"Tidak ada orang baik saat ini, yang tidak punya masa lalu (kesalahan dan dosa)"...
"Dan tidak ada orang buruk yang tidak memiliki masa depan (untuk berbuat baik & bertaubat)"
Jangan terpengaruh bisikan dan bayangan setan : "dosamu terlalu besar"
Ingat Allah Al-'Afwu ( Yang Maha Pemaaf) Al-Ghafur & Al-Ghaffar (Yang Maha Pengampun) At-Tawwab (Yang Maha Penerima Taubat)
Ibnul Qayyim berkata :
"Ada orang yang masuk surga karena kemaksiatannya (membuatnya menyesal dan bertaubat) ... Dan ada orang yang masuk neraka karena kebaikannya (merasa sombong, angkuh, congkak)"
🖊️faedah UTB hafidzahullahu ta'ala kitab ensiklopedi Asmaul Husna (Syeikh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdulmuhsin Al Badr hafidzahullahu ta'ala)
Berikut ada tanya jawab yang pernah manfaat insyallah dari www.islamweb.net...
السُّؤَالُ:
مَا رَأْيُ فَضِيلَتِكُمْ فِي إِطْلَاقِ لَفْظِ: (ذَنْبٌ يُدْخِلُكَ الْجَنَّةَ) عَلَى هَذَا الْمَوْضُوعِ: ذَنْبٌ يُدْخِلُ صَاحِبَهُ الْجَنَّةَ؟ قَالَ بَعْضُ السَّلَفِ: قَدْ يَعْمَلُ الْعَبْدُ ذَنْبًا فَيَدْخُلُ بِهِ الْجَنَّةَ، وَيَعْمَلُ الطَّاعَةَ فَيَدْخُلُ بِهَا النَّارَ! قَالُوا: وَكَيْفَ ذَلِكَ؟ قَالَ: يَعْمَلُ الذَّنْبَ فَلَا يَزَالُ يَذْكُرُ ذَنْبَهُ، فَيُحْدِثُ لَهُ انْكِسَارًا وَذُلًّا وَنَدَمًا، وَيَكُونُ ذَلِكَ سَبَبَ نَجَاتِهِ، وَيَعْمَلُ الْحَسَنَةَ، فَلَا تَزَالُ نُصْبَ عَيْنَيْهِ، كُلَّمَا ذَكَرَهَا أَوْرَثَتْهُ عُجْبًا وَكِبْرًا وَمِنَّةً، فَتَكُونُ سَبَبَ هَلَاكِهِ - جَزَاكُمُ اللَّهُ خَيْرًا -؟
Pertanyaan:
Bagaimana pendapat Anda tentang penggunaan ungkapan "Dosa yang memasukkan seseorang ke surga" dalam konteks ini: Seorang hamba melakukan dosa, lalu masuk surga karenanya, dan melakukan ketaatan, lalu masuk neraka karenanya? Para salaf berkata: Bagaimana bisa demikian? Dijawab: Seorang hamba melakukan dosa, lalu dosa itu selalu teringat olehnya, sehingga menimbulkan kehancuran hati, ketundukan, dan penyesalan, yang menjadi sebab keselamatannya. Sebaliknya, seorang hamba melakukan kebaikan, namun kebaikan itu selalu ia ingat, hingga menimbulkan rasa bangga, kesombongan, dan menganggap dirinya berjasa, sehingga menjadi sebab kebinasaannya. Bagaimana pendapat Anda?
الإِجَابَةُ:
الْحَمْدُ لِلَّهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ، أَمَّا بَعْدُ:
فَإِنَّ دُخُولَ الْجَنَّةِ لَيْسَ بِسَبَبِ الذَّنْبِ، وَإِنَّمَا هُوَ بِسَبَبِ التَّوْبَةِ، كَمَا قَالَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْ عِبَادِهِ الْمُتَّقِينَ:
Jawaban:
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, keluarga, dan para sahabatnya. Amma ba'du:
Sesungguhnya masuknya seseorang ke dalam surga bukan karena dosanya, tetapi karena taubatnya. Sebagaimana firman Allah tentang hamba-hamba-Nya yang bertakwa:
﴿وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ أُولَئِكَ جَزَاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ﴾ {آلِ عِمْرَانَ: 135-136}.
"Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, mereka segera mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosa mereka. Dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah? Dan mereka tidak terus-menerus melakukan dosa itu sedang mereka mengetahui. Mereka itulah orang-orang yang balasannya adalah ampunan dari Tuhan mereka, serta surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal." (Ali Imran: 135-136)
فَلَيْسَتِ الْفَائِدَةُ فِي الذَّنْبِ بِذَاتِهِ، وَإِنَّمَا هِيَ فِي الْخَوْفِ مِنْ خَطَرِهِ الَّذِي سَبَّبَ التَّوْبَةَ، الَّتِي تُورِثُ ذُلًّا وَانْكِسَارًا، فَتَكُونُ خَيْرًا مِمَّا قَدْ يُورِثُهُ الْعَمَلُ الصَّالِحُ لَدَى بَعْضِ النَّاسِ مِنَ الْعُجْبِ.
Jadi, bukan dosa itu sendiri yang membawa manfaat, melainkan rasa takut terhadap bahaya dosa, yang mendorong seseorang untuk bertaubat. Taubat inilah yang menumbuhkan ketundukan dan kehancuran hati, yang lebih baik dibandingkan amal shalih yang justru bisa menimbulkan kesombongan pada sebagian orang.
وَهَذَا الْكَلَامُ ذَكَرَهُ بَعْضُ السَّلَفِ، كَمَا قَالَ ابْنُ الْقَيِّمِ فِي مَدَارِجِ السَّالِكِينَ، وَلَكِنَّهُ لَا يُرَادُ بِهِ التَّنْوِيهُ بِالذُّنُوبِ، كَمَا قَالَ الْمُنَاوِيُّ فِي فَيْضِ الْقَدِيرِ عَنْ ابْنِ عَطَاءِ اللَّهِ:
Ucapan ini memang disebutkan oleh sebagian salaf, sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Qayyim dalam Madarij As-Salikin, namun bukan untuk memuji perbuatan dosa. Sebagaimana Al-Munawi dalam Faidl Al-Qadir mengutip perkataan Ibnu Atha'illah:
"رُبَّ مَعْصِيَةٍ أَوْرَثَتْ ذُلًّا وَافْتِقَارًا، خَيْرٌ مِنْ طَاعَةٍ أَوْرَثَتْ عِزًّا وَاسْتِكْبَارًا". اهـ.
"Betapa banyak maksiat yang menghasilkan kehinaan dan ketergantungan kepada Allah, lebih baik daripada ketaatan yang menimbulkan kesombongan dan merasa diri mulia."
قَالَ الْمُنَاوِيُّ: "وَهَذَا كُلُّهُ لَيْسَ تَنْوِيهًا لِارْتِكَابِ الْخَطَايَا، بَلِ الْمُرَادُ أَنَّهُ إِذَا أَذْنَبَ فَنَدِمَ بِذُلِّهِ وَانْكِسَارِهِ، نَفَعَهُ ذَلِكَ". اهـ.
Al-Munawi menjelaskan:
"Ucapan ini bukanlah untuk menyanjung perbuatan dosa, melainkan maksudnya adalah jika seseorang berbuat dosa, lalu ia menyesal dan merasa hina, maka hal itu bisa membawa manfaat baginya."
وَقَالَ ابْنُ الْقَيِّمِ فِي مَدَارِجِ السَّالِكِينَ:
Ibnu Qayyim berkata dalam (kitab) Madarij As-Salikin:
الْوَجْهُ الْخَامِسُ: أَنَّ الذَّنْبَ قَدْ يَكُونُ أَنْفَعَ لِلْعَبْدِ إِذَا اقْتَرَنَتْ بِهِ التَّوْبَةُ، مِنْ كَثِيرٍ مِنَ الطَّاعَاتِ، وَهَذَا مَعْنَى قَوْلِ بَعْضِ السَّلَفِ: قَدْ يَعْمَلُ الْعَبْدُ الذَّنْبَ فَيَدْخُلُ بِهِ الْجَنَّةَ، وَيَعْمَلُ الطَّاعَةَ فَيَدْخُلُ بِهَا النَّارَ،
Penjelasan kelima: Dosa yang disertai dengan taubat bisa lebih bermanfaat bagi seorang hamba dibandingkan banyak ketaatan. Inilah makna dari perkataan sebagian salaf: "Seorang hamba bisa melakukan dosa lalu masuk surga karenanya, dan bisa melakukan ketaatan lalu masuk neraka karenanya."
قَالُوا: وَكَيْفَ ذَاكَ؟
Mereka bertanya: "Bagaimana bisa?"
قَالَ: يَعْمَلُ الذَّنْبَ فَلَا يَزَالُ نُصْبَ عَيْنَيْهِ، إِنْ قَامَ، وَإِنْ قَعَدَ، وَإِنْ مَشَى ذَكَرَ ذَنْبَهُ، فَيُحْدِثُ لَهُ انْكِسَارًا، وَتَوْبَةً، وَاسْتِغْفَارًا، وَنَدَامًا، فَيَكُونُ ذَلِكَ سَبَبَ نَجَاتِهِ.
Dijawab: "Seorang hamba berbuat dosa, tetapi dosa itu selalu teringat dalam benaknya, baik ketika berdiri, duduk, maupun berjalan. Ia pun menjadi rendah hati, bertaubat, beristighfar, dan menyesal. Hal ini akhirnya menjadi sebab keselamatannya.
وَيَعْمَلُ الْحَسَنَةَ، فَلَا تَزَالُ نُصْبَ عَيْنَيْهِ، إِنْ قَامَ، وَإِنْ قَعَدَ، وَإِنْ مَشَى، كُلَّمَا ذَكَرَهَا أَوْرَثَتْهُ عُجْبًا وَكِبْرًا وَمِنَّةً، فَتَكُونُ سَبَبَ هَلَاكِهِ.
Sebaliknya, ada orang yang melakukan kebaikan, tetapi kebaikan itu selalu teringat dalam benaknya. Setiap kali ia mengingatnya, hal itu justru menumbuhkan rasa bangga, sombong, dan merasa berjasa. Akhirnya, kebaikan itu menjadi sebab kebinasaannya."
فَيَكُونُ الذَّنْبُ مُوجِبًا لِتَرَتُّبِ طَاعَاتٍ وَحَسَنَاتٍ، وَمُعَامَلَاتٍ قَلْبِيَّةٍ، مِنْ خَوْفِ اللَّهِ، وَالْحَيَاءِ مِنْهُ، وَالْإِطْرَاقِ بَيْنَ يَدَيْهِ مُنَكِّسًا رَأْسَهُ خَجِلًا، بَاكِيًا نَادِمًا، مُسْتَقِيلًا رَبَّهُ،
Sehingga dosa tersebut bisa menjadi penyebab munculnya berbagai amal ketaatan dan perbuatan baik lainnya, seperti rasa takut kepada Allah, malu kepada-Nya, tunduk di hadapan-Nya dengan kepala tertunduk karena malu, menangis penuh penyesalan, serta memohon ampun kepada-Nya.
وَكُلُّ وَاحِدٍ مِنْ هَذِهِ الْآثَارِ أَنْفَعُ لِلْعَبْدِ مِنْ طَاعَةٍ تُوجِبُ لَهُ صَوْلَةً، وَكِبْرًا، وَازْدِرَاءً بِالنَّاسِ، وَرُؤْيَتَهُمْ بِعَيْنِ الِاحْتِقَارِ.
Setiap dari pengaruh tersebut lebih bermanfaat bagi seorang hamba dibandingkan ketaatan yang justru membuatnya bersikap angkuh, sombong, meremehkan orang lain, serta memandang mereka dengan hina.
وَلَا رَيْبَ أَنَّ هَذَا الذَّنْبَ خَيْرٌ عِنْدَ اللَّهِ، وَأَقْرَبُ إِلَى النَّجَاةِ وَالْفَوْزِ مِنْ هَذَا الْمُعْجَبِ بِطَاعَتِهِ، الصَّائِلِ بِهَا، الْمَانِّ بِهَا وَبِحَالِهِ عَلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَعِبَادِهِ، وَإِنْ قَالَ بِلِسَانِهِ خِلَافَ ذَلِكَ، فَاللَّهُ شَهِيدٌ عَلَى مَا فِي قَلْبِهِ. اهـ
Tidak diragukan lagi bahwa dosa yang disertai dengan taubat dan kehinaan diri ini lebih baik di sisi Allah serta lebih dekat kepada keselamatan dan keberuntungan dibandingkan seorang yang tertipu dengan ketaatannya, menyombongkan diri dengannya, merasa berjasa atasnya di hadapan Allah dan hamba-hamba-Nya. Meskipun lisannya mengucapkan hal yang berbeda, Allah Maha Mengetahui apa yang ada dalam hatinya.
Wallahu a’lam.
Referensi:
https://www.islamweb.net/ar/fatwa/229396/
Partnership : App Chatgpt
✍🏼MHA El kanzu
🏡 Madiun - JATIM Indonesia Raya 🇮🇩
⌚ 06:00 WIB
📝 08 Ramadhan 1446 H / 08Maret 2025 M
0 komentar:
Posting Komentar