ISLAM itu indah-----ISLAM itu sempurna dan ISLAM itu rahmatan lil 'alamin-----JANGAN Hanya menilai ISLAM dari pengikut / umatnya...!-----tapi Nilai lah ISLAM dari ajarannya...!-----Pelajarilah...!-----Jika Tidak Tahu Bertanyalah Pada Ahlinya-----maka anda akan mengetahui betapa menakjubkanya Islam bagi kehidupan manusia

(Ibnul Qoyyim rahimahullah[Ad-Daa' wa ad-Dawaa' 94])

“”

IMAM SYAFI'I MENUTURKAN :

Siapa yang tulus menjalin persaudaraan dengan sahabatnya maka ia akan menerima kesalahan-kesalahannya,, mengisi kekuranagnnya dan memaafkan ketregelincirannya".

RASULULLAH Shalallahu 'alaihi wasalam bersabda :

"Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia". (HR. Muslim)

RASULULLAH shlallahu 'alaihi wasalam bersabda :

"Seorang Muslim Adalah Bersaudara, Janganlah Mendzolimi, Merendahkan Dan Janganlah Mengejeknya. (HR. Muslim)

RASULULLAH shlallahu 'alaihi wasalam bersabda :

"Barangsiapa yang memudahkan orang yang sedang berada dalam kesulitan, maka Allah akan memudahkannya baik di dunia maupun di akherat". (HR. Muslim)

Imam Syafi'i pernah berkata :

"Aku berangan-angan agar orang-orang mempelajari ilmuku ini dan mereka tidak menisbahkan sedikitpun ilmuku kepadaku selamanya, lalu akupun diberi ganjaran karenanya dan mereka tidak memujiku" (Al-Bidaayah wa An-Nihaayah 10/276)

Ibnul Qayyim (Al Fawaid 1/147)

el kanzu

Rabu, 29 Januari 2025

Sebab Keenam: Berbuat Baik kepada Hamba-hamba Allah (bag-7)

Sebab-sebab Ketenangan hati 
1. Tauhid 
2. Cahaya yang Allah tanamkan di dalam hati seorang hamba 
3. ilmu yang bermanfaat 
4. Kembali kepada Allah dan memperbaiki hubungan dengan-Nya
5. Terus-menerus / Melanggengkan Berdzikir (mengingat Allah)
6. 

السَّبَبُ السَّادِسُ

الإِحْسَانُ إِلَى عِبَادِ اللَّهِ
Sebab Keenam: Berbuat Baik kepada Hamba-hamba Allah

قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ ﴾
[البقرة: ١٩٥].
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan berbuat baiklah, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al-Baqarah: 195).

وَالْإِحْسَانُ إِلَى الْخَلْقِ يَكُونُ بِأُمُورٍ عَدِيدَةٍ حِسِّيَّةٍ وَمَعْنَوِيَّةٍ، سَوَاءٌ بِالْجَاهِ أَوْ بِالْمَالِ أَوْ بِالْمَشُورَةِ، أَوْ غَيْرِهَا مِنْ أَنْوَاعِ الْمُسَاعَدَاتِ، فَإِنَّ الْعَبْدَ الْمُحْسِنَ لِعِبَادِ اللَّهِ يُجَازِيهِ اللَّهُ عَنْهُ بِشَرْحِ صَدْرِهِ، وَتَيْسِيرِ أَمْرِهِ، وَحُسْنِ عَاقِبَتِهِ وَمَآلِهِ.
Berbuat baik kepada makhluk bisa dalam berbagai bentuk, baik secara fisik maupun non-fisik, seperti dengan kedudukan, harta, nasihat, atau bentuk bantuan lainnya. Sesungguhnya, seorang hamba yang berbuat baik kepada hamba-hamba Allah akan diberi balasan oleh Allah berupa kelapangan dada, kemudahan urusannya, serta akhir yang baik dan terpuji.

وَقَدْ قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ.
 أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ فِي صَحِيحِهِ رَقْم: (٢٦٩٩).
Nabi ﷺ bersabda:
"Barang siapa yang melapangkan satu kesusahan dari seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melapangkan satu kesusahan darinya di hari kiamat. Barang siapa yang memudahkan urusan orang yang dalam kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan akhirat. Barang siapa yang menutupi (aib) seorang Muslim, maka Allah akan menutup (aibnya) di dunia dan akhirat. Dan Allah senantiasa menolong seorang hamba selama ia menolong saudaranya." (HR. Muslim no. 2699).

فَنَفْعُ النَّاسِ وَمُسَاعَدَتُهُمْ وَالْوُقُوفُ مَعَهُمْ فِي حَاجَاتِهِمْ مِنَ الأَسْبَابِ الْعَظِيمَةِ لِانْشِرَاحِ الصَّدْرِ.
Membantu dan memenuhi kebutuhan orang lain adalah salah satu sebab terbesar kelapangan dada.

وَأَمَّا مَنْ كَانَ بَخِيلًا فِي إِحْسَانِهِ، شَحِيحًا فِي عَطَائِهِ وَمَعْرُوفِهِ فَإِنَّهُ يَكُونُ مِنْ أَضْيَقِ النَّاسِ صَدْرًا، وَأَكْثَرِهِمْ هَمًّا وَغَمًّا، وَأَنْكَدِهِمْ مَعِيشَةً.
Sebaliknya, orang yang pelit dalam kebaikannya, kikir dalam pemberiannya, dan enggan berbuat baik, maka ia akan menjadi orang yang paling sempit dadanya, paling banyak cemas dan sedih, serta memiliki kehidupan yang sulit.

وَقَدْ ثَبَتَ فِي الصَّحِيحَيْنِ أَنَّ نَبِيَّنَا الكَرِيمَ ضَرَبَ لِذَلِكَ مَثَلًا بَلِيغًا فَقَالَ: مَثَلُ الْبَخِيلِ وَالْمُنْفِقِ كَمَثَلِ رَجُلَيْنِ عَلَيْهِمَا جُبَّتَانِ مِنْ حَدِيدٍ مِنْ تُدِيَّهِمَا إِلَى تَرَاقِيهِمَا؛ فَأَمَّا الْمُنْفِقُ فَلَا يُنْفِقُ إِلَّا سَبَغَتْ - أَوْ: وَفَرَتْ عَلَى جِلْدِهِ، حَتَّى تُخْفِيَ بَنَانَهُ وَتَعْفُوَ أَثَرَهُ، وَأَمَّا الْبَخِيلُ فَلَا يُرِيدُ أَنْ يُنْفِقَ شَيْئًا إِلَّا لَزِقَتْ كُلُّ حَلْقَةٍ مَكَانَهَا، فَهُوَ يُوَسِّعُهَا وَلَا تَتَّسِعُ.
أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ فِي صَحِيحِهِ رَقْم: (١٤٤٣)، وَمُسْلِمٌ فِي صَحِيحِهِ رَقْم: (١٠٢١)، وَاللَّفْظُ لِلْبُخَارِيِّ.

Dan telah tetap dalam Ash-Shahihain (Bukhari dan Muslim) bahwa Nabi kita yang mulia telah memberikan perumpamaan yang mendalam mengenai hal ini. Beliau bersabda:
"Perumpamaan orang yang kikir dan orang yang dermawan adalah seperti dua orang yang mengenakan baju besi yang menutupi dada hingga tulang selangka mereka. Adapun orang yang dermawan, setiap kali ia berinfak, bajunya semakin longgar hingga menutupi kulitnya, bahkan sampai menutupi jari-jemarinya dan menghapus jejak langkahnya. Sedangkan orang yang kikir, setiap kali ia hendak berinfak, lingkaran bajunya tetap melekat di tempatnya, sehingga ia mencoba melonggarkannya namun tidak bisa."
(HR. Bukhari no. 1443, Muslim no. 1021, lafaz ini dari Bukhari).

فَمَثَّلَ النَّبِيُّ ﷺ الْمُنْفِقَ وَالْبَخِيلَ بِرَجُلَيْنِ عَلَيْهِمَا دِرْعٌ مِنْ حَدِيدٍ يَتَحَصَّنَانِ بِهِ، وَهَذَا الدِّرْعُ فِي الْأَصْلِ يُغَطِّي مِنْ مَوْضِعِ الثَّدْيِ إِلَى التَّرْقُوَةِ - وَهِيَ: أَعْلَى الصَّدْرِ مِمَّا يَلِي الرَّقَبَةَ.

Maka Nabi ﷺ memberikan perumpamaan antara orang yang dermawan dan orang yang kikir seperti dua orang yang mengenakan baju besi dari besi untuk melindungi diri mereka. Baju besi tersebut pada dasarnya menutupi dari bagian dada hingga tulang selangka, yaitu bagian atas dada yang berdekatan dengan leher.

فَالْمُنْفِقُ كُلَّمَا زَادَ فِي إِحْسَانِهِ لِلنَّاسِ وَالصَّدَقَةِ عَلَى الْمُحْتَاجِينَ سَبَغَتْ هَذِهِ الْجُبَّةُ، وَزَادَتْ حَلَقَاتُ الْحَدِيدِ فِيهَا؛ أَيْ: اتَّسَعَتْ وَكَبُرَتْ، حَتَّى تُغَطِّيَ جِلْدَهُ كُلَّهُ، وَتُخْفِيَ أَطْرَافَ أَصَابِعِهِ، وَهَذَا مَعْنَى قَوْلِهِ: «حَتَّى تُخْفِيَ بَنَانَهُ»، وَهِيَ مَعَ ذَلِكَ تَمْحُو أَثَرَ خُطُوَاتِهِ إِذَا مَشَى لِطُولِهَا وَوَفْرَتِهَا، وَهَذَا مَعْنَى قَوْلِهِ: «وَتَعْفُوَ أَثَرَهُ».
Seorang yang dermawan, setiap kali ia bertambah dalam berbuat baik kepada orang lain dan bersedekah kepada yang membutuhkan, bajunya akan menjadi lebih luas dan bertambah besar lingkaran-lingkaran besinya. Artinya, baju besi itu menjadi longgar dan semakin menutupi seluruh tubuhnya hingga menyembunyikan jari-jarinya. Inilah makna sabda Nabi: "hingga menutupi jari-jemarinya," bahkan langkahnya pun akan terhapus karena panjangnya dan banyaknya baju besi tersebut. Inilah makna sabda: "dan terhapuslah jejaknya."

وَأَمَّا الْبَخِيلُ الَّذِي لَا يُحْسِنُ لِلنَّاسِ وَلَا يُنْفِقُ مِنْ مَالِهِ فَإِنَّ كُلَّ حَلَقَةٍ فِي هَذِهِ الْجُبَّةِ تَظَلُّ فِي مَوْضِعِهَا، وَمَهْمَا أَرَادَ أَنْ يُوَسِّعَ هَذَا الدِّرْعَ لِيَحْمِيَ بَدَنَهُ فَلَنْ يَسْتَطِيعَ ذَلِكَ.
Sebaliknya, orang yang kikir, yang tidak berbuat baik kepada orang lain dan tidak mau menginfakkan hartanya, maka setiap lingkaran pada baju besinya tetap di tempatnya. Setiap kali ia berusaha untuk melonggarkannya agar dapat melindungi tubuhnya, ia tidak akan mampu melakukannya.

فَهَذَا مَثَلٌ بَلِيغٌ فِي بَيَانِ أَثَرِ النَّفَقَةِ وَالْبُخْلِ عَلَى حَالِ الْعَبْدِ وَعَلَى دِينِهِ، فَالنَّفَقَةُ وَالْبَذْلُ وَالْإِحْسَانُ سَبَبٌ لِسَعَةِ الرِّزْقِ، وَطُمَأْنِينَةِ الْقَلْبِ، وَرَاحَةِ الْبَالِ، وَهِيَ كَذَلِكَ سَبَبٌ لِمَحْوِ آثَارِ الذُّنُوبِ الَّتِي تَحْصُلُ مِنَ الْعَبْدِ.
Perumpamaan ini sangat indah dalam menjelaskan dampak dari infak dan kekikiran terhadap kondisi seorang hamba dan agamanya. Infak, pemberian, dan berbuat baik adalah sebab kelapangan rezeki, ketenangan hati, dan ketenteraman pikiran.

وَأَمَّا الْبَخِيلُ فَبِضِدِّ ذَلِكَ، فَكُلَّمَا أَرَادَ أَنْ يَتَصَدَّقَ تَضِيقُ نَفْسُهُ، وَيَبْخَلُ بِمَالِهِ، فَيَحْصُلُ لَهُ مِنْ نَكَدِ الْعَيْشِ، وَضِيقِ الصَّدْرِ بِحَسَبِ مَا عِنْدَهُ مِنَ الْبُخْلِ، وَالْبُعْدِ عَنِ الْإِحْسَانِ.
Sedangkan orang yang kikir mengalami sebaliknya. Setiap kali ia ingin bersedekah, jiwanya menjadi sempit, dan ia pelit dengan hartanya. Hal ini menyebabkan kehidupan yang penuh kesulitan, dada yang terasa sesak, sebanding dengan tingkat kekikirannya dan jauhnya dari perbuatan baik.

CATATAN :

Pertama 
Doa Setelah Tasyahhud Akhir Sebelum Salam

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْبُخْلِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ أَنْ أُرَدَّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الْقَبْرِ

Allaahumma innii a'uudzu bika minal bukhli, wa a'uudzu bika minal jubni, wa a'uudzu bika min an urodda ilaa ar-dzalil 'umuri, wa a'uudzu bika min fitnatid-dunyaa wa 'adzaabil qobr.

Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari bakhil, aku berlindung kepadaMu dari penakut, aku berlindung kepadaMu dari dikembalikan ke usia yang terhina, dan aku berlindung kepadaMu dari fitnah dunia dan siksa kubur.
HR. Al-Bukhari dalam Fathul Baari 6/35.
Sumber: Hisnul Muslim.


Kedua 

إِذَا أَرَدْتَ السَّعَادَةَ الحَقِيقِيَّةَ؛ فَالْزَمِ الإِحْسَانَ إِلَى النَّاسِ بِطِيبِ نَفْسٍ وَطِيبِ نِيَّةٍ، وَسَتَرَى هَذَا الأَثَرَ عَلَى نَفْسِكَ وَعَلَى أَهْلِ بَيْتِكَ وَعَلَى حَيَاتِكَ.


Jika engkau menginginkan kebahagiaan sejati, maka tetaplah berbuat baik kepada manusia dengan hati yang tulus dan niat yang baik. Engkau akan merasakan dampak kebaikan itu pada dirimu, keluargamu, dan kehidupanmu.

Ibnu Qayyim berkata dalam pembahasan tentang bagaimana seseorang berinteraksi dengan makhluk:

قَالَ ابْنُ القَيِّمِ فِي مُعَامَلَةِ الخَلْقِ: وَمَنْ أَحْسَنَ إِلَيْهِمْ أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْهِ، وَمَنْ جَادَ عَلَيْهِمْ جَادَ اللَّهُ عَلَيْهِ، وَمَنْ نَفَعَهُمْ نَفَعَهُ اللَّهُ، وَمَنْ سَتَرَهُمْ سَتَرَهُ اللَّهُ، فَاللَّهُ تَعَالَى لِعَبْدِهِ عَلَى حَسَبِ مَا يَكُونُ العَبْدُ لِخَلْقِهِ!

"Barang siapa berbuat baik kepada mereka, maka Allah akan berbuat baik kepadanya. Barang siapa bersikap dermawan kepada mereka, maka Allah akan bersikap dermawan kepadanya. Barang siapa memberikan manfaat kepada mereka, maka Allah akan memberinya manfaat. Barang siapa menutupi aib mereka, maka Allah akan menutupi aibnya. Maka Allah Ta’ala akan memperlakukan hamba-Nya sesuai dengan bagaimana hamba itu memperlakukan makhluk-Nya!"


(Foto hanya pemanis)


Referensi :
'Ashru asbabi inshirahis sodhr. Karya Syeikh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdulmuhsin Al Badr hafidzahullahu ta'ala 
Partnership : App Chatgpt 


✍🏼MHA El kanzu

🏡 Paron - Ngawi - JATIM Indonesia Raya 🇮🇩
⌚ 15:57 WIB
📝 29 Rajab 1446 H / 29 Januari 2025 M

Selasa, 28 Januari 2025

Doa² Agar Mudah Melunasi hutang

Doa² & Amalan Agar Mudah Melunasi hutang
Hutang bisa lunas dengan mudah tentu jika Allah menghendaki dan memberikan kemudahan, bisa dengan jalan  keuntungan dari perdagangannya, dari hasil peternakan, pertaniannya, bantuan orang atau bahkan terkadang hutangpun lunas tanpa harus membayarnya, ternyata karena pemberi hutang mengikhlaskan atau membebaskan hutang tersebut. Maka dengan berdoa sebenarnya kita juga sudah menempuh usaha untuk meminta kemudahan dari Allah, jika doa kita dikabulkan, maka Allah memiliki berbagai cara dan ribuan jalan agar kita bisa terbebas dari hutang. Maka berbaik sangka lah... Optimis dan senantiasa sandarkan hati hanya kepada Allah, dan Allah Maha mampu memberikan kita rejeki dari arah yang tidak kita sangka, diluar rencana dan perkiraan kita.

DOA PERTAMA
(Khusus Doa ini dibaca sebelum Tidur)

اَللَّهُمَّ رَبَّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ، رَبَّنَا وَرَبَّ كُلِّ شَيْءٍ، فَالِقَ الْحَبِّ وَالنَّوَى، وَمُنْزِلَ التَّوْرَاةِ وَاْلإِنْجِيْلِ وَالْفُرْقَانِ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ كُلِّ شَيْءٍ أَنْتَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهِ. اَللَّهُمَّ أَنْتَ اْلأَوَّلُ فَلَيْسَ قَبْلَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ اْلآخِرُ فَلَيْسَ بَعْدَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الظَّاهِرُ فَلَيْسَ فَوْقَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الْبَاطِنُ فَلَيْسَ دُوْنَكَ شَيْءٌ، اِقْضِ عَنَّا الدَّيْنَ وَأَغْنِنَا مِنَ الْفَقْرِ

Allaahumma robbas-samaawaatis-sab'i wa robbal 'arsyil 'azhiim, robbanaa wa robba kulli syai-in, faaliqol habbi wan-nawaa, wa munzilat-taurooti wal injiili wal furqoon, a'uudzu bika min syarri kulli syai-in anta aakhidzun binaashiyatih. Allaahumma antal awwalu falaisa qoblaka syai-un, wa antal aakhiru falaisa ba'daka syai-un, wa antazh-zhoohiru falaisa fauqoka syai-un, wa antal baathinu falaisa duunaka syai-un, iqdhi 'annad-daina wa aghninaa minal faqr.

Ya Allah, Tuhan yang menguasai langit yang tujuh, Tuhan yang menguasai arasy yang agung, Tuhan kami dan Tuhan segala sesuatu. Tuhan yang membelah butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah, Tuhan yang menurunkan kitab Taurat, Injil dan Furqan (Al-Qur'an). Aku berlindung kepadaMu dari kejahatan segala sesuatu yang Engkau memegang ubun-ubunnya. Ya Allah, Engkau-lah yang pertama, sebelumMu tidak ada sesuatu. Engkau-lah yang terakhir, setelahMu tidak ada sesuatu. Engkau-lah yang dzahir, tidak ada sesuatu di atasMu, Engkau-lah yang Batin, tidak ada sesuatu yang menghalangiMu, lunasilah hutang kami dan berilah kami kekayaan hingga terlepas dari kefakiran.
HR. Muslim 4/2084.
Sumber: Hisnul Muslim.

Beberapa do’a berikut ini bisa diamalkan dan semoga bermanfaat, berisi permintaan kaya dan lepas dari hutang. Namun tentu saja meminta kekayaan yang penuh berkah, bukan sekedar perbanyak harta. Apalagi hakekat kaya yang sesungguhnya adalah diri yang selalu Qonaah (merasa cukup).

DOA KE-DUA

Dari Abu Wa-il (Syaqieq bin Salamah), katanya, “Ada seseorang yang menghampiri Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu seraya berkata, ‘Wahai Amirul Mukminin, aku sudah tak mampu lagi mencicil uang untuk menebus kemerdekaanku, maka bantulah aku.’

Ali menjawab, ‘Maukah kau kuajari beberapa kalimat yang pernah Rasulullah ajarkan kepadaku? Dengan membacanya, walaupun engkau menanggung utang sebesar gunung Shier, niscaya Allah akan melunasinya bagimu!’

‘Mau’, jawab orang itu.

Ali berkata : ‘Ucapkan:

اللَّهُمَّ اكْفِنِي بِحَلَالِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِي بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ

Ya Allah, cukupilah aku dengan rezeki halal-Mu agar terhindar dari yang Kau haramkan. Jadikanlah aku kaya karena karunia-Mu, bukan karena karunia selain-Mu.
(HR. At-Tirmidzi)

Hadis tersebut mengajarkan pada kita agar tidak melupakan Allah yang menguasai nasib kita di dunia. Dia-lah yang memberi ujian berupa kesempitan. Dan Dia pula yang dapat dengan mudah melapangkannya kembali. Oleh karenanya, tidak sepantasnya seorang Mukmin hanya bertumpu pada usahanya dan lupa bertawakal kepada Allah. Usaha memang harus dilakukan. Namun ia tidak akan memberi hasil yang sempurna kecuali atas izin Allah dan restu-Nya. Untuk mendapatkan restu tersebut, cara yang paling efektif adalah memperbanyak doa. Baik lewat ucapan lisan maupun amal salih. Ucapan yang paling dicintai Allah adalah yang menegaskan ketauhidan-Nya.

Doa yang diajarkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengandung penegasan akan nilai tauhid, yaitu ketika hamba hanya memohon kecukupan dan karunia dari Allah, serta meminta agar tidak merasa kaya berkat karunia selain-Nya.

Ini merupakan ibadah yang agung, yang menunjukkan bahwa si hamba benar-benar menggantungkan harapannya kepada Allah semata, bukan kepada selain-Nya. Dalam hadis tersebut juga terkandung pelajaran mengenai pentingnya tauhid sebagai penutup suatu permohonan.

DOA KE-TIGA 

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkata kepada Mu’adz bin Jabal,

“Maukah engkau kuajari sebuah doa yang bila kau ucapkan, maka walaupun engkau memiliki utang sebesar gunung Uhud, Allah akan melunasinya?
Katakan hai Mu’adz, ‘

اَللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ
وَتَنْزِعُ الْمُلكَ مِمَّنْ تَشَاءُ،
وُتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ،
بِيَدِكَ الخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ،
رَحْمَـانَ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَرَحِيْمَهُمَا،
تُعْطِيهِمَا مَنْ تَشَاءُ وَتَمْنَعُ مِنْهُمَا مَنْ تَشَاءُ،
  اِرْحَمْنِي رَحْمَةً تُغْنِينِي بِهَا عَنْ رَحْمَةِ مَنْ سِوَاكَ

Ya Allah, Pemilik Seluruh Kekuasaan. Engkau beri kekuasaan kepada siapa yang Engkau kehendaki,
dan Engkau mencabutnya dari siapa yang Engkau kehendaki.
Engkau memuliakan siapa yang Engkau kehendaki, dan Engkau menghinakan siapa yang Engkau kehendaki. 
Di tangan-Mu-lah segala kebaikan, dan Engkau Maha Berkuasa Atas Segala Sesuatu.
Wahai Penyayang dan Pengasih di Dunia dan Akhirat,
 Engkau memberi keduanya (dunia dan akhirat) kepada siapa yang Engkau kehendaki, dan menahan keduanya dari siapa yang Engkau kehendaki.
Rahmatilah aku dengan rahmat-Mu yang menjadikanku tak lagi memerlukan belas kasih selain-Mu.”

(Diriwayatkan oleh At-Thabrani dalam Al-Mu’jamus Shaghier dengan sanad yang dianggap jayyid oleh Al-Mundziri. Sedangkan Syaikh Al-Albani menghasankannya; lihat Shahih at-Targhieb wat Tarhieb No. 1821).

DOA KE-EMPAT 

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ

Allahumma inni a’udzu bika minal ma’tsami wal maghrom

Artinya: Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari berbuat dosa dan sulitnya hutang
(HR. Bukhari no. 2397 dan Muslim no. 5)

DOA KE-LIMA

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ وَالْهَرَمِ، وَالْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْقَبْرِ وَعَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ النَّارِ وَعَذَابِ النَّارِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْغِنَى، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْفَقْرِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ

Allaahumma innii a'uudzu bika minal kasali wal haromi, wal ma'tsami wal maghromi, wa min fitnatil qobri wa 'adzaabil qobri, wa min fitnatin-naari wa 'adzaabin-naari, wa min syarri fitnatil ghinaa, wa a'uudzu bika min fitnatil faqri, wa a'uudzu bika min fitnatil masiihid-dajjaal.

Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan dan pikun/usia jompo, perbuatan dosa dan hutang, fitnah kubur dan azab kubur, fitnah neraka dan azab neraka, keburukan fitnah kekayaan, aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kemiskinan dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah Al-Masih Dajjal.
HR. Bukhari 6368.

DOA KE-ENAM 

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ، وَالْعَجْزِ وَالْكَسَلِ، وَالْبُخْلِ وَالْجُبْنِ، وَضَلَعِ الدَّيْنِ وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ

Allaahumma innii a'uudzu bika minal hammi wal hazani, wal 'ajzi wal kasali, wal bukhli wal jubni, wa dhola'id-daini wa gholabatir-rijaal.

Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kesusahan dan kesedihan, lemah dan malas, kikir dan penakut, lilitan hutang dan penindasan orang.
HR. Al-Bukhari 7/158. Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam senantiasa membaca doa ini, lihat kitab Fathul Baari 11/173.

DOA KE-TUJUH 

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحُزْنِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ

Allaahumma innii a'uudzu bika minal hammi wal huzni, wa a'uudzu bika minal 'ajzi wal kasali, wa a'uudzu bika minal jubni wal bukhli, wa a'uudzu bika min gholabatid-daini wa qohrir-rijaal.

Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kesusahan/kegelisahan dan kesedihan, aku berlindung kepada-Mu dari lemah/ketidakmampuan dan kemalasan, aku berlindung kepada-Mu dari sifat penakut dan kikir/pelit, dan aku berlindung kepada-Mu dari lilitan hutang dan penguasaan (kesewenang-wenangan) orang.
HR Abu Dawud 4/353.

DOA KE-DELAPAN

Do’a Meminta Panjang Umur dan Banyak Harta

اللَّهُمَّ أكْثِرْ مَالِي، وَوَلَدِي، وَبَارِكْ لِي فِيمَا أعْطَيْتَنِي وَأطِلْ حَيَاتِي عَلَى طَاعَتِكَ، وَأحْسِنْ عَمَلِي وَاغْفِرْ لِي

Allahumma ak-tsir maalii wa waladii, wa baarik lii fiimaa a’thoitanii wa athil hayaatii ‘ala tho’atik wa ahsin ‘amalii wagh-fir lii

Artinya: Ya Allah perbanyaklah harta dan anakku serta berkahilah karunia yang Engkau beri. Panjangkanlah umurku dalam ketaatan pada-Mu dan baguskanlah amalku serta ampunilah dosa-dosaku.

(HR. Bukhari no. 6334 dan Muslim no. 2480)

DOA KE-SEMBILAN

Do’a Memohon Kemudahan

اللَّهُمَّ لاَ سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلاً وَأَنْتَ تَجْعَلُ الحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلاً

Allahumma laa sahla illa maa ja’altahu sahlaa, wa anta taj’alul hazna idza syi’ta sahlaa

Artinya: Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau buat mudah. Dan Engkau menjadikan kesedihan (kesulitan), jika Engkau kehendaki pasti akan menjadi mudah

(HR. Ibnu Hibban dalam Shahihnya 3: 255)

DOA KE-SEPULUH 
Do’a Dipermudah Urusan Dunia dan Akhirat
اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِى دِينِىَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِى وَأَصْلِحْ لِى دُنْيَاىَ الَّتِى فِيهَا مَعَاشِى وَأَصْلِحْ لِى آخِرَتِى الَّتِى فِيهَا مَعَادِى وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِى فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لِى مِنْ كُلِّ شَرٍّ

Alloohumma ashlih lii diiniilladzii huwa ‘ishmatu amrii, wa ashlih lii dun-yaayallatii fiihaa ma’aasyii, wa ash-lih lii aakhirotiillatii fiihaa ma’aadii, waj’alil hayaata ziyaadatan lii fii kulli khoirin, waj’alil mauta roohatan lii min kulli syarrin

Artinya: Ya Allah, perbaikilah bagiku agamaku sebagai benteng urusanku; perbaikilah bagiku duniaku yang menjadi tempat kehidupanku; perbaikilah bagiku akhiratku yang menjadi tempat kembaliku! Jadikanlah -ya Allah- kehidupan ini mempunyai nilai tambah bagiku dalam segala kebaikan dan jadikanlah kematianku sebagai kebebasanku dari segala kejahatan.
(HR. Muslim no. 2720)

Tentunya, doa-doa diatas tidak akan efektif jika hanya diucapkan tanpa diresapi maknanya dan diwujudkan esensinya dalam kehidupan sehari-hari. Percuma saja jika seseorang mengucapkan doa tersebut namun tidak mempedulikan status penghasilannya: halal ataukah haram. Percuma juga jika ia rajin mengucapkan doa tersebut namun masih berlumuran dengan syirik akbar yang membatalkan seluruh amalnya.

Oleh karena itu, agar doa ini efektif dan mustajab, kita harus mengucapkannya sembari berusaha memahami ajaran agama semaksimal mungkin, agar tahu mana yang halal dan mana yang haram. Menjaga kewajiban berupa shalat lima waktu, Puasa Ramadhan, mengetahui penghalang doa / sebab apa saja yang membuat doa kita tidak terkabul, waktu mustajab untuk berdoa dll

AMALAN TERAKHIR 

Memperbanyak istighfar. Dalil tuntunan tersebut firman Allah ta’ala,

“فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّاراً . يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَاراً . وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَاراً”

Artinya: “Aku (Nabi Nuh) berkata (pada mereka), “Beristighfarlah kepada Rabb kalian, sungguh Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan kepada kalian hujan yang lebat dari langit. Dan Dia akan memperbanyak harta serta anak-anakmu, juga mengadakan kebun-kebun dan sungai-sungai untukmu” (QS. Nuh: 10-12)

Ayat di atas menjelaskan dengan gamblang bahwa di antara buah istighfar: turunnya hujan, lancarnya rizki, banyaknya keturunan, suburnya kebun serta mengalirnya sungai.

Karenanya, dikisahkan dalam Tafsir al-Qurthubi, bahwa suatu hari ada orang yang mengadu kepada al-Hasan al-Bashri tentang lamanya paceklik, maka beliaupun berkata, “Beristighfarlah kepada Allah”. Kemudian datang lagi orang yang mengadu tentang kemiskinan, beliaupun memberi solusi, “Beristighfarlah kepada Allah”. Terakhir ada yang meminta agar didoakan punya anak, al-Hasan menimpali, “Beristighfarlah kepada Allah”.

Ar-Rabi’ bin Shabih yang kebetulan hadir di situ bertanya, “Kenapa engkau menyuruh mereka semua untuk beristighfar?”.

Maka al-Hasan al-Bashri pun menjawab, “Aku tidak mengatakan hal itu dari diriku sendiri. Namun sungguh Allah telah berfirman dalam surat Nuh: “Aku (Nabi Nuh) berkata (pada mereka), “Beristighfarlah kepada Rabb kalian, sungguh Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan kepada kalian hujan yang lebat dari langit. Dan Dia akan memperbanyak harta serta anak-anakmu, juga mengadakan kebun-kebun dan sungai-sungai untukmu”.

Adapun dalil dari Sunnah Rasul shallallahu’alaihiwasallam yang menunjukkan bahwa memperbanyak istighfar merupakan salah satu kunci rizki, suatu hadits yang berbunyi:

“مَنْ أَكْثَرَ مِنْ الِاسْتِغْفَارِ؛ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا، وَمِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ”

“Barang siapa memperbanyak istighfar; niscaya Allah memberikan jalan keluar bagi setiap kesedihannya, kelapangan untuk setiap kesempitannya dan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka”
(HR. Ahmad dari Ibnu Abbas dan sanadnya dinilai sahih oleh al-Hakim serta Ahmad Syakir).

Maka silahkan perbanyaklah istighfar, serta tunggulah buahnya… Jika buahnya belum terlihat juga, perbanyaklah terus istighfar dan jangan pernah berputus asa! Di dalam setiap kesempatan, kapan dan di manapun memungkinkan; di waktu-waktu longgar, di rumah ketika bersih-bersih, ketika antrian di rumahsakit, saat berada di kantor, ketika menunggu dagangan di toko, saat menunggu burung di sawah dan lain sebagainya..


Referensi:
https://konsultasisyariah.com/18329-doa-penangkal-harta-haram-saat-miskin.html
https://muslim.or.id/7702-membuka-pintu-rizki-dengan-istighfar.html
https://rumaysho.com/10221-doa-minta-kaya-dan-lepas-dari-utang.html
Aplikasi Apa Doanya

✍🏼MHA El kanzu

🏡 Nangkas - jogorogo - Ngawi - JATIM Indonesia Raya 🇮🇩
⌚ 11:50 WIB
📝 29 Rajab 1446 H / 29 Januari 2025 M


Recent Post