Sebab-sebab Ketenangan hati
1. Tauhid
2. Cahaya yang Allah tanamkan di dalam hati seorang hamba
3. ilmu yang bermanfaat
4. Kembali kepada Allah dan memperbaiki hubungan dengan-Nya
5. Terus-menerus / Melanggengkan Berdzikir (mengingat Allah)
6.
السَّبَبُ السَّادِسُ
الإِحْسَانُ إِلَى عِبَادِ اللَّهِ
Sebab Keenam: Berbuat Baik kepada Hamba-hamba Allah
قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ ﴾
[البقرة: ١٩٥].
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan berbuat baiklah, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al-Baqarah: 195).
وَالْإِحْسَانُ إِلَى الْخَلْقِ يَكُونُ بِأُمُورٍ عَدِيدَةٍ حِسِّيَّةٍ وَمَعْنَوِيَّةٍ، سَوَاءٌ بِالْجَاهِ أَوْ بِالْمَالِ أَوْ بِالْمَشُورَةِ، أَوْ غَيْرِهَا مِنْ أَنْوَاعِ الْمُسَاعَدَاتِ، فَإِنَّ الْعَبْدَ الْمُحْسِنَ لِعِبَادِ اللَّهِ يُجَازِيهِ اللَّهُ عَنْهُ بِشَرْحِ صَدْرِهِ، وَتَيْسِيرِ أَمْرِهِ، وَحُسْنِ عَاقِبَتِهِ وَمَآلِهِ.
Berbuat baik kepada makhluk bisa dalam berbagai bentuk, baik secara fisik maupun non-fisik, seperti dengan kedudukan, harta, nasihat, atau bentuk bantuan lainnya. Sesungguhnya, seorang hamba yang berbuat baik kepada hamba-hamba Allah akan diberi balasan oleh Allah berupa kelapangan dada, kemudahan urusannya, serta akhir yang baik dan terpuji.
وَقَدْ قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ.
أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ فِي صَحِيحِهِ رَقْم: (٢٦٩٩).
Nabi ﷺ bersabda:
"Barang siapa yang melapangkan satu kesusahan dari seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melapangkan satu kesusahan darinya di hari kiamat. Barang siapa yang memudahkan urusan orang yang dalam kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan akhirat. Barang siapa yang menutupi (aib) seorang Muslim, maka Allah akan menutup (aibnya) di dunia dan akhirat. Dan Allah senantiasa menolong seorang hamba selama ia menolong saudaranya." (HR. Muslim no. 2699).
فَنَفْعُ النَّاسِ وَمُسَاعَدَتُهُمْ وَالْوُقُوفُ مَعَهُمْ فِي حَاجَاتِهِمْ مِنَ الأَسْبَابِ الْعَظِيمَةِ لِانْشِرَاحِ الصَّدْرِ.
Membantu dan memenuhi kebutuhan orang lain adalah salah satu sebab terbesar kelapangan dada.
وَأَمَّا مَنْ كَانَ بَخِيلًا فِي إِحْسَانِهِ، شَحِيحًا فِي عَطَائِهِ وَمَعْرُوفِهِ فَإِنَّهُ يَكُونُ مِنْ أَضْيَقِ النَّاسِ صَدْرًا، وَأَكْثَرِهِمْ هَمًّا وَغَمًّا، وَأَنْكَدِهِمْ مَعِيشَةً.
Sebaliknya, orang yang pelit dalam kebaikannya, kikir dalam pemberiannya, dan enggan berbuat baik, maka ia akan menjadi orang yang paling sempit dadanya, paling banyak cemas dan sedih, serta memiliki kehidupan yang sulit.
وَقَدْ ثَبَتَ فِي الصَّحِيحَيْنِ أَنَّ نَبِيَّنَا الكَرِيمَ ضَرَبَ لِذَلِكَ مَثَلًا بَلِيغًا فَقَالَ: مَثَلُ الْبَخِيلِ وَالْمُنْفِقِ كَمَثَلِ رَجُلَيْنِ عَلَيْهِمَا جُبَّتَانِ مِنْ حَدِيدٍ مِنْ تُدِيَّهِمَا إِلَى تَرَاقِيهِمَا؛ فَأَمَّا الْمُنْفِقُ فَلَا يُنْفِقُ إِلَّا سَبَغَتْ - أَوْ: وَفَرَتْ عَلَى جِلْدِهِ، حَتَّى تُخْفِيَ بَنَانَهُ وَتَعْفُوَ أَثَرَهُ، وَأَمَّا الْبَخِيلُ فَلَا يُرِيدُ أَنْ يُنْفِقَ شَيْئًا إِلَّا لَزِقَتْ كُلُّ حَلْقَةٍ مَكَانَهَا، فَهُوَ يُوَسِّعُهَا وَلَا تَتَّسِعُ.
أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ فِي صَحِيحِهِ رَقْم: (١٤٤٣)، وَمُسْلِمٌ فِي صَحِيحِهِ رَقْم: (١٠٢١)، وَاللَّفْظُ لِلْبُخَارِيِّ.
Dan telah tetap dalam Ash-Shahihain (Bukhari dan Muslim) bahwa Nabi kita yang mulia telah memberikan perumpamaan yang mendalam mengenai hal ini. Beliau bersabda:
"Perumpamaan orang yang kikir dan orang yang dermawan adalah seperti dua orang yang mengenakan baju besi yang menutupi dada hingga tulang selangka mereka. Adapun orang yang dermawan, setiap kali ia berinfak, bajunya semakin longgar hingga menutupi kulitnya, bahkan sampai menutupi jari-jemarinya dan menghapus jejak langkahnya. Sedangkan orang yang kikir, setiap kali ia hendak berinfak, lingkaran bajunya tetap melekat di tempatnya, sehingga ia mencoba melonggarkannya namun tidak bisa."
(HR. Bukhari no. 1443, Muslim no. 1021, lafaz ini dari Bukhari).
فَمَثَّلَ النَّبِيُّ ﷺ الْمُنْفِقَ وَالْبَخِيلَ بِرَجُلَيْنِ عَلَيْهِمَا دِرْعٌ مِنْ حَدِيدٍ يَتَحَصَّنَانِ بِهِ، وَهَذَا الدِّرْعُ فِي الْأَصْلِ يُغَطِّي مِنْ مَوْضِعِ الثَّدْيِ إِلَى التَّرْقُوَةِ - وَهِيَ: أَعْلَى الصَّدْرِ مِمَّا يَلِي الرَّقَبَةَ.
Maka Nabi ﷺ memberikan perumpamaan antara orang yang dermawan dan orang yang kikir seperti dua orang yang mengenakan baju besi dari besi untuk melindungi diri mereka. Baju besi tersebut pada dasarnya menutupi dari bagian dada hingga tulang selangka, yaitu bagian atas dada yang berdekatan dengan leher.
فَالْمُنْفِقُ كُلَّمَا زَادَ فِي إِحْسَانِهِ لِلنَّاسِ وَالصَّدَقَةِ عَلَى الْمُحْتَاجِينَ سَبَغَتْ هَذِهِ الْجُبَّةُ، وَزَادَتْ حَلَقَاتُ الْحَدِيدِ فِيهَا؛ أَيْ: اتَّسَعَتْ وَكَبُرَتْ، حَتَّى تُغَطِّيَ جِلْدَهُ كُلَّهُ، وَتُخْفِيَ أَطْرَافَ أَصَابِعِهِ، وَهَذَا مَعْنَى قَوْلِهِ: «حَتَّى تُخْفِيَ بَنَانَهُ»، وَهِيَ مَعَ ذَلِكَ تَمْحُو أَثَرَ خُطُوَاتِهِ إِذَا مَشَى لِطُولِهَا وَوَفْرَتِهَا، وَهَذَا مَعْنَى قَوْلِهِ: «وَتَعْفُوَ أَثَرَهُ».
Seorang yang dermawan, setiap kali ia bertambah dalam berbuat baik kepada orang lain dan bersedekah kepada yang membutuhkan, bajunya akan menjadi lebih luas dan bertambah besar lingkaran-lingkaran besinya. Artinya, baju besi itu menjadi longgar dan semakin menutupi seluruh tubuhnya hingga menyembunyikan jari-jarinya. Inilah makna sabda Nabi: "hingga menutupi jari-jemarinya," bahkan langkahnya pun akan terhapus karena panjangnya dan banyaknya baju besi tersebut. Inilah makna sabda: "dan terhapuslah jejaknya."
وَأَمَّا الْبَخِيلُ الَّذِي لَا يُحْسِنُ لِلنَّاسِ وَلَا يُنْفِقُ مِنْ مَالِهِ فَإِنَّ كُلَّ حَلَقَةٍ فِي هَذِهِ الْجُبَّةِ تَظَلُّ فِي مَوْضِعِهَا، وَمَهْمَا أَرَادَ أَنْ يُوَسِّعَ هَذَا الدِّرْعَ لِيَحْمِيَ بَدَنَهُ فَلَنْ يَسْتَطِيعَ ذَلِكَ.
Sebaliknya, orang yang kikir, yang tidak berbuat baik kepada orang lain dan tidak mau menginfakkan hartanya, maka setiap lingkaran pada baju besinya tetap di tempatnya. Setiap kali ia berusaha untuk melonggarkannya agar dapat melindungi tubuhnya, ia tidak akan mampu melakukannya.
فَهَذَا مَثَلٌ بَلِيغٌ فِي بَيَانِ أَثَرِ النَّفَقَةِ وَالْبُخْلِ عَلَى حَالِ الْعَبْدِ وَعَلَى دِينِهِ، فَالنَّفَقَةُ وَالْبَذْلُ وَالْإِحْسَانُ سَبَبٌ لِسَعَةِ الرِّزْقِ، وَطُمَأْنِينَةِ الْقَلْبِ، وَرَاحَةِ الْبَالِ، وَهِيَ كَذَلِكَ سَبَبٌ لِمَحْوِ آثَارِ الذُّنُوبِ الَّتِي تَحْصُلُ مِنَ الْعَبْدِ.
Perumpamaan ini sangat indah dalam menjelaskan dampak dari infak dan kekikiran terhadap kondisi seorang hamba dan agamanya. Infak, pemberian, dan berbuat baik adalah sebab kelapangan rezeki, ketenangan hati, dan ketenteraman pikiran.
وَأَمَّا الْبَخِيلُ فَبِضِدِّ ذَلِكَ، فَكُلَّمَا أَرَادَ أَنْ يَتَصَدَّقَ تَضِيقُ نَفْسُهُ، وَيَبْخَلُ بِمَالِهِ، فَيَحْصُلُ لَهُ مِنْ نَكَدِ الْعَيْشِ، وَضِيقِ الصَّدْرِ بِحَسَبِ مَا عِنْدَهُ مِنَ الْبُخْلِ، وَالْبُعْدِ عَنِ الْإِحْسَانِ.
Sedangkan orang yang kikir mengalami sebaliknya. Setiap kali ia ingin bersedekah, jiwanya menjadi sempit, dan ia pelit dengan hartanya. Hal ini menyebabkan kehidupan yang penuh kesulitan, dada yang terasa sesak, sebanding dengan tingkat kekikirannya dan jauhnya dari perbuatan baik.
CATATAN :
Pertama
Doa Setelah Tasyahhud Akhir Sebelum Salam
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْبُخْلِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ أَنْ أُرَدَّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الْقَبْرِ
Allaahumma innii a'uudzu bika minal bukhli, wa a'uudzu bika minal jubni, wa a'uudzu bika min an urodda ilaa ar-dzalil 'umuri, wa a'uudzu bika min fitnatid-dunyaa wa 'adzaabil qobr.
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari bakhil, aku berlindung kepadaMu dari penakut, aku berlindung kepadaMu dari dikembalikan ke usia yang terhina, dan aku berlindung kepadaMu dari fitnah dunia dan siksa kubur.
HR. Al-Bukhari dalam Fathul Baari 6/35.
Sumber: Hisnul Muslim.
Kedua
إِذَا أَرَدْتَ السَّعَادَةَ الحَقِيقِيَّةَ؛ فَالْزَمِ الإِحْسَانَ إِلَى النَّاسِ بِطِيبِ نَفْسٍ وَطِيبِ نِيَّةٍ، وَسَتَرَى هَذَا الأَثَرَ عَلَى نَفْسِكَ وَعَلَى أَهْلِ بَيْتِكَ وَعَلَى حَيَاتِكَ.
Jika engkau menginginkan kebahagiaan sejati, maka tetaplah berbuat baik kepada manusia dengan hati yang tulus dan niat yang baik. Engkau akan merasakan dampak kebaikan itu pada dirimu, keluargamu, dan kehidupanmu.
Ibnu Qayyim berkata dalam pembahasan tentang bagaimana seseorang berinteraksi dengan makhluk:
قَالَ ابْنُ القَيِّمِ فِي مُعَامَلَةِ الخَلْقِ: وَمَنْ أَحْسَنَ إِلَيْهِمْ أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْهِ، وَمَنْ جَادَ عَلَيْهِمْ جَادَ اللَّهُ عَلَيْهِ، وَمَنْ نَفَعَهُمْ نَفَعَهُ اللَّهُ، وَمَنْ سَتَرَهُمْ سَتَرَهُ اللَّهُ، فَاللَّهُ تَعَالَى لِعَبْدِهِ عَلَى حَسَبِ مَا يَكُونُ العَبْدُ لِخَلْقِهِ!
"Barang siapa berbuat baik kepada mereka, maka Allah akan berbuat baik kepadanya. Barang siapa bersikap dermawan kepada mereka, maka Allah akan bersikap dermawan kepadanya. Barang siapa memberikan manfaat kepada mereka, maka Allah akan memberinya manfaat. Barang siapa menutupi aib mereka, maka Allah akan menutupi aibnya. Maka Allah Ta’ala akan memperlakukan hamba-Nya sesuai dengan bagaimana hamba itu memperlakukan makhluk-Nya!"
Referensi :
'Ashru asbabi inshirahis sodhr. Karya Syeikh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdulmuhsin Al Badr hafidzahullahu ta'ala
Partnership : App Chatgpt
✍🏼MHA El kanzu
🏡 Paron - Ngawi - JATIM Indonesia Raya 🇮🇩
⌚ 15:57 WIB
📝 29 Rajab 1446 H / 29 Januari 2025 M
0 komentar:
Posting Komentar