Ada kata hikmah yang menyatakan : “Ilmu ada tiga tahapan. Jika seorang
memasuki tahapan pertama, ia akan sombong. Jika ia memasuki tahapan
kedua ia akan tawadhu’. Dan jika ia memasuki tahapan ketiga ia akan
merasa dirinya tidak ada apa-apanya”.
Maksud kata hikmah tersebut adalah :
Pada tahapan pertama, seorang penuntut ilmu yang baru belajar
biasanya akan sombong. Ia tidak menyadari keadaan dirinya dan mengira
telah mencapai kedudukan yang mulia. Bahkan tak jarang ia melecehkan
ulama yang lebih alim darinya. Padahal dirinyalah yang masih jahil dan
masih banyak kekurangannya. Para ahli ilmu dapat mengetahui jejak
orang-orang semacam ini seperti dikatakan Al Khathib Al Baghdadi :
العالم يعرف الجاهل، لأنه قد كان جاهلا، والجاهل لا يعرف العالم، لأنه لم يكن عالما
“Orang alim dapat mengenali orang jahil karena dia dulunya juga jahil.
Sedangkan orang jahil tidak mengetahui orang alim karena dia belum
pernah jadi orang alim”. (Al Faqih Wal Mutafaqqih : 2/365).
Pada tahapan kedua, ia akan tawadhu’ karena mulai merasakan bahwa
ilmunya tidak seberapa dan ternyata masih banyak yang belum
diketahuinya. Ia pun mulai sadar akan kekurangan dirinya, dan ini
menuntunnya untuk lebih banyak belajar dan menimba ilmu yang berguna.
Pada tahapan ketiga, ia merasa tidak ada apa-apanya karena
ternyata ilmu bagaikan samudera tak bertepi. Bahkan jika ia menghabiskan
seluruh hidupnya untuk menuntut ilmu, maka yang ia dapatkan masih
sedikit karena lautan ilmu tak terhingga luasnya. Sampai-sampai seorang
penyair berkata :
ما حوى العلم جميعا أحد
لا ، ولو مارسه ألف سنة
“Tak ada seorangpun yang dapat menguasai semua ilmu yang ada,
Tak akan bisa, meskipun ia mempelajarinya selama seribu tahun lamanya”.
(Miftahus Sa’adah, Ahmad bin Musthafa : 1/6).
Memang demikianlah sebenarnya hakikat ilmu manusia, sebagaimana difirmankan Allah Ta’ala :
قُل لَّوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَاداً
لِّكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَن تَنفَدَ كَلِمَاتُ
رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَداً
“Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis)
kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis
(ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan
sebanyak itu (pula)”. (QS. Al-Kahfi : 109).
Ibnu Katsir dalam kitab Tafsir-nya menukil perkataan ar-Rabi’
ibnu Anas yang berkata : “Ayat tersebut menggambarkan perumpamaan ilmu
seluruh manusia jika dibandingkan dengan ilmu Allah bagaikan setetes air
dibanding seluruh samudera”.
From : http://faidah-ilmu.blogspot.com/2010_06_01_archive.html
Publish : 21 - 09 - 2013, 07:05
Jumat, 20 September 2013
Tiga Tahapan Penuntut Ilmu
17.06 No comments
Madiun City
el-asnawy
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar