el-asnawi.blogspot
Galau . . . Galau . . . Galau . . . ? ? ?
الحدلله
والصلاة والسلام على محمد وعلى اله و أصحابه أجمعين
Istilah“Galau!!”
yang sedang naik daun dan ngetren. Entah karena iklan
televisi atau memang sudah terlanjur terkenal. Sehingga kata ini laker dan
lamis(laku keras dan laris manis) baik di dunia maya maupun dunia nyata.
Kata ini banyak dipakai dan digunakan, khususnya dikalangan ABG (remaja dan
pelajar). Ada istilah SMS Galau, Status Galau, Pesan galau, kata-kata galau dan
semisalnya. Intinya, menggambarkan kondisi perasaan atau pikiran yang
tidak enak. Perasaan tidak menentu. Rasanya ada yang kurang. Ada yang tidak
beres. Tidak jelas apa sebabnya.
1. PENGERTIAN
Kalau diurut-urut arti dari kata GALAU
itu sendiri bisa berarti berat otak, bimbang, bingung, cemas, gelisah,
hilang akal, kacau, karut, keruh, khawatir, kusut, nanar, pakau, resah, ribut,
risau, semak hati, senewen, sesat pusat, terombang-ambing, was-was.
http://www.sinonimkata.com)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi IV
(2008) halaman 407, dikatakan “galau” itu berarti kacau (tentang pikiran);
“bergalau” berarti (salah satu artinya) kacau tidak keruan (pikiran); dan
“kegalauan” berarti sifat (keadaan hal) galau. Jika merujuk ke definisi ini,
keadaan galau adalah saat pikiran sedang kacau tak keruan. Orang yang tengah
galau pikirannya sedang kacau.
Galau
menurut agama dan teman-teman yang hidup di pesantren atau yang rajin mengaji
biyasa disebut dengan futur. Dalam kitab Lisaanul ‘Arab
karangan Imam Ibnul Mundzir rahimahullah, futur secara bahasa berarti
diam setelah giat, dan lemah setelah semangat. Secara istilah, futur berarti
meninggalkan atau mengurangi amal keta’atan yang telah biasa dilakukan.
PENJELASAN
GALAU
Galau
tidak selamanya identik dengan kesedihan yang tak berarti dan bernilai negatif
tetapi galau juga ada yang syar’i dan bernilai positif, bahkan bisa membuahkan
pahala bagi penderitanya.
a. Galau yang syar’i dan positif plus bisa
membuahkan pahala bisa temen-temen baca dihalaman 8 dari majalah el fata.
Saudaraku
para remaja,, pemuda yang semoga senantiasa dirahmati Allah...
"Allah
mengumpulkan seluruh manusia dari pertama hingga yang terakhir di atas satu
dataran… dan matahari mendekat, maka orang-orangpun dilanda kesedihan dan
kesulitan yang tidak mampu mereka hadapi dan tidak mampu mereka pikul" (HR
Al-Bukhari no 4712 dan Muslim no 327)
"Pada
hari kiamat matahari mendekat ke arah manusia seukuran satu mil, maka (kondisi)
manusiapun terhadap keringat mereka (yang bercucuran) berdasarkan amalan
mereka. Ada diantara mereka yang air keringatnya hingga dua mata kakinya, ada
di antara mereka yang keringatnya hingga ke lututnya, ada yang hingga ke
pantatnya, dan ada di antara mereka yang keringatnya hingga ke mulutnya"
Ada 7
golongan yang akan Allah beri nanungan dimana tidak akan ada naungan kecuali
naungan yang diberikan oleh Allah, ketika matahari didekatkan dengan kita satu
mil. Siapakah golongan tersebut...?
Seorang
muslim yang masih muda setidaknya bisa masuk kedalam 6 golongan dari tujuh
golongan yang disebutkan oleh Nabi Shalallahu ‘alaihi wasalam...
Pada hari itu ada
tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah di bawah naungan 'arsy Allah.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ
اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ الْإِمَامُ
الْعَادِلُ وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ
مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا
عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ
وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى حَتَّى لَا
تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا
فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
"Tujuh
golongan yang akan dinaungi oleh Allah di bawah naungannya pada hari di mana
tidak ada naungan kecuali naungan Allah. Imam yang adil, pemuda yang
tumbuh dalam beribadah kepada Allah, seorang pria yang hatinya terikat
dengan masjid-masjid, dua orang pria yang saling mencintai karena Allah,
mereka berdua berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah, seseorang
yang diajak untuk berzina oleh seorang wanita yang berkedudukan dan cantik
namun ia berkata "Sesungguhnya aku takut kepada Allah", seseorang yang bersedekah lalu ia sembunyikan hingga
tangan kirinya tidak tahu apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya, dan
seseorang yang berdzikir mengingat Allah tatkala bersendirian maka kedua
matanyapun meneteskan air mata" (HR Muslim no 660)
Dari hadits ini mari kita
perhatikan golongan terakhir yang disebutkan oleh Nabi shalallahu ‘alaihi
wasalam yaitu seseorang yang berdzikir mengingat Allah tatkala
bersendirian maka kedua matanyapun meneteskan air mata.
Ibnu Hajr menyebutkan dua penafsiran ulama tentang sabda Nabi خَالِيًا
"bersendirian" yang kedua tafsiran tersebut menunjukan keikhlasan,
-Maksudnya ia berdzikir kepada Allah tatkala bersendirian dan jauh dari
keramaian sehingga tidak ada seorangpun yang melihatnya. Ibnu Hajr berkata,
"Karena ia dalam kondisi seperti ini lebih jauh dari riyaa" (Fathul
Baari 2/147)
-Maksudnya yaitu meskipun ia berdzikir di hadapan orang banyak dan
dilihat oleh orang banyak akan tetapi hatinya seakan-akan bersendirian dengan
Allah, yaitu hatinya kosong dari memperhatikan manusia, kosong dari
memperhatikan pandangan dan penilaian manusia. (Lihat Fathul Baari 2/147).
Tentunya hal ini menunjukkan keikhlasan yang sangat tinggi, sehingga meskipun
di hadapan orang banyak ia mampu mengatur hatinya dan mengosongkan hatinya dari
riyaa'
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Ada dua buah mata yang tidak akan
tersentuh api neraka; mata yang menangis karena merasa takut kepada Allah,
dan mata yang berjaga-jaga di malam hari karena menjaga pertahanan kaum
muslimin dalam [jihad] di jalan
Allah.” (HR. Tirmidzi [1639], disahihkan Syaikh al-Albani dalam Sahih
Sunan at-Tirmidzi [1338]).
Jika seperti itu adanya maka mari kita mengingat sejenak pernahkah kita merasa
galau menyendiri dari keramaian kemudian merenungi kesalahan dan dosa yang begitu banyak dan sering kita kerjakan, kemudian
tanpa terasa air mata ini meneteskan air
mata karena takut akan adzab dan siksa Allah...........? atau kita hanya
menangis karena perkara-perkara dunia, menangis karena dimarahi orang tua,
manangis karena diputusin pacar, menangis karena cemburu sang pacar
bergandengan dengan orang lain, menangis karena uang jajan kurang.....
Atau
mungkin kita tidak pernah menangis, dan dengan bangganya berkata “kalo saya itu
orang yang kuat lelaki sejati tak pernah menangis”, ”kalo saya itu
wanita yang tegar menghadapi cobaan, menangis karena cinta...? sudah gak
jamannya. Diputusin pacar enjoy aja, cinta ditolak golek meneh,
Ma’asyirol
muslimin para remaja yang semoga senantiasa dirahmati Allah
Setiap
kita tidak mungkin terlepas dari yang namanya kesalahan, baik itu yang kita
sengaja maupun yang tidak. Anas Bin Malik radhiyallahu ‘anhu
meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
وَعَنْ أَنَسٍ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ - قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءُونَ وَخَيْرُ
الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ. )أَخْرَجَهُ التِّرْمِذِيُّ وَابْنُ مَاجَهْ وَسَنَدُهُ قَوِيٌّ(
Dari Anas ra berkata, “Rasulullah saw bersabda, “setiap anak adam pasti
berbuat salah dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang selalu bertaubat”
(HR at Tirmidzi & Ibnu Majah, sanadnya kuat. Menurut Muhammad Nashirudin Al Albani Hadits ini
hasan, shahih at Tirmidzi 2499)
خَطَّاءُونَ jika melihat dari bahasa arab merupakan (صِيغَةُ مُبَالَغَةٍ) yang maksudnya banyak melakukan kesalahan, jadi manusia itu jika melaksanakan kesalahan gak sedikit dan gak
tanggung-tanggung tapi banyak sekali berbuat salah.
Hadits ini menunjukkan bahwa seorang manusia
pasti tidak akan terlepas dari kesalahan, karena manusia memiliki tabiat yang
lemah & ada kecenderungan untuk tidak mematuhi aturan yang telah diperintahkan
Allah serta ada keengganan untuk meninggalkan larangan-Nya.
Akan tetapi atas Rahmat Allah ta’ala, Allah
membukakan pintu taubat bagi para hamba dan mengatakan bahwa sebaik-baik orang
yang bersalah adalah orang yang mau bertaubat dari segala kesalahannya. Hadits ini juga merupakan bukti
bahwa apabila seorang hamba melakukan perbuatan maksiat, lantas ia bertaubat,
maka Allah pasti akan menerima taubatnya dan demikian seterusnya.
Maka
jika seperti itu adanya.......... mengapa kita tidak pernah merasa galau dan
menangis karena takut kepada Allah apakah sudah begitu keras dan hitamnya hati
kita atau begitu tipisnya iman kita sehingga kita sudah jauh dari agama,
sehingga kita tidak bisa menangis lagi....? jika kita begitu mudah merasa galau
dan menangis karena perkara dunia maka hendaknya kita waspada jangan-jangan
kita sudah jauh dari Allah,
Sebuah kabar gembira bagi anda yang
pernah menangis ketika sendirian berdzikir mengingat Allah takut akan siksa dan
adzabNYA. Beruntunglah anda yang senantiasa gembira dan bahagia melangkahkan
kaki kemasjid dan rindu untuk pergi
kemasjid shalat berjamaah, berdzikir, berdoa kepada Allah.... beruntunglah
seorang pemuda yang sudah mampu dan mau meluangkan, menyisihkan sebagian uang
saku atau penghasilannya untuk bersodaqoh dan ikhlas.... beruntunglah
kita yang masih muda bisa meraih beberapa katagori dari yang disebutkan oleh
Rosulullah,,, maka marilah kita memanfaatkan waktu muda dengan sebaik-baiknya,
dengan hal-hal yang bermanfaat,,,, semoga kita bisa masuk kedalam salah satu
atau bahkan semua golongan yang telah disebutkanoleh Rosulullah shalallahu
alaihi wasalam sehingga semoga kelak kita akan mendapatkan naunganNYA.
Amiin.....
Bagi
anda yang sering galau tetapi bukan galau karena Allah
Maka
sudah saatnya kita berhenti, berfikir jernih, dan menatap masa depan dan
senantiasa mengingat bahwa semua yang kita lakukan di dunia ini akan dimintai
pertanggung jawaban dihadapan Allah
Waktu
merupakan nikmat besar yang kebanyakan manusia melalaikannya. Dari Ibnu ‘Abbas
c (bahwa Nabi n bersabda):
نِعْمَتَانِ
مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Ada
dua kenikmatan yang kebanyakan manusia melalaikannya: (1) kesehatan, dan (2)
waktu luang.” (HR. Al-Bukhari, 11/196)
Waktu
merupakan nikmat besar yang akan ditanyakan di hadapan Allah. Nabi telah
bersabda:
لاَ تَزُولُ قَدَمَ عَبْدٍ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعٍ: عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ،
وَعَنْ شَبَابِهِ فِيمَا أَبْلَاهُ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ كَسَبَهُ وَفِيمَا
أَنْفَقَهُ
“Tidak akan
bergeser kaki seorang hamba pada hari kiamat nanti sampai dia ditanya tentang
empat perkara: (1) tentang umurnya untuk apa dia habiskan, (2) tentang masa
mudanya untuk apa dia gunakan, (3) tentang hartanya dari mana dia dapatkan dan
(4) untuk apa dia belanjakan.” (HR. At-Tirmidzi no. 2417,
GALAU
KARENA PERMASALAHAN (WAJAR)
Jika
galau hati ini karena tugas yang menumpuk, masalah keluarga, masalah
pendidikan, masalah komunikasi dengan teman, lagi bokek alias kangker kantong
kering,,,
Maka
amalkanlah sabda nabi احْرِصْ
عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ
Bersemangatlah
atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan engkau
lemah.
Saudaraku……..Semuanya
penyakit galau dan turunannya itu berurat-berakar dalam hati kita. Ya, hatilah
muara dan asal dari segala kegalauan, kebingungan, kesediahan, was-was,
keresahan, kecemasan, dihatilah penyakit galau itu bersarang. Maka jika
kita mempercayai bahwa yang menciptakan hati ini adalah Allah maka memintalah
ketenangan mintalah kedamaian mintalah jalan keluar dari berbagai masalah yang
kita hadapi hanya kepada Allah. Ada sebuah doa yang yang diajarkan nabi
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dari 'Abdullah bin Mas'ud رضي اَللّهُ عنه, ia mengatakan, ”Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, 'Tidaklah seorang hamba
tertimpa kesusahan atau kesedihan, lalu ia mengucapkan:
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ عَبْدُكَ، وَابْنُ عَبْدِكَ، وَابْنُ
أَمَتِكَ، نَاصِيَتِيْ بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ،
أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ
فِيْ كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ
فِيْ عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيْعَ قَلْبِيْ،
وَنُوْرَ صَدْرِيْ، وَجَلاَءَ حُزْنِيْ، وَذَهَابَ هَمِّيْ.
“Ya Allah! Sesungguhnya aku ada-lah hambaMu, anak hambaMu (Adam) dan
anak hamba perempuanMu (Hawa). Ubun-ubunku di tanganMu, keputusan-Mu berlaku
padaku, qadhaMu kepadaku adalah adil. Aku mohon kepadaMu dengan setiap nama
(baik) yang telah Engkau gunakan untuk diriMu, yang Engkau turunkan dalam
kitabMu, Engkau ajarkan kepada seseorang dari makhlukMu atau yang Engkau
khusus-kan untuk diriMu dalam ilmu ghaib di sisiMu, hendaknya Engkau jadikan
Al-Qur’an sebagai penenteram hatiku, cahaya di dadaku, pelenyap duka dan
kesedihanku.”
Melainkan Allah akan menghilangkan kesedihannya dan kesusahannya dan
menggantikan dengan kegembiraan.” [HR Ahmad dalam Musnadnya dan Ibnu Hibban
dalam Shahiihnya]
Dan
berbagai tips dan resep anti galau bisa temen-temen baca di majalah el fata hal:
40
KESIMPULAN
Futur pada
dasarnya merupakan hal yang sangat harus diwaspadai sebab ia dapat menjadi
penyakit yang sangat berbahaya dan membawa bencana yang besar bagi pengidapnya.
Namun, ternyata futur tidak selalu membawa bencana. Futur bahkan dapat
membuahkan pahala dan hidayah jika ditangani dengan tepat, sesuai dengan
petunjuk Rasulullah ﷺ.
Rasulullah ﷺ adalah orang yang paling faham dengan segala masalah yang
dialami umatnya dan Beliau adalah orang yang paling sayang kepada umatnya. Seluruh
problematika umat telah Beliau tunjukkan jalan keluarnya, termasuk futur.
Beliau bersabda,
“Setiap amal itu ada masa-masa
semangat dan setiap masa-masa semangat ada masa futur. Barangsiapa yang masa
futurnya tetap dalam sunnah, maka dia telah mendapat hidayah (beruntung). Namun
barangsiapa yang masa futurnya membawa kepada selain sunnah, maka dia telah
celaka.” (Hadits Shahih riwayat Ahmad, 2/158-188, Shahih Al-Jami’
As-Shaghir, no. 2147).
Rasulullah ﷺ mengabarkan kita dalam hadits tersebut bahwa futur adalah hal
yang sangat manusiawi, lumrah, bahkan pasti terjadi dan tak dapat
terelakkan. Setiap amal memang memiliki masa semangat, namun setiap masa
semangat memiliki masa futur. Artinya, setiap orang yang mengamalkan suatu
keta’atan, mau tidak mau, ia pasti mengalami masa futur. Jika
digambarkan, grafik amal berbentuk seperti kurva parabolik dimana pada awalnya
ia semakin meninggi, semakin semangat, hingga mencapai puncak kurva, kemudian akan
menurun perlahan demi perlahan. Nah, ketika amal mengalami penurunan, manusia
muslim terbagi menjadi dua golongan. Golongan pertama adalah mereka yang masa
futurnya justru memberikan pahala dan hidayah. Bagaimana bisa demikian?
Ternyata, masa futur membawa mereka kepada sunnah, tetap dalam koridor sunnah.
Ketika ia merasa futur dalam
melakukan suatu ibadah atau amalan sunnah (futur haram hukumnya dalam ibadah
wajib sebab ibadah wajib sekali-kali tidak boleh ditinggalkan dengan alasan
apapun), ia siasati dengan beralih kepada amalan lain yang juga sunnah.
Misalnya, jika ia telah terbiasa membaca Al-Qur`an, kemudian futur melandanya,
ia mengganti bacaan Al-Qur`annya dengan amalan sunnah yang lain seperti memperbanyak
dzikir atau memperbanyak shalat sunnah. Ketika ia futur dalam melaksanakan shalat
malam, ia beralih dengan memperbanyak sedekah. Ketika ia futur dalam
melaksanakan puasa sunnah, ia beralih dengan membantu urusan orang lain,
dan sebagainya, sampai masa futurnya berlalu sehingga ia bisa kembali melaksanakan
amal yang telah menjadi kebiasaannya.
Ia bisa
mengimbangi penurunan dalam suatu amalan sunnah dengan melaksanakan amalan
sunnah yang lain. Dengan begitu, ia telah mendapatkan pahala, bahkan dengan
pahala yang lebih besar sebab kaidah mengatakan, “suatu amalan, semakin
terasa berat di hati untuk diamalkan, semakin besar pahalanya”. Masa futur
tentu menjadikan beramal apapun terasa lebih berat di hati. Maka pada saat-saat
itulah ia mendapatkan pahala ekstra ketika berhasil melaksanakan suatu amal;
yaitu pahala mengamalkan amalan tersebut, plus pahala melawan rasa berat di
hatinya. Ia adalah orang yang masa futurnya lebih membawa ke arah muraqabah
(pengawasan Allah ‘Azza wa Jalla).
Imam Ibnu
Al-Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata,”Saat-saat futur bagi
seorang yang beramal adalah hal wajar yang harus terjadi. Seseorang yang masa
futurnya lebih membawa ke arah muraqabah (merasa diawasi Allah ‘Azza
wa Jalla) dan pembenahan diri, selama tidak meninggalkan amalan fardhu dan
tidak melaksanakan yang diharamkan, diharapkan ketika pulih ia akan berada
dalam kondisi yang lebih baik dari keadaan sebelumnya. Sekalipun sebenarnya,
aktivitas ibadah yang disukai adalah yang dilakukan secara rutin oleh seorang
hamba tanpa terputus.” (Madarijussalikin, 3/126).
أقول
قولي هذا وأستغففر الله لي ولكم....... والحمد لله رب العالمين
0 komentar:
Posting Komentar