujian, fasilitas, kemudahan hidup yang Allah berikan, yang Allah sediakan juga merupakan ujian,
Kita hidup di zaman kemudahan 
1. Kemudahan makan dan minum murah bisa itukah
2. Kemudahan pakaian untuk shalat
3. Kemudahan beli kuota data, wifi, tatring, mengakses ilmu atau maksiat
4. Kemudahan kendaraan, untuk pergi kajian, ke masjid, Kemudahan listrik lampu jalan. Jaman dulu pakai oncor
5. Kemudahan cari uang, dapat pasangan, punya anak, rumah, dll disisi lain orang lain di ujian sulit cari uang, cari pasangan, rumah dll

Mari kita mengambil pelajaran dari firman Allah:

{ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَيَبۡلُوَنَّكُمُ ٱللَّهُ بِشَيۡءٖ مِّنَ ٱلصَّيۡدِ تَنَالُهُۥٓ أَيۡدِيكُمۡ وَرِمَاحُكُمۡ لِيَعۡلَمَ ٱللَّهُ مَن يَخَافُهُۥ بِٱلۡغَيۡبِۚ فَمَنِ ٱعۡتَدَىٰ بَعۡدَ ذَٰلِكَ فَلَهُۥ عَذَابٌ أَلِيمٞ }
[Surat Al-Ma'idah: 94]
Wahai orang-orang yang beriman! Allah pasti akan menguji kamu dengan hewan buruan yang dengan mudah kamu peroleh dengan tangan dan tombakmu agar Allah mengetahui siapa yang takut kepada-Nya, meskipun dia tidak melihat-Nya. Barang siapa melampaui batas setelah itu, maka dia akan mendapat azab yang pedih.

Disebutkan dalam tafsir Ibnu Katsir:
Bahwa Maqatil bin Hayyan (seorang ulama ahli tafsir dari generasi tabi‘in.) berkata:

"Ayat ini turun dalam peristiwa Umrah Hudaibiyah. Ketika itu, binatang liar, burung, dan hewan buruan mendatangi mereka di tempat peristirahatan mereka, sesuatu yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Maka Allah melarang mereka membunuh hewan-hewan tersebut selama mereka dalam keadaan ihram."

Umrah Hudaibiyah terjadi pada tahun 6 Hijriyah (628 M). Peristiwa ini berakhir dengan Perjanjian Hudaibiyah, di mana kaum Muslimin tidak jadi memasuki Makkah tahun itu dan baru diperbolehkan melakukan umrah pada tahun berikutnya (7 H).

Masih dalam tafsir Ibnu Katsir:

*"Yakni, Allah menguji mereka dengan buruan yang mendatangi mereka di tempat peristirahatan mereka, yang bisa mereka tangkap dengan tangan dan tombak mereka, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Dengan begitu, akan tampak siapa yang benar-benar taat kepada-Nya baik dalam keadaan tersembunyi maupun terang-terangan. Sebagaimana firman Allah:

﴿إِنَّ ٱلَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُم بِٱلْغَيْبِ لَهُم مَّغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ﴾ 
(Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhan mereka dalam keadaan ghaib, bagi mereka ampunan dan pahala yang besar) [Al-Mulk: 12]."


Pelajaran dari Tafsir As Sa'di 
1. Diantara hikmahnya adalah  "Agar Allah mengetahui," yakni agar ilmu-Nya yang tampak bagi makhluk menjadi bukti yang berujung pada pahala dan hukuman, "siapa yang takut kepada-Nya dalam keadaan ghaib," 
فَيَكُفُّ عَمَّا نَهَىٰ ٱللَّهُ عَنْهُ مَعَ قُدْرَتِهِ عَلَيْهِ وَتَمَكُّنِهِ، فَيُثِيبُهُ ٱلثَّوَابَ ٱلْجَزِيلَ
sehingga ia menjauhi larangan Allah meskipun mampu dan berkesempatan untuk melakukannya. Orang seperti ini akan diberi pahala yang besar.

مِمَّن لَا يَخَافُهُ بِٱلْغَيْبِ، فَلَا يَرْتَدِعُ عَنْ مَعْصِيَةٍ تَعْرِضُ لَهُ
Berbeda dengan orang yang tidak takut kepada Allah dalam keadaan ghaib, sehingga ia tidak menjauh dari maksiat yang ada dihadapannya (ketika sendiri)."


"Maka barang siapa di antara kalian yang melampaui batas setelah itu," yakni setelah penjelasan yang memutuskan segala alasan dan menjelaskan jalan yang benar, "maka baginya azab yang pedih," yaitu azab yang sangat menyakitkan dan menyiksa, yang hanya Allah yang mengetahui kadar kepedihannya.

Sebab tidak ada alasan bagi pelanggar tersebut untuk membela diri, dan yang menjadi tolok ukur adalah siapa yang takut kepada-Nya dalam keadaan ghaib, bukan ketika ia berada di hadapan manusia. Karena menampakkan rasa takut kepada Allah di hadapan manusia bisa jadi hanya karena takut kepada mereka, sehingga hal itu tidak berpahala.

Hewan yang boleh dibunuh
Dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan ada 5 hewan:

ثَبَتَ فِي الصَّحِيحَيْنِ مِنْ طَرِيقِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عُرْوَة، عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ: "خَمْسُ فَواسِق يُقْتَلْنَ فِي الحِلِّ والحَرَم الغُراب وَالْحِدَأَةُ، والعَقْرب، وَالْفَأْرَةُ، وَالْكَلْبُ العَقُور".
Terdapat dalam hadits shahih dari Az-Zuhri, dari Urwah, dari Aisyah Ummul Mukminin, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

"Ada lima hewan fasik yang boleh dibunuh baik di tanah halal maupun tanah haram: 
1. burung gagak,
2. burung elang,
3. kalajengking,
4. tikus, dan 
5. anjing gila." (Muttafaqun ‘alaih).
Wallahu a’lam.

Referensi:
Tafsir Ibnu Katsir 
Tafsir As Sa'di 
Partnership : App Chatgpt

✍🏼MHA El kanzu

🏡 Jogorogo - Ngawi- JATIM Indonesia Raya 🇮🇩
⌚ 09:10 WIB
📝 09 Ramadhan 1446 H / 09 Maret 2025 M




Jumat, 07 Maret 2025

Allah Maha Pengampun

"Tidak ada orang baik saat ini, yang tidak punya masa lalu (kesalahan dan dosa)"...

"Dan tidak ada orang buruk yang tidak memiliki masa depan (untuk berbuat baik & bertaubat)"

Jangan terpengaruh bisikan dan bayangan setan : "dosamu terlalu besar"

Ingat Allah Al-'Afwu ( Yang Maha Pemaaf) Al-Ghafur & Al-Ghaffar (Yang Maha Pengampun) At-Tawwab (Yang Maha Penerima Taubat)

Ibnul Qayyim berkata :
"Ada orang yang masuk surga karena kemaksiatannya (membuatnya menyesal dan bertaubat) ... Dan ada orang yang masuk neraka karena kebaikannya (merasa sombong, angkuh, congkak)"

🖊️faedah UTB hafidzahullahu ta'ala kitab ensiklopedi Asmaul Husna (Syeikh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdulmuhsin Al Badr hafidzahullahu ta'ala)

MSH

Berikut ada tanya jawab yang pernah manfaat insyallah dari www.islamweb.net...

السُّؤَالُ:
مَا رَأْيُ فَضِيلَتِكُمْ فِي إِطْلَاقِ لَفْظِ: (ذَنْبٌ يُدْخِلُكَ الْجَنَّةَ) عَلَى هَذَا الْمَوْضُوعِ: ذَنْبٌ يُدْخِلُ صَاحِبَهُ الْجَنَّةَ؟ قَالَ بَعْضُ السَّلَفِ: قَدْ يَعْمَلُ الْعَبْدُ ذَنْبًا فَيَدْخُلُ بِهِ الْجَنَّةَ، وَيَعْمَلُ الطَّاعَةَ فَيَدْخُلُ بِهَا النَّارَ! قَالُوا: وَكَيْفَ ذَلِكَ؟ قَالَ: يَعْمَلُ الذَّنْبَ فَلَا يَزَالُ يَذْكُرُ ذَنْبَهُ، فَيُحْدِثُ لَهُ انْكِسَارًا وَذُلًّا وَنَدَمًا، وَيَكُونُ ذَلِكَ سَبَبَ نَجَاتِهِ، وَيَعْمَلُ الْحَسَنَةَ، فَلَا تَزَالُ نُصْبَ عَيْنَيْهِ، كُلَّمَا ذَكَرَهَا أَوْرَثَتْهُ عُجْبًا وَكِبْرًا وَمِنَّةً، فَتَكُونُ سَبَبَ هَلَاكِهِ - جَزَاكُمُ اللَّهُ خَيْرًا -؟
Pertanyaan:
Bagaimana pendapat Anda tentang penggunaan ungkapan "Dosa yang memasukkan seseorang ke surga" dalam konteks ini: Seorang hamba melakukan dosa, lalu masuk surga karenanya, dan melakukan ketaatan, lalu masuk neraka karenanya? Para salaf berkata: Bagaimana bisa demikian? Dijawab: Seorang hamba melakukan dosa, lalu dosa itu selalu teringat olehnya, sehingga menimbulkan kehancuran hati, ketundukan, dan penyesalan, yang menjadi sebab keselamatannya. Sebaliknya, seorang hamba melakukan kebaikan, namun kebaikan itu selalu ia ingat, hingga menimbulkan rasa bangga, kesombongan, dan menganggap dirinya berjasa, sehingga menjadi sebab kebinasaannya. Bagaimana pendapat Anda?

الإِجَابَةُ:
الْحَمْدُ لِلَّهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ، أَمَّا بَعْدُ:

فَإِنَّ دُخُولَ الْجَنَّةِ لَيْسَ بِسَبَبِ الذَّنْبِ، وَإِنَّمَا هُوَ بِسَبَبِ التَّوْبَةِ، كَمَا قَالَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْ عِبَادِهِ الْمُتَّقِينَ:
Jawaban:
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, keluarga, dan para sahabatnya. Amma ba'du:

Sesungguhnya masuknya seseorang ke dalam surga bukan karena dosanya, tetapi karena taubatnya. Sebagaimana firman Allah tentang hamba-hamba-Nya yang bertakwa:

﴿وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ ۝ أُولَئِكَ جَزَاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ﴾ {آلِ عِمْرَانَ: 135-136}.
"Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, mereka segera mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosa mereka. Dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah? Dan mereka tidak terus-menerus melakukan dosa itu sedang mereka mengetahui. Mereka itulah orang-orang yang balasannya adalah ampunan dari Tuhan mereka, serta surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal." (Ali Imran: 135-136)

فَلَيْسَتِ الْفَائِدَةُ فِي الذَّنْبِ بِذَاتِهِ، وَإِنَّمَا هِيَ فِي الْخَوْفِ مِنْ خَطَرِهِ الَّذِي سَبَّبَ التَّوْبَةَ، الَّتِي تُورِثُ ذُلًّا وَانْكِسَارًا، فَتَكُونُ خَيْرًا مِمَّا قَدْ يُورِثُهُ الْعَمَلُ الصَّالِحُ لَدَى بَعْضِ النَّاسِ مِنَ الْعُجْبِ.
Jadi, bukan dosa itu sendiri yang membawa manfaat, melainkan rasa takut terhadap bahaya dosa, yang mendorong seseorang untuk bertaubat. Taubat inilah yang menumbuhkan ketundukan dan kehancuran hati, yang lebih baik dibandingkan amal shalih yang justru bisa menimbulkan kesombongan pada sebagian orang.

وَهَذَا الْكَلَامُ ذَكَرَهُ بَعْضُ السَّلَفِ، كَمَا قَالَ ابْنُ الْقَيِّمِ فِي مَدَارِجِ السَّالِكِينَ، وَلَكِنَّهُ لَا يُرَادُ بِهِ التَّنْوِيهُ بِالذُّنُوبِ، كَمَا قَالَ الْمُنَاوِيُّ فِي فَيْضِ الْقَدِيرِ عَنْ ابْنِ عَطَاءِ اللَّهِ:
Ucapan ini memang disebutkan oleh sebagian salaf, sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Qayyim dalam Madarij As-Salikin, namun bukan untuk memuji perbuatan dosa. Sebagaimana Al-Munawi dalam Faidl Al-Qadir mengutip perkataan Ibnu Atha'illah:

"رُبَّ مَعْصِيَةٍ أَوْرَثَتْ ذُلًّا وَافْتِقَارًا، خَيْرٌ مِنْ طَاعَةٍ أَوْرَثَتْ عِزًّا وَاسْتِكْبَارًا". اهـ.
"Betapa banyak maksiat yang menghasilkan kehinaan dan ketergantungan kepada Allah, lebih baik daripada ketaatan yang menimbulkan kesombongan dan merasa diri mulia."

قَالَ الْمُنَاوِيُّ: "وَهَذَا كُلُّهُ لَيْسَ تَنْوِيهًا لِارْتِكَابِ الْخَطَايَا، بَلِ الْمُرَادُ أَنَّهُ إِذَا أَذْنَبَ فَنَدِمَ بِذُلِّهِ وَانْكِسَارِهِ، نَفَعَهُ ذَلِكَ". اهـ.
Al-Munawi menjelaskan:
"Ucapan ini bukanlah untuk menyanjung perbuatan dosa, melainkan maksudnya adalah jika seseorang berbuat dosa, lalu ia menyesal dan merasa hina, maka hal itu bisa membawa manfaat baginya."

وَقَالَ ابْنُ الْقَيِّمِ فِي مَدَارِجِ السَّالِكِينَ:
Ibnu Qayyim berkata dalam (kitab) Madarij As-Salikin:

الْوَجْهُ الْخَامِسُ: أَنَّ الذَّنْبَ قَدْ يَكُونُ أَنْفَعَ لِلْعَبْدِ إِذَا اقْتَرَنَتْ بِهِ التَّوْبَةُ، مِنْ كَثِيرٍ مِنَ الطَّاعَاتِ، وَهَذَا مَعْنَى قَوْلِ بَعْضِ السَّلَفِ: قَدْ يَعْمَلُ الْعَبْدُ الذَّنْبَ فَيَدْخُلُ بِهِ الْجَنَّةَ، وَيَعْمَلُ الطَّاعَةَ فَيَدْخُلُ بِهَا النَّارَ،
Penjelasan kelima: Dosa yang disertai dengan taubat bisa lebih bermanfaat bagi seorang hamba dibandingkan banyak ketaatan. Inilah makna dari perkataan sebagian salaf: "Seorang hamba bisa melakukan dosa lalu masuk surga karenanya, dan bisa melakukan ketaatan lalu masuk neraka karenanya."

قَالُوا: وَكَيْفَ ذَاكَ؟
Mereka bertanya: "Bagaimana bisa?"

 قَالَ: يَعْمَلُ الذَّنْبَ فَلَا يَزَالُ نُصْبَ عَيْنَيْهِ، إِنْ قَامَ، وَإِنْ قَعَدَ، وَإِنْ مَشَى ذَكَرَ ذَنْبَهُ، فَيُحْدِثُ لَهُ انْكِسَارًا، وَتَوْبَةً، وَاسْتِغْفَارًا، وَنَدَامًا، فَيَكُونُ ذَلِكَ سَبَبَ نَجَاتِهِ.
Dijawab: "Seorang hamba berbuat dosa, tetapi dosa itu selalu teringat dalam benaknya, baik ketika berdiri, duduk, maupun berjalan. Ia pun menjadi rendah hati, bertaubat, beristighfar, dan menyesal. Hal ini akhirnya menjadi sebab keselamatannya.

وَيَعْمَلُ الْحَسَنَةَ، فَلَا تَزَالُ نُصْبَ عَيْنَيْهِ، إِنْ قَامَ، وَإِنْ قَعَدَ، وَإِنْ مَشَى، كُلَّمَا ذَكَرَهَا أَوْرَثَتْهُ عُجْبًا وَكِبْرًا وَمِنَّةً، فَتَكُونُ سَبَبَ هَلَاكِهِ.
Sebaliknya, ada orang yang melakukan kebaikan, tetapi kebaikan itu selalu teringat dalam benaknya. Setiap kali ia mengingatnya, hal itu justru menumbuhkan rasa bangga, sombong, dan merasa berjasa. Akhirnya, kebaikan itu menjadi sebab kebinasaannya."

فَيَكُونُ الذَّنْبُ مُوجِبًا لِتَرَتُّبِ طَاعَاتٍ وَحَسَنَاتٍ، وَمُعَامَلَاتٍ قَلْبِيَّةٍ، مِنْ خَوْفِ اللَّهِ، وَالْحَيَاءِ مِنْهُ، وَالْإِطْرَاقِ بَيْنَ يَدَيْهِ مُنَكِّسًا رَأْسَهُ خَجِلًا، بَاكِيًا نَادِمًا، مُسْتَقِيلًا رَبَّهُ،
Sehingga dosa tersebut bisa menjadi penyebab munculnya berbagai amal ketaatan dan perbuatan baik lainnya, seperti rasa takut kepada Allah, malu kepada-Nya, tunduk di hadapan-Nya dengan kepala tertunduk karena malu, menangis penuh penyesalan, serta memohon ampun kepada-Nya.

 وَكُلُّ وَاحِدٍ مِنْ هَذِهِ الْآثَارِ أَنْفَعُ لِلْعَبْدِ مِنْ طَاعَةٍ تُوجِبُ لَهُ صَوْلَةً، وَكِبْرًا، وَازْدِرَاءً بِالنَّاسِ، وَرُؤْيَتَهُمْ بِعَيْنِ الِاحْتِقَارِ.
Setiap dari pengaruh tersebut lebih bermanfaat bagi seorang hamba dibandingkan ketaatan yang justru membuatnya bersikap angkuh, sombong, meremehkan orang lain, serta memandang mereka dengan hina.

وَلَا رَيْبَ أَنَّ هَذَا الذَّنْبَ خَيْرٌ عِنْدَ اللَّهِ، وَأَقْرَبُ إِلَى النَّجَاةِ وَالْفَوْزِ مِنْ هَذَا الْمُعْجَبِ بِطَاعَتِهِ، الصَّائِلِ بِهَا، الْمَانِّ بِهَا وَبِحَالِهِ عَلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَعِبَادِهِ، وَإِنْ قَالَ بِلِسَانِهِ خِلَافَ ذَلِكَ، فَاللَّهُ شَهِيدٌ عَلَى مَا فِي قَلْبِهِ. اهـ
Tidak diragukan lagi bahwa dosa yang disertai dengan taubat dan kehinaan diri ini lebih baik di sisi Allah serta lebih dekat kepada keselamatan dan keberuntungan dibandingkan seorang yang tertipu dengan ketaatannya, menyombongkan diri dengannya, merasa berjasa atasnya di hadapan Allah dan hamba-hamba-Nya. Meskipun lisannya mengucapkan hal yang berbeda, Allah Maha Mengetahui apa yang ada dalam hatinya.

Wallahu a’lam.

Referensi:
https://www.islamweb.net/ar/fatwa/229396/
Partnership : App Chatgpt

✍🏼MHA El kanzu

🏡 Madiun - JATIM Indonesia Raya 🇮🇩
⌚ 06:00 WIB
📝 08 Ramadhan 1446 H / 08Maret 2025 M

Senin, 03 Maret 2025

Puas & Ambisi

Puas (ridho) dengan ketentuan (taqdir) yang Allah tetapkan tapi juga menginginkan kebaikan dan perbaikan diri serta mengembangkannya

القناعة والطموح: 
Kepuasan dan Ambisi: 

كن ذا شخصية بسيطة واستمتع بكلّ شيء، واقنع بكل ما بين يديك، ولكن لا تجعل ذلك مبالغاً فيه لدرجة تكبت طموحك في التحسين والتطوير في حالك، وحال ما حولك، 
Milikilah kepribadian yang sederhana, nikmati segala sesuatu, dan bersyukurlah dengan apa yang ada di tanganmu. Namun, jangan sampai hal itu berlebihan hingga menekan ambisimu untuk memperbaiki dan mengembangkan dirimu serta keadaan di sekitarmu.

واسأل نفسك دائماً كيف يمكن أن يكون الوضع أفضل، حتى لو لم تكن قادراً على تحسينه في الحال، . 
Selalu tanyakan pada dirimu, "Bagaimana keadaan ini bisa menjadi lebih baik?"—meskipun saat ini kamu belum mampu memperbaikinya.

واصنع خططاً بقدر قدرتك فيما لك عليه قدرة، بحيث يكون لك في كلّ شهر مثلاً أو أسبوع ما تغيّره للأفضل بدرجة ما
Buatlah rencana sesuai dengan kemampuanmu dalam hal yang bisa kamu ubah, sehingga setiap bulan atau minggu, ada sesuatu yang kamu tingkatkan menjadi lebih baik, meskipun sedikit.

Partnership : App Chatgpt

✍🏼MHA El kanzu

🏡 Ngawi - JATIM Indonesia Raya 🇮🇩
⌚ 05:20 WIB
📝 04 Ramadhan 1446 H / Maret 2025 M

Rabu, 05 Februari 2025

Sebab Ke-Tujuh & Ke-Delapan: Keberanian &Menjauhkan Penyakit² hati dan yang bisa merusaknya (bag-8)

05 februari 2025 M

06 Syaban 1446 H

عَشَرَةُ أَسْبَابِ انْشِرَاحِ الصَّدْرِ

Sepuluh Sebab Kelapangan Dada


Apa yang kita cari di dunia ini, hidup sementara, hidup sebentar, tidak lain adalah ketenangan hati, kelapangan dada....


السَّبَبُ السَّابِعُ: الشَّجَاعَةُ

Sebab Ketujuh: Keberanian


لِلشَّجَاعَةِ أَثَرٌ بَالِغٌ فِي رَاحَةِ النَّفْسِ، وَطُمَأْنِينَةِ القَلْبِ، بِخِلَافِ الجُبْنِ؛ فَإِنَّهُ يَجُرُّ عَلَى صَاحِبِهِ مِنَ النَّكَدِ فِي العَيْشِ بِحَسَبِ مَا قَامَ فِي قَلْبِهِ مِنْ جُبْنٍ وَخَوْفٍ وَخَوَرٍ وَأَوْهَامٍ أَدْخَلَهَا عَلَى نَفْسِهِ، وَلَا وُجُودَ لَهَا فِي الحَقِيقَةِ وَالوَاقِعِ.

Keberanian memiliki pengaruh besar dalam memberikan ketenangan jiwa dan ketenteraman hati, berbeda dengan sifat pengecut. Karena sifat pengecut akan menyeret pemiliknya ke dalam kesusahan dalam hidup, sesuai dengan kadar rasa takut, kelemahan, dan khayalan yang ia masukkan ke dalam dirinya sendiri, padahal sebenarnya semua itu tidak ada dalam kenyataan.


وَالشَّجَاعَةُ أَثَرٌ مِنْ آثَارِ قُوَّةِ الإِيمَانِ، وَحُسْنِ الصِّلَةِ بِاللَّهِ، فَكُلَّمَا زَادَ إِيمَانُ العَبْدِ وَصِلَتُهُ بِاللَّهِ زَادَتْ شَجَاعَتُهُ، وَقَوِيَ قَلْبُهُ، وَتَرَتَّبَ عَلَى ذَلِكَ سَعَادَتُهُ وَانْشِرَاحُ صَدْرِهِ.

Keberanian adalah salah satu akibat dari kuatnya iman dan baiknya hubungan seseorang dengan Allah. Semakin bertambah iman seseorang dan semakin kuat hubungannya dengan Allah, maka semakin besar pula keberaniannya, semakin kuat hatinya, dan hal itu berujung pada kebahagiaan serta kelapangan dadanya.


وَقَدْ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: ﴿إِنَّمَا ذَلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِينَ﴾ [آل عمران: ١٧٥].

Allah Ta’ala berfirman:

"Sesungguhnya itu hanyalah setan yang menakut-nakuti para pengikutnya, maka janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku jika kamu benar-benar orang-orang yang beriman." (Ali 'Imran: 175).


وَصَحَّ عَنِ النَّبِيِّ أَنَّهُ كَانَ كَثِيرًا مَا يَتَعَوَّذُ بِاللَّهِ مِنَ الجُبْنِ وَمِنَ البُخْلِ

(1) أخرجه البخاري في صحيحه رقم: (۲۸۹۳)، ومسلم في صحيحه) رقم : (٢٧٠٦).


Juga telah shahih dari Nabi ﷺ bahwa beliau sering berlindung kepada Allah dari sifat pengecut dan sifat kikir,

(diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Shahihnya nomor 2893 dan oleh Muslim dalam Shahih-nya nomor 2706.)


لِأَنَّ هَذَيْنِ الأَمْرَيْنِ إِذَا اجْتَمَعَا فِي القَلْبِ أَثَّرَا عَلَيْهِ بِالضِّيقِ وَالحَرَجِ وَالنَّكَدِ تَأْثِيرًا بَالِغًا.

karena kedua sifat ini apabila berkumpul dalam hati seseorang, maka akan memberikan pengaruh yang besar berupa kesempitan, kesulitan, dan kesengsaraan dalam hidup.


Catatan : 

Doa Berlindung Dari Sifat Lemah, Malas, Pengecut Dan Pikun


اَللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ، وَالْكَسَلِ، وَالْجُبْنِ، وَالْهَرَمِ


Allaahumma innii a'uudzu bika minal 'ajzi, wal kasali, wal jubni, wal haromi.


Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, rasa malas, pengecut/rasa takut dan pikun.

HR. Muslim no. 2706.


السَّبَبُ الثَّامِنُ

Sebab Kedelapan:


إِبْعَادُ أَدْوَاءِ الْقُلُوبِ وَأَسْقَامِهَا

Menjauhkan Penyakit² dan Kerusakan Hati


فَأَدْوَاءُ الْقُلُوبِ وَأَسْقَامُهَا وَغَوَائِلُهَا كَثِيرَةٌ، وَالْقُلُوبُ تَمْرَضُ كَمَا تَمْرَضُ الْأَبْدَانُ، بَلْ إِنَّ أَمْرَاضَ الْقَلْبِ لَهَا تَأْثِيرٌ عَظِيمٌ عَلَى صَاحِبِهَا؛ كَالْحَسَدِ وَالْغِلِّ وَالْحِقْدِ وَغَيْرِهَا مِنَ الْأَمْرَاضِ الْقَلْبِيَّةِ، فَإِنَّ هَذِهِ الْخِصَالَ الذَّمِيمَةَ وَالْأَدْوَاءَ الْمَشِينَةَ إِذَا دَخَلَتْ إِلَى الْقُلُوبِ أَعْطَبَتْهَا، وَإِذَا وَصَلَتْ إِلَى الصُّدُورِ أَظْلَمَتْهَا، وَتَرَتَّبَ عَلَيْهَا ضِيقُ صَدْرِ صَاحِبِهَا، وَكآبَةُ حَالِهِ، وَسُوءُ عَاقِبَتِهِ وَمَالِهِ.

Penyakit dan kerusakan hati serta dampak buruknya sangat banyak. Hati bisa sakit sebagaimana tubuh juga bisa sakit. Bahkan, penyakit hati memiliki pengaruh yang besar bagi pemiliknya, seperti hasad (dengki), ghill (kedengkian yang terpendam), hiqd (dendam), dan penyakit hati lainnya. Sifat-sifat tercela dan penyakit yang hina ini, jika masuk ke dalam hati, maka akan merusaknya. Jika mencapai dada, maka akan menggelapkannya, dan akibatnya pemiliknya akan mengalami kesempitan dada, kemurungan dalam kehidupannya, serta keburukan dalam akhir kehidupannya dan hartanya.


وَأَمَّا مَنْ سَلِمَ مِنْ هَذِهِ الْأَمْرَاضِ، وَامْتَلَأَ قَلْبُهُ بِأَضْدَادِهَا كَالْأَمَانَةِ وَالْوَفَاءِ وَالصِّدْقِ وَالْإِيثَارِ - فَإِنَّ هَذِهِ الْمَعَانِي تَنْعَكِسُ عَلَى صَاحِبِهَا بِالِانْشِرَاحِ فِي صَدْرِهِ، وَالرَّاحَةِ فِي قَلْبِهِ، وَالطُّمَأْنِينَةِ فِي نَفْسِهِ.

Sebaliknya, siapa yang selamat dari penyakit-penyakit ini dan hatinya dipenuhi dengan kebalikannya, seperti amanah, kesetiaan, kejujuran, dan itsar (mendahulukan orang lain), maka makna-makna tersebut akan berpengaruh pada dirinya dengan kelapangan dada, ketenangan dalam hati, dan ketenteraman dalam jiwanya.



قَالَ شَيْخُ الْإِسْلَامِ ابْنُ تَيْمِيَةَ فِي كِتَابِهِ «أَمْرَاضُ الْقُلُوبِ وَشِفَاؤُهَا»:

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata dalam kitabnya Amradhul Qulub wa Syifaa'uha (Penyakit Hati dan Obatnya):


**«وَالْقُرْآنُ شِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ، وَمَنْ فِي قَلْبِهِ أَمْرَاضُ الشُّبُهَاتِ وَالشَّهَوَاتِ؛ فَفِيهِ مِنَ الْبَيِّنَاتِ مَا يُزِيلُ الْحَقَّ مِنَ الْبَاطِلِ؛ فَيُزِيلُ أَمْرَاضَ الشُّبْهَةِ الْمُفْسِدَةِ لِلْعِلْمِ وَالتَّصَوُّرِ وَالْإِدْرَاكِ، بِحَيْثُ يَرَى الْأَشْيَاءَ عَلَى مَا هِيَ عَلَيْهِ.

"Al-Qur’an adalah penyembuh bagi apa yang ada di dalam dada. Barang siapa di dalam hatinya terdapat penyakit syubhat dan syahwat, maka dalam Al-Qur’an terdapat keterangan yang menghilangkan kebatilan dari kebenaran. Al-Qur’an menghilangkan penyakit syubhat yang merusak ilmu, pemahaman, dan persepsi, sehingga seseorang dapat melihat sesuatu sebagaimana adanya.


وَفِيهِ مِنَ الْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ بِالتَّرْغِيبِ وَالتَّرْهِيبِ وَالْقَصَصِ الَّتِي فِيهَا عِبْرَةٌ مَا يُوجِبُ صَلَاحَ النُّفُوسِ وَإِصْلَاحَ الْأَحْوَالِ.»**


Di dalamnya juga terdapat hikmah dan nasihat yang baik, dengan janji dan ancaman, serta kisah-kisah yang mengandung pelajaran, yang menjadikan jiwa menjadi baik dan memperbaiki keadaan manusia.”


وَالتَّرْهِيبُ وَالْقَصَصُ الَّتِي فِيهَا عِبْرَةٌ مَا يُوجِبُ صَلَاحَ الْقَلْبِ، فَيَرْغَبُ الْقَلْبُ فِيمَا يَنْفَعُهُ، وَيَرْغَبُ عَمَّا يَضُرُّهُ، فَيَبْقَى الْقَلْبُ مُحِبًّا لِلرَّشَادِ، مُبْغِضًا لِلْغَيِّ، بَعْدَ أَنْ كَانَ مُرِيدًا لِلْغَيِّ، مُبْغِضًا لِلرَّشَادِ،

Dan peringatan (tarhib) serta kisah-kisah yang mengandung pelajaran, itulah yang menyebabkan hati menjadi baik. Maka, hati akan mencintai hal yang bermanfaat baginya dan menjauhi hal yang merugikannya. Hati pun tetap mencintai petunjuk dan membenci kesesatan, setelah sebelumnya menginginkan kesesatan dan membenci petunjuk.


فَالْقُرْآنُ مُزِيلٌ لِلْأَمْرَاضِ الْمُوجِبَةِ لِلْإِرَادَاتِ الْفَاسِدَةِ حَتَّى يَصْلُحَ الْقَلْبُ؛ فَتَصْلُحَ إِرَادَتُهُ، وَيَعُودَ إِلَى فِطْرَتِهِ الَّتِي فُطِرَ عَلَيْهَا، كَمَا يَعُودُ الْبَدَنُ إِلَى الْحَالِ الطَّبِيعِيِّ، وَيَعْتَذِي الْقَلْبُ مِنَ الْإِيمَانِ وَالْقُرْآنِ بِمَا يُزَكِّيهِ وَيُؤَيِّدُهُ كَمَا يَغْتَذِي الْبَدَنُ بِمَا يُنَمِّيهِ وَيُقَوِّمُهُ، فَإِنَّ زَكَاةَ الْقَلْبِ مِثْلَ نَمَاءِ الْبَدَنِ.

Maka, Al-Qur’an adalah penghilang penyakit-penyakit yang menyebabkan kehendak-kehendak yang rusak, hingga hati menjadi baik, sehingga kehendaknya pun menjadi baik, dan ia kembali kepada fitrahnya yang telah Allah ciptakan baginya. Sebagaimana tubuh kembali ke kondisi alaminya, begitu juga hati mendapatkan nutrisi dari iman dan Al-Qur’an dengan sesuatu yang menyucikannya dan menguatkannya, sebagaimana tubuh mendapatkan nutrisi dari sesuatu yang menumbuhkan dan mengokohkannya. Sebab, kesucian hati seperti pertumbuhan tubuh.


وَالزَّكَاةُ فِي اللُّغَةِ: النَّمَاءُ وَالزِّيَادَةُ فِي الصَّلَاحِ، يُقَالُ: زَكَا الشَّيْءُ إِذَا نَمَا فِي الصَّلَاحِ، فَالْقَلْبُ يَحْتَاجُ أَنْ يَتَرَبَّى؛ فَيَنْمُو وَيَزِيدُ، حَتَّى يَكْمُلَ وَيَصْلُحَ، كَمَا يَحْتَاجُ الْبَدَنُ أَنْ يُرَبَّى بِالْأَغْذِيَةِ الْمُصْلِحَةِ لَهُ.

Secara bahasa, "zakat" berarti pertumbuhan dan peningkatan dalam kebaikan. Dikatakan: "Sesuatu itu berkembang" jika ia bertambah dalam kebaikan. Maka, hati membutuhkan pendidikan agar ia tumbuh dan bertambah, hingga menjadi sempurna dan baik, sebagaimana tubuh membutuhkan pendidikan dengan makanan yang baik baginya.


وَلَا بُدَّ مَعَ ذَلِكَ مِنْ مَنْعِ مَا يَضُرُّهُ؛ فَلَا يَنْمُو الْبَدَنُ إِلَّا بِإِعْطَاءِ مَا يَنْفَعُهُ وَمَنْعِ مَا يَضُرُّهُ، وَكَذَلِكَ الْقَلْبُ لَا يَرْقُو فَيَنْمُو وَيَتِمُّ صَلَاحُهُ إِلَّا بِحُصُولِ مَا يَنْفَعُهُ وَدَفْعِ مَا يَضُرُّهُ.

(أمراض القلوب وشفاؤها، ص: ٥)

Namun, bersamaan dengan itu, harus pula dicegah dari hal-hal yang merusaknya. Sebab, tubuh tidak akan tumbuh kecuali dengan memberikan sesuatu yang bermanfaat baginya dan mencegah sesuatu yang merugikannya. Demikian pula hati, tidak akan baik dan berkembang serta menjadi baik kecuali dengan memperoleh sesuatu yang bermanfaat baginya dan menolak sesuatu yang membahayakannya.

📘(Sumber: Amradhul Qulub wa Syifaa’uha, hal. 5).


Referensi :
'Ashru asbabi inshirahis sodhr. Karya Syeikh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdulmuhsin Al Badr hafidzahullahu ta'ala 
Partnership : App Chatgpt 

✍🏼MHA El kanzu

🏡  Ngawi - JATIM Indonesia Raya 🇮🇩
⌚ 15:57 WIB
📝 06 Sya'ban 1446 H / 05 februari 2025 M

Minggu, 02 Februari 2025

Dampak Buruk Maksiat: Pelajaran dari Ibnul Qayyim

Ringkasan Dampak Buruk Maksiat: Pelajaran dari Ibnul Qayyim

Dosa dan maksiat bukan hanya menodai hati, tetapi juga memengaruhi rezeki, ilmu, dan hubungan antarmanusia. Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan dengan mendalam bagaimana dampak buruk maksiat yang menjadi racun sehingga merusak kehidupan dunia dan akhirat.
01. Maksiat menghalangi masuknya ilmu
02. Menghalangi datangnya rezeki
03. Menyebabkan kehampaan hati dari mengingat Allah
04. Membuat pelakunya asing di antara orang baik
05. Membuat semua urusan dipersulit
06. Menghadirkan kegelapan ke dalam hati pelakunya
07. Melemahkan hati dan tubuh
08. Menghalangi dari ketaatan
09. Menghilangkan keberkahan dan memperpendek umur
10. Dosa Melahirkan Dosa Lain
11. Maksiat itu Melemahkan Hati
12. Hilangnya Rasa Jijik Terhadap Maksiat
13. Ada Dosa yang Merupakan Warisan dari Umat Terdahulu
14. Pendosa itu Menjadi Hina di Hadapan Allah
15. Pendosa itu Semakin Memandang Ringan Dosanya
16. Dosa Berdampak pada Makhluk Lainnya
17. Maksiat Mendatangkan Kehinaan, Ketaatan Mendatangkan Kemuliaan
18. Maksiat Merusak Akal
19. Dosa akan menutupi dan mengeraskan hati sehingga menjadi orang lalai
20. Maksiat Mendapatkan Laknat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
21. Maksiat Membuat Terhalang dari Doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Doa Para Malaikat
22. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bermimpi tentang hukuman bagi pelaku maksiat


✍🏼MHA El kanzu

🏡 Nangkas - jogorogo - Ngawi - JATIM Indonesia Raya 🇮🇩
⌚ 14:07 WIB
📝 03 Sya'ban 1446 H / 02 Februari 2025 M


Muqaddimah waris (Syarhur Rahbiyyah) [02]

Hal : 5

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang

مُقَدِّمَةُ الْمُحَقِّقِ
Pendahuluan Peneliti

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ، وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا، وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.
Segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya, memohon pertolongan-Nya, dan meminta ampun kepada-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kami dan keburukan amal perbuatan kami. Barang siapa diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang bisa menyesatkannya. Dan barang siapa disesatkan-Nya, maka tidak ada yang bisa memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, satu-satunya, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.

﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ، وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ ﴾
(سُورَةُ آلِ عِمْرَانَ: ١٠٢)
"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim."
(QS. Ali ‘Imran: 102)

﴿ يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ، وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا، وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً، وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ، إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا ﴾
(سُورَةُ النِّسَاءِ: ١)
"Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari dirinya, dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan kekerabatan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu."
(QS. An-Nisa’: 1)

﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ، وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا ﴾
(سُورَةُ الْأَحْزَابِ: ٧٠-٧١)
"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar. Niscaya Dia akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia telah memperoleh kemenangan yang besar."
(QS. Al-Ahzab: 70-71)

أَمَّا بَعْدُ: فَهٰذَا تَحْقِيقُ الرِّسَالَةِ النَّادِرَةِ لِلْإِمَامِ السُّيُوطِيِّ، بَقِيَتْ حَبِيسَةَ خَزَائِنِ الْمَخْطُوطَاتِ، بَعْدَ أَنْ نُقِلَتْ مِنَ الْقَاهِرَةِ إِلَى الْوِلَايَاتِ الْمُتَّحِدَةِ، يَوْمَ أَنْ كَانَتْ وَقْفًا عَلَى طُلَّابِ الْأَزْهَرِ، ثُمَّ وُضِعَتْ فِي الْمَكْتَبَةِ الْأَزْهَرِيَّةِ، إِلَى أَنْ
Adapun setelah itu: Inilah tahqiq (penelitian dan verifikasi) terhadap sebuah risalah langka karya Imam As-Suyuthi, yang lama terkurung di dalam gudang manuskrip, setelah dipindahkan dari Kairo ke Amerika Serikat. Dahulu, manuskrip ini merupakan wakaf bagi para penuntut ilmu di Al-Azhar, kemudian ditempatkan di perpustakaan Al-Azhar, 

أُخِذَتْ وَبِطَرِيقَةٍ غَيْرِ مَعْلُومَةٍ إِلَى مَكْتَبَةِ هَارْفَرْدَ فِي الْوِلَايَاتِ الْمُتَّحِدَةِ، وَنُدْرَةُ هَذِهِ الرِّسَالَةِ لَيْسَ لِكَوْنِهَا النُّسْخَةَ الْخَطِّيَّةَ الْوَحِيدَةَ – إِلَى الْآنِ – بَلْ لِأَنَّهَا كَذَلِكَ مِنْ بَوَاكِيرِ مُؤَلَّفَاتِ السُّيُوطِيِّ، إِذْ كَانَ عُمْرُهُ عِنْدَمَا أَلَّفَهَا ٢٢ سَنَةً، كَمَا إِنَّهَا أَوَّلُ مَا يُطْبَعُ لِلسُّيُوطِيِّ فِي عِلْمِ الْفَرَائِضِ، مَعَ الْعِلْمِ أَنَّهُ لَمْ يُذْكَرْ لَهُ فِي الْفَرَائِضِ سِوَى هَذِهِ الرِّسَالَةِ وَكِتَابٍ آخَرَ لَمْ يُطْبَعْ
Hingga akhirnya, risalah ini diambil dengan cara yang tidak diketahui ke perpustakaan Harvard di Amerika Serikat. Kelangkaan risalah ini bukan karena ia merupakan satu-satunya naskah tulisan tangan yang ada hingga saat ini, tetapi juga karena ia termasuk karya awal As-Suyuthi. Saat menulisnya, usianya baru 22 tahun. Selain itu, ini adalah karya pertama As-Suyuthi yang dicetak dalam ilmu faraid. Diketahui bahwa dalam ilmu faraid, hanya risalah ini dan satu kitab lain—yang belum dicetak—yang disebut sebagai karyanya.

كَمَا أَنَّ الْمُشْتَغِلِينَ فِي عِلْمِ الْفَرَائِضِ لَمْ يَنْقُلُوا شَيْئًا مِنْ ذَلِكَ عَنْهُ، رَغْمَ أَنَّ مَنْ تَرْجَمَ لِلسُّيُوطِيِّ ذَكَرُوا أَنَّ لَهُ شَرْحًا لِمَتْنِ الرَّحْبِيَّةِ، وَكِتَابًا فِي الْفَرَائِضِ.
Para ahli ilmu faraid juga tidak menukil apa pun darinya, meskipun para penulis biografi As-Suyuthi menyebutkan bahwa ia memiliki syarah terhadap matan Ar-Rahbiyyah dan sebuah kitab dalam faraid.

وَهَذَا الْعَمَلُ يَأْتِي ضِمْنَ تَحْقِيقِ جُمْلَةٍ مِنَ الرَّسَائِلِ لِكِبَارِ الْمُصَنِّفِينَ الْأَعْلَامِ، حَيْثُ تَشَرَّفْتُ بِتَحْقِيقِ أَوَّلِ رِسَالَةٍ لَمْ تُطْبَعْ لِلسُّيُوطِيِّ (١)، وَحَقَّقْتُ كِتَابًا رَائِعًا لِلْعَلَّامَةِ السَّخَاوِيِّ "ارْتِيَاحُ الْأَكْبَادِ بِأَرْبَاحِ فَقْدِ الْأَوْلَادِ"، وَتَحْتَ يَدِي رِسَالَةٌ لِلْعَلَّامَةِ لِلْبِقَاعِيِّ، وَقَبْلَ ذَلِكَ فَرَغْتُ مِنْ 
تَحْقِيق رِسَالَةٍ لِلْحَافِظِ الذَّهَبِيِّ
Penelitian ini merupakan bagian dari verifikasi sejumlah risalah dari para ulama besar. Saya merasa terhormat bisa meneliti risalah pertama As-Suyuthi yang belum dicetak sebelumnya. Saya juga telah meneliti sebuah kitab luar biasa karya Al-‘Allamah As-Sakhawi, berjudul "Irtiahul Akbad bi Arbah Faqdil Aulad". Saat ini, saya tengah mengerjakan sebuah risalah karya Al-‘Allamah Al-Biqa‘i. Sebelumnya, saya juga telah menyelesaikan Tahqiq Risalah Al-Hafizh Adz-Dzahabi
____________________

(١) عَلْمًا أَنِّي كُنْتُ قَدْ حَقَّقْتُ كِتَابًا مَنْسُوبًا لِلسُّيُوطِيِّ وَهُوَ "إِغَاثَةُ الْمُسْتَغِيثِ فِي حَلِّ بَعْضِ إِشْكَالَاتِ الْحَدِيثِ"، وَقَطَعْتُ شَوْطًا بِهِ، ثُمَّ تَبَيَّنَ لِي أَنَّهُ مَنْسُوبٌ لَهُ، وَأَنَّهُ جُزْءٌ مِنْ كِتَابِ "الْكَوْكَبِ الْمُنِيرِ شَرْحِ الْجَامِعِ الصَّغِيرِ" لِتِلْمِيذِ السُّيُوطِيِّ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْعَلْقَمِيِّ (٩٦٩هـ)، مَعَ أَنَّ "إِغَاثَةَ الْمُسْتَغِيثِ" أُخِذَتْ بِهِ رِسَالَةٌ عِلْمِيَّةٌ فِي الْعِرَاقِ مِنْ جَامِعَةِ تِكْرِيتَ فِي عِلْمِ الْحَدِيثِ، عَلَى أَنَّهُ مِنْ مُؤَلَّفَاتِ السُّيُوطِيِّ الْمُسْتَقِلَّةِ!

(1) Perlu diketahui bahwa saya pernah meneliti sebuah kitab yang dinisbatkan kepada As-Suyuthi, yaitu "Ighatsatul Mustaghits fi Halli Ba'di Isykalatil Hadits", dan telah menempuh banyak usaha dalam penelitiannya. Namun, kemudian saya mengetahui bahwa kitab tersebut hanya dinisbatkan kepadanya. Ternyata, ia adalah bagian dari kitab "Al-Kaukab Al-Munir Syarh Al-Jami’ As-Shaghir" karya murid As-Suyuthi, yaitu Muhammad bin Abdurrahman bin Al-‘Alqami (w. 969 H). Padahal, risalah "Ighatsatul Mustaghits" ini dijadikan penelitian ilmiah di Irak, di Universitas Tikrit, dalam ilmu hadis, dengan anggapan bahwa ia adalah karya independen As-Suyuthi!

تَحْقِيق رِسَالَةٍ لِلْحَافِظِ الذَّهَبِيِّ.

أَقُولُ ذَلِكَ لِأَنِّي أَجِدُ أَنَّ الِاشْتِغَالَ بِتَحْقِيقِ كُتُبِ الْعُلَمَاءِ الْكِبَارِ فِي هَذِهِ الْأُمَّةِ شَرَفٌ لِأَيِّ مُحَقِّقٍ، يَفُوقُ شَرَفَ التَّأْلِيفِ حَسَبَ رَأْيِي الْقَاصِرِ.
Saya mengatakan hal ini karena saya berpendapat bahwa menyibukkan diri dengan meneliti dan memverifikasi (tahqiq) kitab-kitab para ulama besar dalam umat ini merupakan suatu kehormatan bagi setiap peneliti, bahkan lebih mulia daripada menulis karya sendiri menurut pandangan saya yang terbatas.

أَسْأَلُ اللَّهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى أَنْ يَجْعَلَ عَمَلِي هَذَا لِوَجْهِهِ خَالِصًا، وَأَنْ لَا يَجْعَلَ لِأَحَدٍ مِنْهُ شَيْئًا.
Saya memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar menjadikan pekerjaan ini ikhlas karena-Nya semata dan tidak memberikan bagian apa pun dari itu kepada siapa pun selain-Nya.

الْمُحَقِّقُ
Peneliti

✍🏼MHA El kanzu & partnership App Chatgpt 

🏡 Nangkas - jogorogo - Ngawi - JATIM Indonesia Raya 🇮🇩
⌚ 13:36 WIB
📝 04 Sya'ban 1446 H / 03 Februari 2025 M


Recent Post