*12 Macam Bacaan Istighfar Dan Kapan Disunnahkan Membaca Istighfar*📟
Segala puji bagi Allah Rabbul ‘alamin, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada.Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba’du:
Berikut pembahasan tentang, semoga Allah menjadikan penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat,
Istighfar memiliki beberapa redaksi yang termaktub di dalam al-Qur’an dan Sunnah. Di antara redaksi istighfar yang disebutkan dalam *al-Qur’an* :
*➡ Pertama:*
“ربَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا، وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا، وانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ“.
_“Robbanâghfirlanâ dzunûbanâ wa isrôfanâ fî amrinâ, wa tsabbit aqdâmanâ, wanshurnâ ‘alal qoumil kâfirîn”._
*Artinya* : “Wahai Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebihan (dalam) urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami. Serta tolonglah kami terhadap orang-orang kafir”.
📖 QS. Ali Imran (3): 147.
*➡ Kedua:*
“رَبَّنَا إِنَّنَا آمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ“.
_“Robbanâ innanâ âmannâ faghfirlanâ dzunûbanâ wa qinâ ‘adzâbannâr”._
*Artinya* : “Wahai Rabb kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah dosa-dosa kami dan lindungilah kami dari siksaan neraka”.
📖 QS. Ali Imran (3): 16.
*➡ Ketiga:*
“رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي لِلإِيمَانِ أَنْ آمِنُوا بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا، رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا، وَتَوَفَّنَا مَعَ الأبْرَارِ“.
_“Robbanâ innanâ sami’nâ munâdiyan yunâdî lil îmâni an âminû birabbikum fa âmannâ. Robbanâ faghfir lanâ dzunûbanâ wa kaffir ‘annâ sayyi’âtinâ, wa tawaffanâ ma’al abrôr”._
*Artinya* : “Wahai Rabb kami, sesungguhnya kami mendengar orang yang menyeru kepada iman, (yaitu), “Berimanlah kalian kepada Rabbmu”, maka kami pun beriman. Wahai Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan hapuskanlah kesalahan-kesalahan kami dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti”.
📖QS. Ali Imran (3): 193.
*➡ Keempat:*
“رَبَّنَا آمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا وَأَنتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ“.
_“Robbanâ âmannâ faghfir lanâ warhamnâ wa Anta khoirur rôhimîn”._
*Artinya* : “Wahai Rabb kami, sungguh kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat, Engkau adalah pemberi rahmat yang terbaik”.
📚 QS. Al-Mu’minun (23): 109.
*➡ Kelima:*
“رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ“.
_“Robbanâ atmim lanâ nûronâ waghfirlanâ, innaka ‘alâ kulli syai’in qodîr”._
*Artinya* : “Wahai Rabb kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami. Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu”.
📖QS. At-Tahrim (66): 8.
🌈 Berikut ini beberapa redaksi istighfar yang disebutkan dalam *Hadits* ;
*➡ Keenam:*
“اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي، وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ. أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ”
_“ALLÔHUMMA ANTA RABBÎ LÂ ILÂHA ILLÂ ANTA KHOLAQTANÎ, WA ANA ‘ABDUKA, WA ANA ‘ALÂ ‘AHDIKA WA WA’DIKA MASTATHO’TU. A’ÛDZU BIKA MIN SYARRI MÂ SHONA’TU, ABÛ`U LAKA BINI’MATIKA ‘ALAYYA WA ABÛ`U BIDZANBÎ, FAGHFIRLÎ FA INNAHU LÂ YAGHFIRUDZ DZUNÛBA ILLÂ ANTA”_
(Ya Allâh, Engkau adalah Rabbku, tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar selain Engkau. Engkau yang menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu. Aku menetapi perjanjian-Mu dan janji-Mu sesuai dengan kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku, aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku kepada-Mu, maka ampunilah aku. Sebab tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain Engkau).
*Ini merupakan redaksi istighfar yang paling istimewa,* biasa diistilahkan dengan Sayyidul Istighfar. Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam menjelaskan keutamaannya, *“Barangsiapa mengucapkannya di waktu siang dengan penuh keyakinan lalu meninggal pada hari itu sebelum waktu sore; maka ia termasuk penghuni surga. Barangsiapa membacanya di waktu malam dengan penuh keyakinan lalu meninggal sebelum masuk waktu pagi; maka ia termasuk penghuni surga”.*
📚 HR. Bukhari dari Syaddad bin Aus radhiyallahu’anhu.
*➡ Ketujuh:*
“اللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيرًا وَلَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ؛ فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ وَارْحَمْنِي، إِنَّك أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ”.
_“ALLÔHUMMA INNÎ DZOLAMTU NAFSÎ DZULMAN KATSÎRON, WA LÂ YAGHFIRUDZ DZUNÛBA ILLÂ ANTA FAGHFIRLÎ MAGHFIROTAN MIN ‘INDIKA WARHAMNÎ, INNAKA ANTAL GHOFÛRUR ROHÎM”_
(Ya Allah, sesungguhnya aku telah banyak menzalimi diriku sendiri dan tidak ada yang bisa mengampuni dosa melainkan hanya Engkau. Maka ampunilah aku dengan ampunan dari-Mu dan sayangilah aku. Sesungguhnya Engkau Mahapengampun lagi Mahapenyayang).
Redaksi di atas diajarkan oleh Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam kepada *Abu Bakr* radhiyallahu ‘anhu saat beliau meminta diajari doa untuk dibaca di dalam shalatnya.
📚HR. Bukhari dan Muslim.
*➡ Kedelapan:*
أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الْعَظِيمَ الَّذِي لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ ، وَأَتُوبُ إِلَيْهِ
_“ASTAGHFIRULLÔHAL ‘ADZÎM ALLADZÎ LÂ ILÂHA ILLÂ HUWAL HAYYUL QOYYÛM WA ATÛBU ILAIHI”._
(Aku memohon ampunan kepada Allah yang Mahaagung. Tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Dia Yang Mahahidup dan Maha berdiri sendiri).
Barang siapa mengucapkannya, niscaya akan diampuni dosa-dosanya walaupun ia lari dari medan pertempuran.
📚HR. Al-Hakim dan dinilai sahih oleh beliau juga al-Albany.
*➡ Kesembilan:*
“اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ“
_“ALLÔHUMMAGH FIRLANÂ WAR HAMNÂ WA TUB ‘ALAINÂ, INNAKA ANTAT TAWWÂBUR ROHÎM”_
(Ya Allâh, ampunilah kami dan sayangilah kami, serta terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkau Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang).
📚HR. An-Nasa’iy dalam al-Kubra.
*➡ Kesepuluh:*
“أَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ”
_“ASTAGHFIRULLÔH WA ATÛBU ILAIH”._
(Aku memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya).
📚Dalam HR. Bukhari, Abu Hurairah radhiyallahu’anhu menerangkan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihiwasallam dalam sehari membacanya lebih dari tujuhpuluh kali.
*➡ Kesebelas:*
“رَبِّ اغْفِرْ لِى وَتُبْ عَلَىَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ”
_“ROBBIGHFIRLÎ WA TUB ‘ALAYYA INNAKA ANTAT TAWWÂBUR ROHÎM”_
(Ya Rabbi ampunilah aku dan terimalah taubatku. Sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat dan Maha Penyayang).
📚Dalam HR. Abu Dawud yang dinilai sahih oleh al-Albany, Ibn Umar radhiyallahu’anhuma menjelaskan bahwa Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam sering membaca istighfar di atas dalam sekali duduk sebanyak seratus kali.
Dalam berbagai redaksi di atas, istighfar digandengkan dengan permohonan taubat. Ibn al-Qayyim dalam Madârij as-Sâlikîn menjelaskan bahwa jika istighfar disebutkan secara bersamaan dengan taubat, maka yang dimaksud dari istighfar adalah meminta perlindungan dari keburukan dosa yang telah terjadi. Sedangkan taubat adalah kembali dan meminta perlindungan dari keburukan yang dikhawatirkan terjadi di masa yang akan datang, berupa kejelekan amal yang dia perbuat. Maka istighfar adalah menghilangkan keburukan, sedangkan taubat adalah meminta adanya manfaat (kebaikan). Ampunan akan melindungi diri kita dari keburukan dosa yang telah terjadi. Adapun taubat, setelah adanya perlindungan tersebut, maka terwujudlah apa yang dia cintai atau dia harapkan berupa maslahat atau kebaikan.
*➡ Keduabelas:*
“أَسْتَغْفِرُ اللهَ”
_“ASTAGHFIRULLÔH”._
(Aku memohon ampun kepada Allah).
Redaksi di atas dibaca antara lain setiap selesai shalat fardhu, sebanyak tiga kali. Sebagaimana dalam
📚HR. Muslim dari Tsauban radhiyallahu’anhu.
*➡ Pahala Istighfar*
✅ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ,
ﻭَﺍﻟَّﺬِﻯ ﻧَﻔْﺴِﻰ ﺑِﻴَﺪِﻩِ ﻟَﻮْ ﻟَﻢْ ﺗُﺬْﻧِﺒُﻮﺍ ﻟَﺬَﻫَﺐَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺑِﻜُﻢْ ﻭَﻟَﺠَﺎﺀَ ﺑِﻘَﻮْﻡٍ ﻳُﺬْﻧِﺒُﻮﻥَﻓَﻴَﺴْﺘَﻐْﻔِﺮُﻭﻥَ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻓَﻴَﻐْﻔِﺮُ ﻟَﻬُﻢْ
“ Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, seandainya kalian tidak pernah berbuat dosa, niscaya Allah akan mengganti kalian dengan mendatangkan suatu kaum yang kemudian kaum tersebut berbuat dosa, kemudian mereka meminta ampun kepada Allah, dan Allah akan mengampuni mereka”
📚 (HR. Muslim)
*➡Kapan Disunnahkan Membaca Istighfar*
Sejatinya seorang hamba disyariatkan untuk memperbanyak istighfar kapan saja.
*Al-Hasan al-Bashry* menjelaskan, “Perbanyaklah istighfar di rumah kalian, di meja makan kalian, di jalan-jalan kalian, di pasar dan di majlis-majlis kalian. Sungguh kalian itu tidak tahu kapankah ampunan Allah turun”.
Jadi, istighfar itu disyariatkan untuk dibaca kapan pun. Hanya saja hukumnya menjadi wajib saat kita melakukan perbuatan dosa. Dan hukumnya sunnah setelah kita selesai melakukan amal salih. Fungsinya adalah untuk menyempurnakan berbagai kekurangan yang ada di dalamnya.
*Namun di sana ada beberapa momen yang mendapatkan penekanan khusus untuk kita baca di dalamnya istighfar.* Antara lain:
*➡ Pertama: Setelah berwudhu*
Selain doa yang sudah makruf, kita juga disunnahkan untuk membaca doa yang termaktub dalam hadits berikut ini:
“مَنْ تَوَضَّأَ فَقَالَ: سُبْحَانَكَ اللّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ؛ كُتِبَ فِي رَقٍّ ثُمَّ طُبِعَ بِطَابِعٍ فَلَمْ يُكْسَرْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ“.
“Barangsiapa berwudhu lalu ia mengucapkan, “Subhânakallâhumma wa bihamdika asyhadu allâ ilâha illâ Anta, astaghfiruka wa atûbu ilaik”; niscaya *akan ditulis di suatu lembaran lalu distempel dan tidak akan dihapus hingga hari kiamat”.*
📚HR. An-Nasa’i dalam ‘Amal al-Yaum wa al-Lailah dan al-Hakim. Hadits ini dinilai sahih oleh al-Albany.
*➡ Kedua: Setelah shalat*
عَنْ ثَوْبَانَ -رَضِيَ اللهُ عَنْهُ- قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ إِذَا انْصَرَفَ مِنْ صَلاَتِهِ اسْتَغْفَرَ ثَلاَثًا، وَقَالَ: “اللّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ، وَمِنْكَ السَّلاَمُ، تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ”، قاَلَ الْوَلِيْدُ: فَقُلْتُ لِلْأَوْزَاعِي: كَيْفَ؟ قَالَ: تَقُوْلُ:”أَسْتَغْفِرُ اللهَ، أَسْتَغْفِرُ اللهَ“.
Dari Tsauban radhiyallahu’anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam bila selesai shalat beliau beristighfar tiga kali, lalu membaca, “Allôhumma Antas salâm wa minkas salâm, tabârokta yâ Dzal jalâli wal ikrôm”. Al-Walid (salah satu perawi hadits) bertanya kepada al-Auza’i, “Bagaimanakah cara istighfarnya?”. Beliau menjawab, “Ucapkanlah astaghfirullah, astaghfirullah”.
📚HR. Muslim.
*➡ Ketiga: Setelah selesai wukuf di Arafah*
✅ Allah ta’ala berfirman,
“ثُمَّ أَفِيضُوا مِنْ حَيْثُ أَفَاضَ النَّاسُ وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ“
Artinya: “Kemudian berangkatlah kalian meninggalkan Arafah sebagaimana orang lain berangkat meninggalkannya dan beristighfarlah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
📖 QS. Al-Baqarah (2): 199.
*➡ Keempat: Di waktu sahur*
Ini adalah salah satu waktu yang amat dianjurkan bagi kita untuk memperbanyak bacaan istighfar. Allah ta’ala menjelaskan salah satu sifat kaum mukminin, “Di waktu sahur mereka memohon ampunan (kepada Allah)”.
📖QS. Adz-Dzariyat (51): 18.
Waktu sahur menurut sebagian ulama adalah akhir malam menjelang waktu subuh. Sebagian ulama lainnya berpendapat bahwa waktu sahur dimulai dari sepertiga malam terakhir hingga terbitnya fajar. Nabi shallallahu’alaihiwasallam bersabda,
“يَنْزِلُ رَبُّناَ -تَبَارَكَ وَتَعَالَى- كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا، حِيْنَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْأَخِيْرِ، فَيَقُوْلُ: “مَنْ يَدْعُوْنيِ فَأَسْتَجِيْبُ لَهُ؟ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ؟ مَنْ يَسْتَغْفِرُنيِ فَأَغْفِر لَهُ؟”.
“Allah tabaraka wa ta’ala turun ke langit dunia setiap malam saat tersisa sepertiga malam terakhir. Dia berfirman, “Adakah yang berdoa pada-Ku; niscaya akan Kukabulkan? Adakah yang meminta pada-Ku; niscaya akan Kuberi? Adakah yang beristighfar pada-Ku, niscaya akan Kuampuni?”.
📚HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu.
*➡ Kelima: Di akhir majlis*
✅ Nabi shallallahu’alaihiwasallam menerangkan,
“مَنْ جَلَسَ فِي مَجْلِسٍ فَكَثُرَ فِيهِ لَغَطُهُ فَقَالَ قَبْلَ أَنْ يَقُومَ مِنْ مَجْلِسِهِ ذَلِكَ: “سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ”؛ إِلاَّ غُفِرَ لَهُ مَا كَانَ فِي مَجْلِسِهِ ذَلِكَ”.
“Barang siapa duduk di suatu majlis dan di dalamnya banyak hal-hal yang tidak bermanfaat, lalu sebelum meninggalkan majlis tersebut ia membaca “Subhânakallâhumma wa bihamdika, asyhadu allâ ilâha illâ anta astaghfiruka wa atûbu ilaik” (Maha suci Engkau ya Allah dan pujian hanya untuk-Mu. Aku bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali hanya Engkau. Aku memohon ampun dan bertaubat pada-Mu); niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang ada di majlis tersebut”.
📚HR. Tirmidzy dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu dan dinilai sahih oleh al-Albany.
Doa ini bukan hanya disunnahkan untuk dibaca di majlis yang banyak kenegatifannya saja, namun di majlis kebajikan, seperti pengajian pun, disunnahkan untuk membacanya. Dalilnya adalah sabda Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam,
“مَنْ قَالَ: “سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ، سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ”؛ فَقَالَهَا فِي مَجْلِسِ ذِكْرٍ كَانَتْ كَالطَّابِعِ يُطْبَعُ عَلَيْهِ، وَمَنْ قَالَهَا فِي مَجْلِسِ لَغْوٍ كَانَتْ كَفَّارَةً لَهُ”.
“Barang siapa mengucapkan _“Subhânallah wa bihamdih, subhânakallâhumma wa bihamdika, asyhadu allâ ilâha illâ anta astaghfiruka wa atûbu ilaik”_
(Maha suci Allah dan segala pujian hanya untuk-Nya. Maha suci Engkau ya Allah dan pujian hanya untuk-Mu. Aku bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali hanya Engkau. Aku memohon ampun dan bertaubat pada-Mu),
*bila ia mengucapkannya di majlis dzikir niscaya kalimat tersebut akan menjadi stempel majlis tersebut. Bila ia mengucapkannya di majlis yang tak berguna; niscaya kalimat tersebut akan menghapuskan dosa-dosa”.*
📚 HR. Al-Hakim dari Jubair bin Muth’im dan dinilai sahih oleh al-Hakim juga al-Albany.
*➡ Keenam: Di akhir hidup menjelang wafat*
Dalam Madarij as-Sâlikîn, *Imam Ibn al-Qayyim* menjelaskan,
“Taubat adalah penutup hidup orang-orang yang mengenal Allah. Sebagaimana istighfar diperlukan di awal, ia juga diperlukan di akhir. Malah kebutuhan terhadap istighfar di akhir lebih tinggi dibandingkan di awal. Bahkan ia merupakan kebutuhan mendesak di akhir hidup. Perhatikan apa perintah Allah kepada Rasul-Nya shallallahu’alaihiwasallam di akhir-akhir hidup beliau. Lalu lihatlah bagaimana beliau di akhir hidupnya semakin memperbanyak istighfar”.
✅ *Allah* ta’ala berfirman,
“فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا“
Artinya: “Maka bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sungguh Dia Maha Penerima tobat”.
📖 QS. An-Nashr (110): 3.
Ayat di atas merupakan penutup surat an-Nashr. Sebuah surat yang berisikan pemberitaan mengenai kemenangan kaum muslimin atas musuh-musuhnya. Ayat terakhirnya berisi perintah untuk memperbanyak tasbih, tahmid dan istighfar. Hikmahnya antara lain: peringatan bahwa manakala datang pertolongan besar Allah, penaklukan kota Mekah dan berbondong-bondongnya umat manusia untuk masuk Islam, maka itu pertanda bahwa ajal Nabi shallallahu’alaihiwasallam telah dekat. Yang tersisa adalah memperbanyak kalimat-kalimat mulia tersebut di atas; tasbih, tahmid dan istighfar.[1]
Jadi, surat ini merupakan isyarat akan semakin dekatnya ajal beliau. Penaklukan kota Mekah terjadi di bulan Ramadhan tahun 8 H, sedangkan beliau shallallahu’alaihi wasallam wafat pada bulan Rabi’ul Awwal tahun 10 H.[2]
Perintah Allah ta’ala kepada Rasul-Nya shallallahu’alaihiwasallam untuk memperbanyak istighfar dalam waktu itu, merupakan pertanda bahwa kehidupannya akan berakhir. Maka hendaklah beliau bersiap untuk menemui Rabbnya serta menutup umurnya dengan amalan yang paling mulia, yakni tasbih, tahmid dan istighfar.[3]
Makanya setelah turunnya surat ini, Nabi shallallahu’alaihiwasallam semakin memperbanyak membaca tasbih, tahmid dan istighfar.[4]
✅ Aisyah radhiyallahu’anha bercerita, “Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam memperbanyak membaca di ruku’ dan sujud beliau
_“Subhânakallôhumma robbanâ wa bihamdika allohummaghfirlî_
(Maha suci Engkau ya Allah Rabb kami dan segala pujian untuk-Mu. Ya Allah ampunilah aku)”. Beliau mengamalkan perintah al-Qur’an”.
📚HR. Bukhari dan Muslim.
✅ Beliau juga menuturkan,
“سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْغَيْتُ إِلَيْهِ قَبْلَ أَنْ يَمُوْتَ -وَهُوَ مُسْنِدٌ إِلَيَّ ظَهْرَهُ- يَقُوْلُ: “اللّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي، وَأَلْحِقْنِي بِالرَّفِيْقِ الْأَعْلَى”.
“Aku mendengar Nabi shallallahu’alaihiwasallam dan memperhatikan beliau sebelum wafatnya sambil menyandarkan pundaknya ke tubuhku, beliau mengucapkan, “Ya Allah ampunilah aku, rahmatilah aku dan pertemukan aku dengan para nabi dan rasul di atas sana”.
📚HR. Bukhari dan Muslim.
✍🏼Diterjemahkan secara bebas oleh Abdullah Zaen, Lc., MA dari http://www.alukah.net/sharia/0/30335/ dengan beberapa tambahan.
[1] Lihat: Tafsîr Juz ‘Amma (hal. 340-341).
[2] Tafsîr al-Jalâlain (hal. 614).
[3] Baca: Tafsîr Sûrah an-Nashr (hal. 75, 90-91) dan Tafsîr as-Sa’dy (hal. 866).
[4] Tafsîr Sûrah an-Nashr (hal. 86)
•••••••••••••••••••••••
*Dikutip dari :*
https://www.google.com/amp/s/assunahsalafushshalih.wordpress.com/2019/03/25/12-macam-bacaan-istighfar-dan-kapan-disunnahkan-membaca-istighfar/amp/
0 komentar:
Posting Komentar