Makna Feodalisme dalam Pesantren atau Tokoh Agama
Dalam konteks pesantren atau dunia keagamaan, feodalisme bisa diartikan sebagai adanya hierarki ketat antara kiai, ustadz, Gus dan santri yang menyerupai sistem feodal di masa lalu. Beberapa ciri feodalisme dalam pesantren atau kepemimpinan tokoh agama meliputi:
1. Pengagungan Berlebihan terhadap Kiai, ustadz, Gus, tuan guru atau Tokoh Agama
Beberapa santri atau pengikut tidak hanya menghormati kiai, tetapi juga menganggapnya sebagai sosok yang tidak boleh dikritik, bahkan seolah memiliki kewenangan spiritual mutlak.
Ada tradisi seperti jongkok, mencium tangan berlebihan, bahkan mencium kaki, yang bisa menyerupai bentuk penghambaan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
2. Ketaatan Buta (Taqlid Buta)
Santri atau murid tidak boleh bertanya atau membantah keputusan kiai, meskipun dalam perkara yang tidak ada dalilnya.
Kadang, ajaran kiai lebih diutamakan daripada dalil dari Al-Qur'an dan Sunnah, yang bertentangan dengan prinsip ittiba’ (mengikuti dalil yang benar).
3. Warisan Kepemimpinan
Beberapa pesantren atau organisasi keagamaan menerapkan sistem pewarisan kepemimpinan secara turun-temurun, bukan berdasarkan ilmu dan ketaqwaan, tetapi karena keturunan.
Hal ini menyerupai feodalisme klasik di mana kekuasaan diwariskan tanpa mempertimbangkan kelayakan individu.
Apakah Feodalisme dalam Pesantren Sesuai dengan Islam?
Islam mengajarkan penghormatan kepada ulama, tetapi tidak dengan cara mengultuskan mereka.
عَنْ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ:
لَا تُطْرُونِي كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ، فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ، فَقُولُوا: عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ.
[صحيح] - [رواه البخاري] - [صحيح البخاري - 3445]
Dari Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Aku mendengar Nabi ﷺ bersabda:
"Janganlah kalian berlebihan dalam memujiku sebagaimana kaum Nasrani berlebihan dalam memuji Isa bin Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah hamba-Nya, maka katakanlah: Hamba Allah dan Rasul-Nya."
(HR. Bukhari no. 3445, Shahih)
Hadits ini menjadi dalil larangan mengultuskan Nabi ﷺ atau ulama secara berlebihan, seperti yang dilakukan Nasrani terhadap Nabi Isa عليه السلام. Islam mengajarkan keseimbangan dalam menghormati tanpa melampaui batas.
Penghormatan yang benar dalam Islam adalah mengikuti ilmu dan akhlak ulama tanpa mengultuskan individu tertentu. Jika feodalisme dalam pesantren menyebabkan:
• Penghambaan kepada kiai/ustadz/tuan guru / tokoh,
• Taqlid buta tanpa dalil,
• Mengutamakan tradisi di atas dalil,
Maka itu bertentangan dengan Islam dan lebih mendekati bid'ah serta penyimpangan.
Kesimpulan
Feodalisme dalam pesantren berarti adanya pengagungan berlebihan terhadap kiai, ketaatan buta, dan pewarisan kepemimpinan tanpa mempertimbangkan ilmu.
Islam tidak mengenal feodalisme, karena prinsip Islam adalah berdasarkan ilmu, dalil, dan ketakwaan, bukan berdasarkan keturunan atau status sosial.
Penghormatan kepada ulama harus dalam batas syariat, tanpa mengultuskan individu tertentu.
Wallahu a'lam.
0 komentar:
Posting Komentar